13. Ketika Semua Kepingan Terkumpul

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ron mulai tersadar dari gambaran ingatan yang tiba-tiba muncul di kepalanya. Dia bangkit dari baringannya, duduk bersila menghadap Archie dan Killian yang duduk bersimpuh di hadapannya.

"Aku ingat sekarang, bagaimana aku bisa meninggal dan harus menjadi arwah seperti ini. Penyebabnya adalah ibumu, Archie."

"Ibuku? Ada apa dengan ibuku?"

"Tenang, Archie. Biarkan Ron menjelaskannya."

Archie yang sudah tidak sabaran pun menenangkan dirinya kembali. Ron menceritakan kepada keduanya kronologi sebelum dia bertemu dengan Linda yang sudah terluka parah. Kepalanya tertunduk begitu ingin menceritakan bagian di mana Linda memberikan amplop kepadanya. Namun, dia menegakkan kepalanya kembali setelah mengingat senyuman terakhir Linda sebelum akhir hayatnya.

"Sebelum ibumu meninggal, dia memberikan sebuah amplop kepadaku. Isi amplop itu berisi pesan terakhir yang ibumu tuliskan untukmu. Dia juga ingin minta maaf kepadamu atas apa yang telah dilakukannya. Tujuannya melakukan itu semata-mata untuk melindungimu dari Johan. Aku tidak tahu bagaimana jelasnya. Yang penting, amplop itu adalah kunci agar aku bisa kembali ke 'sana' dan juga jawaban dari tujuan ibumu melakukan hal itu."

"Kalau begitu, ada di mana amplopnya, Ron? Beritahu aku!"

"Ada di kamarku. Tetapi, aku tidak tahu apa masih di sana atau tidak. Setelah aku ditemukan meninggal, polisi pasti melakukan olah TKP di sana. Jadi, aku tidak tahu persis apa amplop itu masih di sana atau tidak."

Archie berdiri dan mengepal kuat kedua tangannya.

"Ayo, Killian."

"Ke mana?"

"Ke rumahku. Hanya ayahku lah yang bisa menolong kita menemui ayahnya Ron."

"Tetapi-,"

Sebelum mendengar penjelasan Killian, Archie sudah berjalan pergi. Killian menoleh ke arah Ron dengan tatapan bingung dan tidak tahu harus bagaimana.

"Pergilah temani Archie. Aku akan di sini menunggu kalian berdua."

Killian menganggukkan kepalanya, berdiri, dan langsung berlari mengejar Archie.

Archie dan Killian berlari cukup kencang menuju ke apartemen Archie. Setelah sampai, keduanya langsung menghampiri Tom yang sedang tertidur di sofa.

"Ayah, bangun! Cepat! Aku mohon, bangunlah!"

Karena badannya diguncang-guncang oleh Archie dan Killian, Tom membuka kedua matanya dan bangkit sambil mengusap-ngusap mata.

"Ada apa, Archie? Memangnya ini sudah pagi?"

Tom terkejut begitu melihat Killian ada bersama dengan Archie.

"Sebenarnya ada apa ini?"

"Ayah, aku mohon hanya kau yang bisa membantu kami. Aku akan menjelaskannya nanti, tetapi bantu kami mendapatkan sebuah barang milik teman kami di rumahnya."

"Heh? Kalau begitu, kenapa tidak teman kalian saja yang mengambilnya sendiri."

"Tidak bisa, paman. Teman kami sudah ...."

Archie dan Killian saling menatap, sementara Tom semakin heran dan bingung dengan tingkah keduanya.

"Teman kami sudah meninggal!"

Adrenalin Tom tersentak. Dia pun mengambil kacamatanya yang ada di atas meja.

"Baiklah, sekarang ceritakan padaku barang apa yang kalian maksudkan dan sepenting apa barang itu."

Archie dan Killian secara bergantian menceritakan saat mereka pertama kali bertemu dengan Ron sampai saat di mana ingatan tentang kematian Ron pulih kembali. Tom sebenarnya sulit sekali percaya dengan cerita itu. Menurutnya, terlalu mustahil hal itu bisa terjadi.

"Aku mohon, ayah. Hanya kaulah satu-satunya harapan kami berdua. Aku hanya ingin percaya padaku, karena kau dan aku adalah keluarga."

Tom merasa terharu. Dia baru menyadari kalau apa yang dikatakan Archie memang benar adanya. Sebagai keluarga memang sepantasnya harus saling percaya. Dia pun berdiri dan menunjukkan kepalan tangan penuh keyakinannya.

"Ayo, tunggu apalagi!?"

"Ayo!"

Ketiganya bergegas menuju ke apartemen tempat Ron tinggal. Archie  masih mengingat lokasinya karena terlalu sering membaca artikel tentang kematian Ron di internet.

Begitu sudah sampai dan melihat apartemen yang harus dikunjunginya, tiba-tiba saja Tom merasa murung. Dia mengingat kembali di saat apartemen ini dikunjunginya untuk melihat TKP pembunuhan istrinya. Perasaan sedih kala itu, mencuat kembali.

"Ayah, aku tahu apa yang sedang kau rasakan. Tetapi, kalau kita tidak ke sini, kita tidak akan pernah tahu apa alasan ibu melakukan hal itu. Kuatkanlah dirimu karena aku selalu ada di sampingmu."

Tom menganggukkan kepalanya dan menguatkan tekadnya kembali. Mereka bertiga langsung menuju ke apartemen tempat Ron tinggal. Tom ragu mereka akan disambut dengan ramah, apalagi sudah selarut ini. Tetapi, mau bagaimana lagi? Dia tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya untuk segera tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia pun mengetuk pintu apartemen Ron dengan cukup kencang.

"Permisi ... maaf mengganggu."

Tidak ada respon apapun dari dalam apartemen.

"Ayah, coba panggil namanya. Namanya, 'Fitzgerald'."

Tom menganggukkan kepalanya dan kembali mengetuk pintu apartemen.

"Permisi ... Tuan Fitzgerald. Apa kita bisa bicara sebentar?"

Terdengar suara barang jatuh dari dalam. Tidak lama, keluarlah seorang pria berbadan kekar dan bertato dari dalam apartemen.

"Kalian ini tidak punya akal sehat, ya? Bertamu selarut ini."

"Maaf, telah menggagumu. Sebenarnya kedatangan kami ke sini untuk mengambil sesuatu milik anakmu, Ronald."

Pria itu terlihat terkejut begitu mendengar nama Ronald.

"Milik Ronald? Apa itu? Beberapa barang miliknya sudah kujual. Hanya tersisa barang-barang tidak berguna saja. Apalagi, banyak sekali barang yang telah disita oleh polisi."

"Sebelumnya perkenalkan, Aku Tom. Ini Archie anakku dan ini temannya Killian. Apa kau ini ayahnya Ronald?"

Pria itu tertawa begitu mendengar pertanyaan Tom.

"Kau ini ada-ada saja. Ayah Ronald jelas sedang berada di penjara sekarang. Dia ditahan karena menjadi pelaku tindak kekerasan pada Ronald. Aku ini sepupu ayahnya. Namaku, Walter Fitzgerald. Panggil aku, Walter."

"Lalu, kenapa paman tinggal di sini?"

Walter menoleh ke arah Archie dan menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Setelah kematian Ronald dan ayahnya masuk penjara. Apartemen ini jadi tidak berpenghuni. Aku pun membersihkannya terlebih dahulu dan tinggal di sini setelahnya. Jadi, sebenarnya barang apa yang kalian cari?"

"Sebuah amplop yang ada di dalam kamar Ron."

Adrenalin Walter tersentak setelah mendengar jawaban Archie. Dia pun kembali masuk ke dalam dan membiarkan pintunya tetap terbuka. Dia kembali dengan sebuah amplop di tangannya, lalu memberikan amplop itu kepada Archie.

"Saat aku memenuhi panggilan polisi untuk mengambil barang bukti yang mereka ambil di kamarnya Ronald, amplop itu adalah salah satunya. Aku penasaran apa sebenarnya isi amplop itu dan berharap isinya uang. Tetapi ternyata, isinya lebih berharga lagi. Aku membaca pesan itu dan menangis setelahnya. Aku tidak tahu kehidupan macam apa yang wanita itu lalui, tetapi yang jelas apa yang ditulis olehnya itu benar-benar tulus dari dalam hatinya. Pasti Ronald dititipkan oleh wanita itu untuk memberikanya kepada seseorang. Aku pun terus menunggu seseorang datang mengambilnya. Dan sekarang, akhirnya orang itu datang juga."

Archie meneteskan air matanya setelah mendengar perkataan Walter dan melihat amplop di tangannya. Wakter pun mengelus-ngelus kepala Archie untuk menenangkannya.

"Ibumu adalah wanita yang sangat luar biasa."

Setelah mendapatkan amplop dari Walter dan mengucapkan terima kasih, mereka bertiga pamit dan mengucapkan permintaan maaf karena telah mengganggunya. Ketika mereka sudah berada di luar, Archie masih menatap amplopnya dengan wajah tegang.

"Kalau begitu, ayo kita pulang dan membacanya, Archie."

"Tidak, ayah. Jangan di rumah. Kita ke pemakaman sekarang."

Archie langsung berlari, diikuti juga oleh Killian. Tom terkejut dan merasa heran kenapa harus membacanya di pemakaman. Namun, dia pun akhirnya mengerti apa tujuan Archie dan langsung mengejarnya. Sesampainya di pemakaman, mereka bertiga langsung menuju ke bangku tempat Ron berada. Di sana Ron sedang berbaring memegangi kepalanya.

"Ron, kau tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit sakit kepala saja setelah mendapatkan ingatanku kembali."

Tom menghampiri Ron, berdiri di hadapannya, dan mengajaknya untuk berjabat tangan.

"Namaku, Thomas Dominic. Biasa dipanggil, Tom. Aku ayahnya Archie."

Ron berdiri di hadapan Tom dan menjabat tangannya.

"Namaku, Ronald Fitzgerald. Panggil aku, Ron. Aku sahabatnya Archie."

Tom tersenyum, sementara Ron justru memasang wajah terkejut.

"Kau kenapa, Ron?"

"Aku tidak menyangka. Akhirnya, ada orang lain yang bisa melihatku selain Archie dan Killian. Aku senang sekali."

"Heh? Tentu saja aku bisa melihatmu. Aku inikan ayahnya Archie."

Keduanya tertawa bersama seakan lupa dengan situasi saat ini. Mereka pun disadarkan oleh Killian yang menarik bagian bawah baju mereka bersamaan. Setelah itu, Tom dan Killian ikut duduk di bangku bersama dengan Archie yang duduk di tengah, sementara Ron berdiri di hadapan Archie.

"Archie, apa kau sanggup membacanya sampai selesai?"

"Sanggup, ayah. Tenang saja, aku sudah menguatkan tekadku untuk membaca ini."

Tom mencoba percaya pada Archie dan membiarkannya untuk membaca pesan itu. Meskipun sebenarnya, dia masih belum siap mendengarkan isi dari surat tersebut.

"Archivald dan Thomas Dominic, maafkan aku karena telah melakukan perselingkuhan dengan Johanssen. Aku sebenarnya sudah tahu kalau Tom dan Killian mengetahui hal itu dan aku sudah siap jika mereka marah padaku, bahkan sudah siap juga jika Tom ingin menceraikanku. Aku terus menunggu dan menunggu, tetapi mereka menganggapnya seakan tak pernah terjadi.

"Maafkan aku, Tom. Kau pasti merasa berat terus hidup dengan menutupi ini semua. Begitu juga denganku. Kalau aku bisa mengulang waktu, aku ingin sekali mengulangnya. Tetapi, aku tidak bisa dan terpaksa harus tetap menjalani hidupku seperti ini. Alasanku melakukan perselingkuhan ini adalah untuk melindungi kalian berdua.

"Saat Johanssen datang berkunjung ke rumah untuk memberikan novel baru kepada Archie, aku terkejut begitu melihatnya sedang mengambil gambar Archie yang sedang tertidur pulas. Awalnya aku berusaha bertanya baik-baik, tetapi Johanssen justru melakukan kekerasan padaku. Agar aku tutup mulut, dia pun memperkosaku dan merekamnya. Aku tidak bisa berteriak karena tidak mau membangunkan Archie. Aku takut Johanssen melukainya atau bahkan membunuhnya. Aku ingin sekali menceritakan hal ini kepadamu, Tom. Tetapi, aku takut kau berbuat yang tidak-tidak yang akan membuat keluarga Dominic terpecah belah. Aku tidak mau sampai hal itu terjadi.

"Sejak saat itulah Johanssen terus memaksaku memuaskan nafsunya. Apalagi setelah Rachel terlahir dan fisik Lisa melemah setelahnya. Karena tidak bisa mendapatkan keinginan batin dari Lisa, dia pun terus memintaku untuk memenuhinya. Jujur, aku sudah tidak sanggup lagi melakukan itu. Namun, setiap kali aku merasa frustrasi dan depresi, entah kenapa setelah melihat senyuman kalian berdua rasa itu menghilang begitu saja.

"Aku pun sadar kalau hal ini tidak boleh terus-menerus terjadi. Karena akan membahayakan kalian berdua, bahkan Lisa dan juga Rachel. Itulah sebabnya, aku memutuskan untuk membunuhnya malam ini dan bunuh diri setelahnya. Aku sudah menyiapkan semua barang yang diperlukan untuk membunuhnya dan juga sudah memasak makan malam yang enak untuk kalian berdua.

"Maafkan aku, Archie, Tom. Sebagai istri dan ibu, aku memang belum sempurna. Masih banyak kekurangan yang aku miliki dan ingin sekali aku perbaiki. Tetapi, aku harus pergi sekarang. Jaga diri kalian baik-baik. Jaga pola makan kalian, jangan lupa berolahraga dengan teratur, dan aku juga meninggalkan buku resep buatanku di laci kamar. Satu lagi, aku mohon jangan merindukanku terus, ya? Karena aku pasti akan merasa sedih karenanya.

"Selamat untuk kelulusanmu di sekolah dasar, ya, Archie! Selamat juga karena akhirnya mendapatkan cuti untuk datang ke perpisahan Archie, ya, Tom! Aku sangat mencintai kalian berdua lebih dari apa pun! Sampai jumpa lagi. Tertanda, Linda Dominic, Ibu dan Istri yang sangat kalian cintai di dunia ini."

Tom menangis, menundukkan kepalanya, dan mencengkeram kuat kedua pahanya. Begitu juga dengan Killian yang ikut menangis juga. Sementara Archie masih diam terpaku menatap kertas di tangannya. Ron pun langsung mengelus kepala Archie.

"Archie, kau sudah boleh menangis sekarang."

Archie menangis dan langsung memeluk Tom. Tangisan mereka pecah setelah mengetahui pengorbanan yang selama ini ditutupi oleh Linda dari mereka.

"Archie, Killian, terima kasih kalian telah menjadi sahabatku selama ini."

Archie dan Killian terkejut setelah mendengarkan perkataan Ron. Mereka langsung menghapus air mata dan menatap ke arah Ron. Mereka kembali terkejut begitu melihat tubuh Ron sudah mulai menjadi abu, membuat mereka kembali meneteskan air mata.

"Ron ...."

"Jangan menangis lagi, Archie, Killian. Kalian berdua telah membantuku menyelesaikan pesan yang ada di kertas yang aku terima setelah kematianku itu. Kepingannya sudah terkumpul dan amplop itu sudah kalian terima, artinya aku sudah bisa pergi sekarang. Pesta ulang tahun, canda tawa, dan semua hal lain yang tidak pernah aku dapatkan telah kalian berikan. Untuk itu aku ucapkan terima kasih. Setelah aku pergi, jangan keluar malam-malam lagi dan datang ke sini, ya? Karena aku sudah tidak ada di sini lagi."

"Ron!"

Archie dan Killian langsung memeluk Ron dengan erat, lalu menangis dalam pelukannya. Ron pun memeluk balik keduanya dan terlihat sangat senang.

"Selamat tinggal, dua sahabat terbaikku."

Ron menghilang menjadi abu meninggalkan mereka berdua. Sontak, tangisan keduanya pun semakin menjadi-jadi. Tom memeluk keduanya untuk menenangkan mereka.

"Terima kasih, Ron. Berkatmu, aku bisa mengetahui isi hati Linda. Sampaikan salamku untuknya jika kalian berdua bertemu, ya?"

Pada akhirnya, Ron bisa pergi ke tempat yang seharusnya setelah menyelasaikan urusannya di dunia. Seorang laki-laki yang seumur hidupnya mendapatkan siksaan dari ayahnya, akhirnya bisa mendapatkan kebahagiaan setelah dia meninggalkan dunia.

Selamat jalan, Ronald Fitzgerald.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro