BAB 12 : Putri dan Pangeran

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Rissa memandangi ketiga sahabatnya yang tampak syok bergantian. Ia baru saja menceritakan pertemuannya dengan calon tunangannya yang bernama Diego. Sahabat-sahabatnya tahu benar siapa itu Diego, karena itu, mereka juga terkejut dan seakan tak percaya.

"Jadi, tunanganmu itu namanya Diego dan dia lebih tua setahun dari kita yang dapat dikatakan bahwa mungkin dia adalah Diego cinta pertamamu?" tanya Veve.

Rissa mengangguk. "Tapi, nggak nutup kemungkinan dia adalah Diego yang lain," jawab Rissa.

"Benar-benar sulit dipercaya," ujar Karis sambil menggigit burgernya.

Rissa menghela napas panjang, "Emang. Semua yang terjadi kemarin itu benar-benar kayak mimpi."

Wajah May berseri-seri, "Kalau gitu, kamu harus cari tahu kebenarannya, Riss. Apakah dia adalah Diego cinta pertamamu atau orang lain yang kebetulan bernama Diego. Ada jutaan orang bernama Diego di Indonesia. Kalau dia terbukti Diego cinta pertamamu, kamu benar-benar cewek yang beruntung, Riss. Bahkan, dia akan menjadi tunanganmu kelak. Ini akan menjadi cerita yang hebat," kata May.

Rissa mengangguk, "Aku berharap kalau dia adalah Diegoku, May. Aku sampai nggak bisa tidur mikirinnya. Seseorang yang aku cari selama dua belas tahun ini, mungkin aja akan kutemukan."

"Dan cintamu yang kamu simpan selama ini akan terbalas," tambah Veve.

Rissa tersenyum, "Semoga saja."

"Tapi, kalau dipikir-pikir, bisa aja dia adalah Diegomu, lho," May mengusap dagunya, "waktu ketemu dia pertama kali dua belas tahun lalu kan kamu masih TK besar dan dia udah memakai seragam Saint Sirius Elementary School. Jadi, udah jelas dia kakak kelas kita. Dan Diego calon tunanganmu itu emang setahun lebih tua dari kamu dan udah kuliah semester pertama, kan? Kemungkinan kebenarannya bisa bertambah."

"Aku juga mikir kayak gitu, May. Makanya, nanti aku harus cari tahu, langkah pertama mungkin aku akan menunjukkan kotak musik itu sama dia," ujar Rissa.

"Kalau gitu, kamu akan nerima perjodohan itu, Riss?" tanya Veve.

Rissa berpikir sejenak. "Ya. Hanya itu satu-satunya cara biar aku bisa mencari tahu tentang Diego."

"Kalau kamu menerima perjodohan itu tapi ternyata nantinya terbukti kalau dia bukan Diegomu gimana, dong?" tanya Karis.

Rissa terdiam sejenak, ia juga meragu. Namun, ia mencoba untuk pasrah, Apa salahnya kalau berusaha dulu? pikirnya. "Aku percaya sama takdir. Kalau memang takdirku bisa ketemu sama Diego yang sebenarnya, pasti selalu ada cara untuk menemukannya. Tapi, kalau ketemu sama Diego bukan takdirku, aku juga nggak bisa berbuat apa-apa. Paling tidak, ini adalah kemajuan usaha pencarianku selama ini dan aku nggak akan menyesali apapun."

Ketiga sahabatnya menggangguk pelan.

"Oh iya, sampai lupa nanya. Gimana dengan Diego tunanganmu itu? Maksudku penampilannya, Riss? Apa dia ganteng?" tanya May sambil menaik-naikkan alisnya dan tersenyum menggoda.

Rissa tertawa, "Bukan May namanya kalau nggak nanya tentang penampilan seorang cowok," Rissa menggelengkan kepala, kemudian mengusap dagunya, "hmm... menurutku dia cukup tampan dan terlihat dewasa, sih. Penampilannya rapi dan dia mempunyai garis mata yang tegas. Dia lebih tinggi dariku dan aku suka senyum ramahnya. Kayaknya, dia adalah orang yang sabar dan suka bercanda."

Mulut May menganga lebar, "Itu sih, ganteng. Aku nggak sabar pengen ngeliat dia secara langsung. Kalian nggak foto bareng? Akun sosmednya kamu nggak nanya?"

Veve mengibaskan tangan di depan wajah May, "Plis deh May. Kok kesannya jadi kamu yang ngebet banget. Itu calon tunangannya Rissa."

Bibir May mengerucut ke samping, "Iya aku tahu. Aku cuma penasaran, tahu sendiri kalau aku suka penasaran sama cowok-cowok ganteng. Kali aja dia emang Diegonya Rissa, kan aku juga ikut seneng."

Rissa tersenyum, "Iya, May. Semoga aja dia memang orang yang aku cari."

"Kamu emang terbaik, Riss. Suka sama seseorang dalam kurun waktu dua belas tahun itu nggak sebentar lho. Aku salut kamu masih bertahan sama cinta pertamamu. Semoga aja cinta tulusmu itu dibalas sama hasil yang kamu harapkan," Karis memberikan semangat dan doa.

"Terimakasih semuanya, tanpa dukungan kalian aku nggak akan bisa bertahan. Kalian emang sahabat terbaikku."

Veve mengusap matanya yang tiba-tiba berair, "Duh, aku jadi pengen nangis saking senengnya. Udahan deh suasana melownya, yuk pesen makan aja."

Rissa, May, dan Karis tertawa. "Anak band bisa terharu juga, toh," ledek Karis. Veve hanya manyun mendengar sahabat-sahabatnya tertawa, lalu bangkit berdiri, "Udah, deh. Ntar istirahat keburu abis, aku belum makan," ujarnya sambil berlalu.

"Aku juga, deh." May menyusul Veve.

TinggallahKaris dan Rissa yang duduk di meja kantin. Karis sibuk dengan burgernya. Rissamelihat ke sekeliling, pandangannya menangkap gerombolan SSDC yang bersenda gurau di meja seberang, tak terlalu jauh dari mejanya. Dilihatnya Rick yang sesekali hanya tersenyum kecil mendengar kelakar Justin atau Ivandito. Ketawanya masih irit banget, ya, batin Rissa. Tak lama kemudian pandangan Rick mengarah kepadanya, Rissa terhenyak. Rick tersenyum singkat padanya, Rissa membalas senyumnya. Rissa mengalihkan pandangan dan memegang tengkuknya rikuh.

***

"Perhatiann!!" suara Andre, ketua kelas XII-4 yang rupanya sudah berdiri di depan kelas itu membuat seisi kelas mengalihkan pandangan kepadanya. "Pengumuman! Untuk festival sekolah nanti, setiap kelas akan membuka bazaar seperti tahun sebelumnya. Pengurus kelas udah sepakat kalau untuk bazaar nanti kelas kita akan membuka stan cafe karena ukuran stan yang kita sewa cukup luas."

Andre mengangkat dua kotak kardus yang dibawanya, kotak berbentuk kubus itu tidak terlalu besar, selebar telapak tangan, "Di dalam kotak ini, aku udah nyiapin gulungan kertas yang udah ditulis nama-nama kalian semua. Jumlah anggota kelas ini tiga puluh orang. Dikurangi pengurus kelas, ada dua puluh empat gulungan kertas di kedua kotak ini," 

Andre mengangkat kedua kotak kardus itu lebih tinggi, "kotak yang hijau isinya nama-nama murid cowok. Dan yang merah, nama-nama murid cewek. Nah, di bazaar tahun ini, rencananya akan dibuat konsep kerajaan Negeri dongeng. Bakal ada pemeran Raja, Ratu, Pangeran, dan Putri. Tugasnya yaitu menarik para pengunjung festival ke bazaar kita. Raja akan berpasangan dengan Ratu dan Pangeran berpasangan dengan Putri. Sisanya yang menjadi pelayan, melayani pesanan dan ada juga yang menunjukkan bakat ke para tamu. Nantinya juga akan memakai kostum sesuai dengan peran. Biar adil, pemerannya ditentukan dari gulungan kertas di kardus ini."

Seisi kelas gaduh, sebagian menyatakan persetujuannya, sebagian lagi tidak. "Tenang semuanya! Aku ketua kelas di sini dan keputusan ini udah disetujui oleh pengurus kelas yang lain. Aku akan tetap memakai gulungan kertas yang ada di kotak kardus ini."

Setelah suasana kelas mulai tenang, Andre melanjutkan perkataannya, "Oke. Aku akan mulai dari pemeran raja." Andre mengocok kotak kardus warna hijau dan mengambil satu gulungan kertas. "Yang jadi pemeran raja adalah Bayu."

Semua bertepuk tangan. Bayu tampak malu-malu mendapat siulan teman-teman sekelas. Lalu, Andre melanjutkan untuk pemeran yang akan menjadi ratu. "Icha. Kamu yang kepilih."

Icha melonjak gembira diikuti tepuk tangan teman-teman sekelas. "Yesss... aku bakal jadi ratu paling cantik di festival nanti," kata Icha kepada kedua sahabatnya.

"Betul banget, Cha. Cuma kamu yang pantas memerankan ratunya," puji Shilla.

"Iya. Pas banget ya kamu yang kepilih. Nanti kita temenin nyalon, deh," ujar Lena. Icha mengangguk senang.

"Oke, sekarang untuk pemeran putri. Yang jadi putrinya...." Andre membuka gulungan kertasnya, "Rissa."

Seisi kelas bertepuk tangan. Ada yang gaduh dan besiul-siul. Rissa sendiri menrasa terkejut, mulutnya menganga, "Ha? Aku?"

"Iya, kamu Riss," jawab May yang ada di sampingnya.

"Cocok banget sama kamu, Riss. Kita bertiga malah jadi pelayan," ujar Karis dengan wajah kecewa.

Veve tertawa, "Enakan jadi pelayan, Karis. Nggak bakal bosen. Yang jadi Raja, Ratu, Pangeran, dan Putri pasti bakalan bosen karena cuma berdiri menyapa pengunjung dan bagi-bagi brosur. Kalau jadi pelayan kan sibuk, itung-itung kamu ngurusin badan."

Mendengar kata-kata Veve, May dan Rissa tertawa, sedangkan Karis hanya manyun.

"Nah, yang terakhir, yang jadi pangerannya.... Rick." Seisi kelas riuh. Rick nampak tenang. Sedanglan Icha terkejut dan tampak tidak senang, ia menggigit bibir. Apa? Rick yang jadi pangerannya? Jadi, nantinya dia bakal berpasangan sama Rissa? batinnya.

Rissa pun tak bisa menutupi rasa kagetnya, namun ia tak berani melihat ke arah Rick.

"Wow, yang jadi pengerannya si Rick," kata Veve.

"Kamu bakal berpasangan sama manusia robot, Riss," sambung Karis.

Seisi kelas masih riuh, sebagian merasa kecewa karena tidak terpilih. "Untuk sisanya akan jadi pelayan cafe. Kalau ada bakat yang ingin ditampilkan nanti, langsung aja hubungi aku atau bisa lewat pengurus kelas yang lain. Sekian pengumuman."

Duh, kenapa harus dia? Nanti kalau jadi canggung gimana? batin Rissa.

"Riss!" Suara May menyadarkan Rissa.

"Ya?" jawabnya.

"Jangan lupa kita juga harus berlatih untuk penampilan di pentas seni nanti. Tim kita udah terpilih. Festival sekolah juga kurang dari tiga bulan lagi."

"Iya. Tenang aja," ujar Rissa. Tiba-tiba Rissa merasakan ponselnya bergetar . Ia kemudian memeriksa pesan yang masuk dan ternyata dari Diego. Baru saja ia akan menekan pesan itu, sebuah pesan baru yang lain masuk. Vano? ia akhirnya membuka pesan dari Vano terlebih dahulu.

Geovano:

Hari ini aku dan keluargaku akan berangkat ke California. Aku akan memberitahu alamatku, kamu harus mampir kalau sedang berlibur ke sana. :) Sampai jumpa lagi.

Rissa menghembuskan napas panjang membaca pesan dari Vano. Ia kira Vano bakal membencinya, tapi ternyata tidak, ia senang. Dibalasnya pesan itu.

Tentu saja aku akan mampir, sampai jumpa lagi dan terimakasih. Safe flight, ya :)

Setelah membalas pesan Vano, jari Rissa kemudian menuju pesan dari Diego.

Diego:

Aku akan kembali ke Semarang Senin depan. Sebelum itu, apakah kita bisa bertemu lagi?

Kapan?

Diego:

Hari Sabtu minggu depan. Malam jam 7. Nggak ada acara, kan? Aku harap nggak ada, hehe. :p

Tidak ada. Ayo ketemu.

Diego:

Oke, aku akan menjemputmu di asrama. Sampai jumpa hari Sabtu.

Rissa merasa senang, Baiklah! Sabtu nanti aku akan menunjukkan kotak musik itu padanya. Dengan begitu, aku akan tahu dia adalah Diegoku atau bukan. Semoga saja aku mendapat jawabannya nanti.   

***


Magic Forest

8 Oktober 2017 (Republish)

15:42

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro