🍑42🍑 Who are my parents?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Who am I? Where do I come from?

Happy reading 🍑
K

omentar dong biar aku jadi semangat:(

Pada tengah malam Glan menggedor-gedor pintu rumahnya dengan keras. Biarlah ia menyebabkan keributan di tengah malam seperti ini. Ia benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Pertanyaan-pertanyaan di otaknya membuatnya ingin segera menyampaikannya kepada Haidar.

Tidak lama kemudian keluarlah Haidar yang sepertinya sedang mengantuk berat karena jam tidurnya diganggu oleh Glan. Begitu pintu itu dibuka, Glan langsung masuk ke rumah yang sudah lama tidak ia kunjungi.

"Ngapain kamu ke sini malam-malam?" tanya Haidar.

"Kenapa Mama ngasih aku kalung milik keluarga Pranaja?" tanya Glan. Itu pertanyaan terpenting yang harus ia ketahui. Setelah Freya mengatakan bahwa kalung itu hanya didesign untuk keluarga Pranaja, Glan merasa sangat bingung kenapa Rishona memberikan kalung itu.

"Maksud kamu apa?" tanya Haidar terkejut.

Glan merogoh sakunya dan menunjukkan kalung yang sama persis dengan milik Glan. Haidar tambah terkejut melihat kalung itu.

"Saya pikir Rishona sudah membuangnya," ucap Haidar pelan.

"Papa jawab!" bentak Glan emosi. Ia sangat kesal karena rasa penasarannya yang memuncak dan Haidar tidak kunjung menjawabnya.

"Baiklah, saya akan jujur. Kamu bukan anak saya," ucap Haidar yang membuat Glan sangat terkejut. Saking terkejutnya ia tidak menyadari bahwa ia ditarik Haidar keluar dari rumah itu.

"Maksud Papa apa?" tanya Glan dengan tatapan kosong.

"Mana otak pintar kamu itu? Masih gak ngerti juga? Saya bukan orangtua kamu dan jangan panggil saya Papa," ucap Haidar tegas. Kemudian Haidar masuk ke dalam rumah dan membanting pintu dengan keras. Sedangkan Glan masih syok dengan tatapan kosong.

🍑🍑🍑

"Mama! Ma! Mama! Mama dimana? Papa! Pa! Kalian dimana?" teriak Freya menggelegar setelah memasuki rumahnya.

"Frey, sabar, Frey. Tenang. Kamu kenapa sih?" tanya Derry menenangkan Freya.

"Mereka mana sih?"

"Mereka pasti lagi tidur, Frey. Ini kan tengah malam."

Freya langsung bergegas menuju kamar orangtuanya. Ia menggedor-gedor pintu kamar orangtuanya dengan tidak sabaran.

"Mama! Papa!"

Tak lama kemudian keluarlah Admon dengan wajah mengantuknya. Ia menatap anaknya bingung.

"Kenapa? Kok malam-malam teriak-teriak?" tanya Admon bingung.

"Ada apa, Frey?" tanya Amri heran melihat Freya yang ribut tengah malam.

"Aku mau nanya sesuatu sama kalian. Kalung ini kalung pasaran kan? Di luar sana masih banyak kan kalung yang bentukannya kayak gini?" tanya Freya sambil menunjukkan kalungnya.

"Ah ngaco kamu, Frey. Ini tuh kalung khusus keluarga Pranaja, gak mungkin ada yang punya selain anggota keluarga Pranaja," jelas Amri.

"Tapi ada yang punya juga, Ma."

"Siapa?" tanya Admon.

"Glan."

"Pa, mungkinkah ..." Air mata Amri turun sebelum menyelesaikan kalimatnya. Admon langsung memeluk Amri dengan erat.

🍑🍑🍑

"Glan, tidur dong. Gue gak bisa tidur jadinya," kata Horan.

"Gue gak bisa tidur."

"Ini udah jam 3 pagi loh. Lo kalau ada masalah jangan diem-dieman gini. Cerita kek," omel Horan.

Walaupun Glan sedang duduk di sofa dan tidak membuat keributan apapun, Horan ikut-ikutan tidak bisa tidur karena khawatir sesuatu terjadi pada sahabatnya itu. Glan pulang sekitar pukul 1 pagi dan pada saat itu Horan masih belum tidur. Sekarang saat Horan sudah mengantuk, Glan malah terlihat kacau.

"Gue kacau, Ran. Gue gak tahu lagi harus apa," kata Glan sambil menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Ia menghela nafas berulangkali.

"Cerita sama gue, Glan. Gue itu sahabat lo. Gue ngerasa gak guna kalau lo gak berbagi masalah lo."

"Kata Papa, gue bukan anaknya," ucap Glan. Hal itu membuat Horan terkejut dan tidak percaya.

"Gak mungkin. Lo percaya gitu aja?"

"Gue percaya. Banyak hal aneh yang gak gue tahu jawaban pastinya."

"Cerita yang jelas, Glan. Gue masih gak ngerti sama arah pembicaraan lo."

"Sebelum Mama meninggal, dia ngasih gue kalung. Kalung itu sama persis sama punya Freya. Dia bilang kalau kalung itu simbol keluarga Pranaja. Maksud semua ini apa?" ungkap Glan.

"Hah? Jangan-jangan lo anak Tante Amri dan Om Admon lagi," kata Horan asal.

"Jangan ngaco lo, Ran."

"Ya kali aja mereka punya anak hilang dan itu lo."

"Gak usah ngaco. Bikin gue pusing aja. Gue mau tidur," kata Glan kesal. Ia membaringkan tubuhnya di sofa dan membelakangi Horan yang tiduran di kasur.

"Sialan, gue ditinggal tidur. Sekarang gue jadi gak pengin tidur," gerutu Horan kesal.

🍑🍑🍑

"Bangun, bego!" teriak Horan sambil memukul-mukul Glan menggunakan bantal.

"Lo ngapain bangunin gue pagi-pagi buta gini? Gue ngantuk, anjir. Baru tidur lima menit," omel Glan tanpa membuka matanya.

"Pagi-pagi buta apanya? Udah siang buta, bego! Bangun! Lo tidur kayak orang mati" teriak Horan tepat di telinga Glan. Glan berdecak kesal karena Horan benar-benar mengganggu tidurnya.

"Gue lagi kacau gini lo bukannya baik-baikin gue malah sebaliknya. Sahabat apaan lo?" omel Glan yang dengan terpaksa membuka matanya.

"Heh! Gue sebagai sahabat itu gak mau sahabatnya larut dalam kesedihan. Mending lo jogging sana, biar hilang stress lo."

"Lo suruh gue jogging di siang-siang buta gini?" tanya Glan tidak percaya dengan saran Horan yang menyuruhnya jogging.

"Oiya lupa," ucap Horan sambil nyengir.

"Eh btw gue lupa nanya ini sama lo ...,"

"Apaan?"

"Bokap lo tinggal dimana?"

"Lah ngapain nanya-nanya bokap gue? Dia lagi di Bandung. Sibuk banget dia sampai-sampai nengokin anaknya gak pernah."

"Lah gue sering lihat bokap lo kok," kata Glan heran.

"Yang bener lo? Gak mungkin. Bokap gue sibuk kali di Bandung. Mana mungkin dia ke sini. Lagian kalau dia ke sini itu pasti nengokin gue," jelas Horan. Glan tambah bingung karena Horan sama sekali tidak tahu tentang kedatangan ayahnya.

"Gue sering ketemu bokap lo dikuburan."

"Heh! Lo ngatain bokap gue udah meninggal?"

"Eh ... ya enggaklah! Lo gak nyambung banget. Gue sering ketemu bokap lo pas gue lagi ke makam Mama. Mungkin bokap lo sama nyokap gue itu temen deket?"

"Lah kenapa bokap gue gak nengok gue? Masa dia lupa sama gue?"

"May be," kata Glan.

"Eh itu HP lo bunyi terus dari pagi. Gak gue angkat, ntar lo marah lagi," ucap Horan sambil menunjuk ponsel Glan.

"Nah tumben banget lo takut gue marah."

Glan mengambil ponselnya dan melihat notifikasi dari Freya. Glan langsung bersemangat mendapat notifikasi dari Freya. Terdapat lima panggilan tidak terjawab dan satu buah pesan dari Freya.

Freya
Bisa ke rumah gue?

Bisa. Bentar
Eh tapi ada apa ya?

Freya
Nanti lo bakalan tahu

Gue siap-siap dulu

Glan pun bergegas bersiap-siap untuk pergi ke rumah Freya.

Bersambung ...
TBC

10/4/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro