11. Cinta yang Begitu Besar Darinya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Satu tahun yang lalu ....

"Cepat pergi beli makan malam! Aku sudah lapar!"

"Iya, aku tahu."

Ron keluar dari apartemen untuk membeli makanan seperti yang diperintahkan oleh ayahnya. Ketika sedang menuruni tangga, ada seorang wanita membawa sebuah kardus besar di kedua tangannya dan kesulitan menaiki tangga. Kardus yang dibawa wanita itu, menutupi pandangannya sehingga dia sama sekali tidak bisa melihat ke depan. Hingga pada akhirnya, kakinya tersandung anak tangga dan membuatnya terjatuh ke depan bersama dengan kardusnya. Ron pun langsung menghampiri wanita itu.

"Nona, kau baik-baik saja?"

"Hmm."

Meskipun wanita itu tersenyum, Ron dapat melihat dengan jelas ekspresi wajahnya yang sedikit merintih kesakitan dan tangannya yang memegang bagian tulang kering kakinya.

"Kakimu memar. Pasti akan semakin sulit membawa kardus ini. Aku akan mengantarmu ke apartemenmu, baru setelah itu membawa kardusnya. Di mana kamarmu?"

"Dua ratus dua."

"Heh? Kau ini, pacarnya Johan, ya?"

Wanita itu menganggukkan kepala. Ron pun membopong wanita itu dan membantunya berjalan menuju ke kamar apartemennya. Begitu sudah berada di dalam apartemen wanita itu, Ron mendudukkannya di sofa dan langsung pergi mengambil kardus. Setelah kardus miliknya dibawakan oleh Ron, wanita itu pun memberikan uang kepada Ron.

"Tidak, tidak usah. Aku membantu karena kita adalah tetangga. Aku penghuni di apartemen bernomor dua ratus. Namaku, Ron."

Ron menjulurkan tangannya bermaksud untuk mengajak wanita itu berjabat tangan. Wanita itu pun menjabat tangannya dengan tersenyum.

"Namaku, Linda. Salam kenal, Ron."

"Salam kenal, Linda. Kalau begitu, aku akan pergi. Ada sesuatu yang harus aku beli."

"Baiklah, silahkan."

Linda mengantarkan Ron keluar sampai di pintu apartemennya. Saat Ron melewati apartemen tempat tinggalnya untuk menuruni tangga, ayahnya tiba-tiba saja membuka pintu dan melihatnya dengan tatapan penuh amarah.

"Kenapa kau masih di sini!? Cepat sana pergi sebelum antreannya panjang! Tetapi, mumpung kau masih di sini, belikan aku rokok. Sudah sana, pergi!"

Kepala bagian belakang Ron ditepak ayahnya dengan cukup kuat, sehingga membuatnya sampai membungkuk dan hampir jatuh. Tentu saja hal itu dilihat oleh Linda yang masih berdiri di depan pintu apartemennya. Ayah Ron menatap sinis Linda, lalu masuk kembali dan menjatuhkan selembar uang ke bawah tepat ke hadapan Ron.

Ron mengambil uang itu sambil mengusap-ngusap bagian belakang kepalanya, lalu pergi menuruni tangga. Ketika sedang menuruni tangga, tatapan Linda yang terlihat sangat cemas dapat dilihat olehnya. Demi menghilangkan ekspresi cemas di wajah Linda, Ron pun tersenyum di hadapannya. Membuat Linda juga ikut tersenyum karenanya.

***

"Ahh! Ahh!"

"Ron! Katakan pada kita, apa yang sebenarnya terjadi padamu?"

"Benar, Ron. Aku dan Archie tidak tahu apa yang harus dilakukan jika kau seperti ini."

Archie dan Killian terlihat sangat panik dengan kondisi Ron. Mereka bahkan sampai lupa kalau sedang membahas hal yang sangat penting mengenai hubungan keduanya. Mereka pun semakin tidak mengerti apa yang terjadi saat melihat Ron telentang terus memegangi kepalanya dan memejamkan kedua matanya.

"Namaku, Linda. Salam kenal, Ron."

"Ahh!"

"Heh? Kau ini, pacarnya Johan, ya?"

"Ahh!"

Rasa sakit di kepala Ron akhirnya berhenti. Dia perlahan membuka kedua mata dan bangkit dari baringannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Ron? Beritahu aku."

Ron berdiri, sehingga Archie dan Killian juga ikut berdiri. Ron kemudian mengambil salah satu foto yang diberikan Killian kepada Archie, kemudian menunjukkan foto yang dipegangnya ke arah mereka berdua.

"Wanita di foto ini, namanya Linda. Aku pernah bertemu dengannya beberapa kali dan bahkan pernah membantu membawakan barang bawaannya. Aku juga pernah bertanya padanya apakah dia pacarnya Johan atau bukan, lalu dia menganggukkan kepalanya. Sepertinya memang—,"

Killian langsung menarik jaket Ron dari belakang dengan kuat. Dia ingin menghentikan ucapan Ron sebelum membuat Archie semakin terpukul. Ron menoleh ke arah Killian yang berdiri di belakangnya, bermaksud untuk menanyakan alasan Killian menarik jaketnya.

"Ada apa, Killian? Kenapa kau tiba-tiba menarik jaketku?"

Killian melakukan kontak mata agar Ron melihat ke arah Archie. Ron pun langsung menoleh ke arah Archie dan terkejut begitu melihat kedua mata Archie yang membelalak.

"Ada apa sebenarnya? Apa dia benar-benar dekat sekali dengan Johan, Killian?"

Killian menggelengkan kepalanya dengan kepalanya yang tertunduk.

"Lalu, apa alasannya?"

"Wanita yang bernama Linda itu adalah ibunya Archie, Ron."

Adrenalin Ron tersentak. Dia ingin sekali meminta maaf kepada Archie karena ketidaktahuannya membuat Archie semakin terpuruk. Namun, dia ragu kalau permintaan maafnya akan didengarkan oleh Archie yang sedang  syok. Dia pun ingin mengelus kepala Archie agar membuatnya lebih tenang, tetapi Archie sudah berlari pergi meninggalkan pemakaman.

Killian kembali duduk di kursi dan tertunduk sambil mencengkeram kuat kedua bagian samping kepalanya.

"Aku sudah jahat sekali kepada Archie. Seharusnya, aku katakan padanya sejak lama."

Ron juga kembali duduk di kursi dan melihat-lihat foto yang berserakan di bangku.

"Kau tidak jahat, Killian. Linda dan Johan lah yang jahat. Tidak, tidak, sebenarnya kita masih belum tahu siapa yang sebenarnya jahat. Archie tumbuh menjadi pribadi yang cerdas seperti itu berkat didikan Linda. Itulah yang membuatnya terlihat sangat baik. Apa lagi, dia memberikan sebuah novel yang bahkan membuat Archie bisa terus mengingat sosoknya."

"Bagaimana dengan Paman Johan? Sudah jelas-jelas dia adalah orang yang jahat karena telah membuat hubungan Tante Linda dan keluarganya menjadi hancur."

"Rachel mendapatkan sebuah boneka beruang berdasarkan kasih sayang yang tulus diberikan oleh Johan. Kalau tidak tulus, Rachel tidak akan terus membelanya dan menganggapnya sebagai ayah yang baik sampai saat ini."

Persepsi Ron membuat kepala Killian menjadi pusing. Apa yang diucapkan Ron adalah hal yang benar dan merupakan sebuah fakta.

"Apa sebenarnya akulah orang jahatnya, Killian? Buktinya, aku menjadi arwah yang tidak bisa 'pulang' dengan benar seperti ini."

Ron menatap ke arah langit dan melemparkan semua foto di tangannya ke atas, sehingga foto-foto itu beterbangan di udara.

***

Keesokan harinya ....

Saat sarapan, Archie terlihat tidak nafsu makan dan hanya sedikit memakan sarapannya. Bahkan, dia hanya merespon pertanyaan ayahnya dengan menganggukkan dan menggelengkan kepalanya, serta berkata seperlunya saja. Ketika berangkat sekolah dan di sekolah dia juga begitu. Tidak ada satu pun pembicaraan temannya yang dia jawab.

Hal itu terus berlangsung selama dua minggu. Archie juga tidak mengunjungi pemakaman sama sekali dan hanya pergi ke sekolah, lalu langsung pulang setelahnya. Saat hari libur pun dia menghabiskan waktu di kamarnya.

Sesekali, Killian datang ke pemakaman untuk memberitahu Ron tentang kondisi Archie. Selain itu, keduanya juga saling bertukar pikiran mencari cara agar Archie kembali seperti sedia kala. Namun, tidak ada satu pun cara yang digunakan oleh Killian berhasil membuat Archie ceria kembali.

Kevin yang terus melihat kondisi Archie seperti itu selama dua minggu terakhir, akhirnya tidak bisa menahan rasa sabarnya lagi. Ketika Archie baru tiba di kelas, dia langsung menghampirinya, mencengkram kerah bajunya, dan mendorongnya ke tembok.

"Sudah cukup, Archie! Mau sampai kapan kau terus seperti ini? Kau pikir kami semua di kelas ini buta dan tidak peduli padamu? Kami sangat peduli padamu dan bisa melihat dengan jelas kalau kau sedang terpuruk. Jika kau terus diam seperti ini tanpa mengatakan apa-apa, aku akan memukulmu terus sampai kau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada kami. Mulailah menceritakannya sebelum pukulan pertama melayang."

Archie menatap Kevin dengan tatapan kosong.

"Pukul saja sampai kau puas, Kevin."

"Kau ini!"

Kevin mengarahkan pukulannya tepat di wajah Archie. Namun, sebelum pukulannya sampai di wajah Archie, Killian menahan tangannya.

"Kekerasan tidak akan memberikan hasil apa pun, Kevin."

Kevin menarik tangan kanannya dari genggaman Killian dan juga melepaskan tangan kirinya dari kerah baju Archie.

"Aku mengerti. Kalau begitu, silahkan cari sendiri bagaimana caranya membuat 'Anak Bodoh' itu kembali seperti sedia kala."

Kevin kembali ke kursinya, begitu juga dengan Killian dan murid-murid yang lain. Melihat sahabatnya mengalami hal semacam itu, Killian semakin geram dan kesal terhadap dirinya sendiri. Di saat seperti ini, dia tidak bisa melakukan apa pun untuk sahabatnya.

***

Minggu ketiga Archie masih saja terlihat murung setelah selesai sarapan, bahkan di hari minggu seperti ini. Tom akhirnya sudah tidak sanggup lagi melihat kondisi Archie. Dia pun memiliki sebuah ide yang mungkin bisa membuat Archie ceria kembali. Setelah selesai menyuci semua peralatan makan, Tom langsung keluar dari apartemen. Dia pergi ke toko kue untuk membeli sebuah kue sebagai bagian dari rencananya.

Saat siang tiba, Tom mengetuk pintu kamar Archie untuk mengajaknya makan siang.

"Archie, waktunya makan siang. Kalau tidak makan teratur, kau bisa sakit."

Tom berjalan cepat kembali ke meja makan. Begitu Archie keluar dari kamarnya, dia langsung berteriak hingga membuat Archie terkejut.

"Selamat hari ulang tahun pernikahan, Archie!"

Archie terkejut. Kedua matanya langsung fokus melihat kue yang ada di atas meja makan.

"Ayah, apa maksudnya ini? Hari ulang tahun pernikahan?"

Tom menghampiri Archie dan mengarahkannya untuk duduk di hadapannya.

"Duduklah, Archie. Ayo rayakan hal ini bersama denganku."

"Seharusnya kau melakukan hal semacam ini dengan ibu, bukan denganku. Jangan bercanda, ayah! Saat ini aku tidak ingin melakukan hal semacam ini."

Archie beranjak dari kursinya, berjalan kembali menuju ke kamar.

"Sebelumnya, aku merayakannya di makam ibumu."

Archie langsung menghentikan langkahnya. Dia jadi merasa tidak enak kepada ayahnya karena sudah meninggikan suaranya tadi.

"Suasananya sepi sekali. Aku bahkan meniup lilinnya sendirian dan malah dibantu oleh angin yang bukan siapa-siapa bagiku. Setelah ibumu meninggal, aku merasa sangat kesepian. Tujuanku bekerja sampai lupa waktu adalah demi kalian berdua. Ketika ibumu meninggal, seakan aku telah kehilangan alasan keberadaanku di dunia ini. Kalau tidak ada Linda, lalu siapa yang harus aku nafkahi?

"Kemudian, aku melihatmu menangis saat pemakamannya. Di saat itulah aku merasa kalau aku masih punya alasan keberadaanku di dunia ini. Yaitu, untuk menjadi ayahmu dan melalui hidup bersama layaknya sebuah keluarga. Namun akhir-akhir ini, alasan keberadaanku mulai redup kembali. Melihatmu terus seperti itu selama beberapa minggu terakhir, membuatku merasa telah gagal menjadi seorang ayah.

"Aku bahkan tidak tahu apa yang membuatmu seperti itu. Tetapi, kalau kau mengizinkanku untuk menebaknya, aku akan menceritakannya kepadamu alasanku mengepal kedua tanganku dan terlihat sangat emosional begitu bertemu dengan Lisa di acara keluarga besar Dominic satu tahun yang lalu."

Archie terkejut mendengar perkataan ayahnya. Dengan cepat, badannya berbalik menghadap ke arah ayahnya.

"Aku tidak kesal padanya karena suaminya telah membunuh Linda. Aku tidak merasa kesal sedikit pun padanya. Yang membuatku emosi adalah apa yang telah dilakukan oleh Johan terhadapnya. Lisa memiliki fisik yang lemah setelah melahirkan Rachel. Harusnya Johan menghabiskan waktu bersamanya dan juga Rachel, karena mereka berdualah sosok yang seharusnya berharga baginya. Tetapi, kenapa dia malah menghabiskan waktu bersama dengan istriku?"

Adrenalin Archie tersentak. Dia langsung menghampiri ayahnya, duduk di kursi yang didudukinya tadi, dan menggebrak meja dengan kedua tangannya.

"Jadi, ayah tahu kalau ibu punya hubungan dengan paman Johan!?"

"Aku pernah memergoki mereka beberapa kali. Tetapi, aku hanya melihatnya dari kejauhan. Aku ingin sekali menanyakannya langsung pada Linda, tetapi aku tidak mau keluarga kita hancur karenanya. Aku sangat menyayangi kalian berdua lebih dari apa pun dan tidak mau kehilangan salah satu dari kalian. Kalau aku bertanya langsung pada Linda, aku takut kalau aku dan dia tidak bisa bersama lagi, hingga akhirnya membuatmu hidup tanpa keberadaan kami berdua sebagai orang tuamu. Aku tidak mau seperti itu, Archie.

"Aku tahu seberapa besar cinta Linda kepadaku. Begitu juga dengan cintanya kepadamu. Sarapan dan makan malam yang dibuatnya selalu terasa hangat bagiku. Dia menangis bahagia saat melahirkanmu. Rasa cintanya besar sekali kepada kita berdua, lalu kenapa Linda melakukan hal semacam itu pada kau dan aku? Apa alasannya? Aku ingin sekali tahu. Tetapi, Linda direnggut dariku sebelum aku mengetahuinya. Apa kau pikir, aku tidak merasakan hal yang sama seperti yang sedang kau rasakan saat ini?"

Archie meneteskan air mata. Ayahnya yang selama ini selalu terlihat tegar, menangis tepat di hadapannya. Tanpa pikir panjang, dia langsung menghampiri ayahnya dan memeluknya dengan erat.

"Maafkan aku, ayah. Tidak seharusnya aku seperti itu selama tiga minggu terakhir ini."

"Tidak apa-apa, Archie. Yang penting, selalu ingat satu hal. Ibumu menangis saat melahirkanmu. Jadi, jangan pernah membencinya karena dia telah mempertaruhkan nyawanya agar kau bisa berada dunia ini. Jika dia memang berbuat hal semacam itu, daripada terus terpuruk dan menangisinya, lebih baik kita habiskan waktu untuk mencari tahu apa alasan dia melakukannya. Kau mengerti?"

"Mengerti, ayah. Terima kasih karena sudah menjadi ayah yang sangat luar biasa untukku."

"Archie, boleh diulang? Aku ingin merekamnya."

Archie langsung melepaskan pelukannya dan berjalan kembali ke kamarnya.

"Tunggu, Archie. Bagaimana dengan perayaan ini?"

"Kau pikir aku tidak tahu kalau hari ini bukan peringatan hari pernikahan kalian?"

"Hehehe, kau tahu, ya? Kalau begitu kuenya simpan saja untuk aku makan nanti."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro