The Manager: Missing

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah kejadian yang menimpa Tadaomi di tempat Tetsumichi, kini aku membawanya kembali ke kamarnya di asrama dengan posisinya yang masih lemas itu aku menggendongnya sambil berusaha agar tak terlihat khawatir. Masaki yang melihat kami berdua langsung menyapa, "Kalian sudah kembali?"

"Ya Masaki san."

"Eh, Tadaomi kenapa?"

Aku mendekatinya sambil berbisik, "Kumohon jangan beritahukan kepada pak produser soal ini."

"Ada apa memangnya?" tanyanya penasaran.

"Tadi Tadaomi keracunan."

"Hah?!" kejutnya, dengan cepat aku menutup mulutnya.

"Jangan keras-keras."

"Fuah, kok bisa?" sambil melepaskan tanganku.

"Aku nggak tahu, tadi pas di sana aku sama Tadaomi lagi minum cola. Terus tahu-tahu dia malah batuk, habis itu pingsan."

"Wah bahaya nih, kira-kira kamu udah tahu belom pelakunya siapa?"

"Aku nggak tahu, tapi sebaiknya tutup mulut dulu biar nggak makin kacau."

"Dimengerti!" katanya.

"Ya sudah aku mau ke kamarnya dulu, biar dia istirahat."

"Iya." angguknya.

Aku menuju lift dan segera menekan tombol lantai 3 tempat dimana kamar Tadaomi berada, setibanya di sana aku langsung menidurkannya di dalam kamar. Kuperiksa keadaan badannya, walaupun tadi sudah dirawat oleh Tetsumichi tetap saja kondisinya masih lemas. Aku hanya menangis di sampingnya sambil menggenggam tangan kecilnya yang halus itu, "Maafkan aku Tadaomi ...."

"Hng ..." anak itu bergumam, mungkin dia terbangun karena aku.

"Tadaomi?"

"Nee chan ...." panggilnya.

"Kamu tak apa-apa Tadaomi?"

"Aku hanya lemas nee chan, kepalaku agak sakit. Tapi tidak apa-apa."

"Syukurlah, tidurlah lagi hingga kamu pulih. Nee chan akan menemanimu."

Tadaomi hanya menurut kemudian memejamkan matanya lagi, kuusap rambutnya perlahan hingga dia tertidur pulas. Aku tak berani meninggalkannya sendirian karena khawatir, dalam hati aku bersumpah siapapun yang berani berbuat jahat kepada Tadaomi maka dia harus berhadapan denganku. Tanpa sadar aku ikut tertidur di sampingnya sambil terus memegang tangannya dengan erat, "Aku akan terus menjagamu Tadaomi ...." gumamku sesaat sebelum akhirnya tertidur juga.

Dering dari handphoneku yang kutaruh di saku tiba-tiba saja membangunkanku yang tertidur. Aku segera mengangkatnya, "Halo?"

Pak produser
"(Y/n) san, apa sudah selesai pertemuannya?"

You
"Iya pak."


Pak produser
"Baiklah, kalau begitu tugas hari ini untuk Tadaomi sudah selesai."

You
"Terima kasih pak."


Pak produser
"Ya sama-sama. Dan untuk besok dia harus berlatih lagi, aku harap kamu bisa menemaninya."

You
"Akan saya laksanakan pak."


Pak produser
"Bagus. Kalau begitu sudah dulu ya."

You
"Baik pak."


Telephone pun ditutup dari pihak seberang, aku rasa sekarang tak ada pekerjaan lagi untukku. Maka untuk hari ini aku putuskan saja untuk menjaganya seharian hingga dia benar-benar sembuh. Keesokannya hari dimana Tadaomi akan berlatih, walau kondisinya sudah membaik entah kenapa aku tetap saja khawatir dengannya hingga aku terus-terusan melihatnya yang sedang asik bermain piano.

"Nee chan?" panggilnya.

"Ah, ya ada apa?"

"Kenapa melamun lagi?"

"Aku tidak melamun kok Tadaomi, apa kamu sudah selesai berlatih?"

"Sebentar lagi. Aku ingin memainkan sebuah lagu untuk Nee chan, tolong dengarkan ya." katanya sambil tersenyum.

"Baiklah."

Tadaomi mulai memainkan pianonya lagi dengan indah, untuk sejenak aku mendengarkan melodinya yang sangat indah itu. Hatiku merasa tenang berkat permainan pianonya. Namun tiba-tiba saja aku teringat dengan sebuah tiket yang diberikan oleh Hideki waktu itu, aku mengambilnya dari dalam saku jas ku dan melihatnya. Rupanya hari ini adalah hari pertunjukkannya, dengan cepat aku mengatakannya kepada Tadaomi.

"Tadaomi, hari ini kita akan pergi ke sebuah kampus untuk menonton pertunjukkannya Hideki-san."

"Hideki-san?"

"Pengamen yang waktu itu kita temui. Aku akan minta izin pak produser dulu, kamu tunggu sini ya."

"Ya."

Tadaomi kutinggalkan sendirian di ruang latihan, dengan cepat aku meminta izin kepada pak produser untuk pergi keluar sejenak menonton pertunjukan yang diadakan oleh kenalan kami. Pak produser memberikan izin dengan mudahnya dan kami berdua langsung pergi ke tempat tujuan. Tadaomi hanya mengikutiku saja tanpa banyak bertanya, yang ada dia hanya memikirkan ingin diajak ke sebuah pertunjukkan yang sangat menyenangkan. Sampailah kami di sebuah kampus bernama Universitas Umeda, aku menuntun Tadaomi agar tetap berjalan bersamaku. Di depan gerbang aku meminta izin kepada petugas yang ada di sana.

"Permisi, kami dari Sea Sky Production ingin mengunjungi seseorang dari kampus ini."

"Kalau boleh tahu anda ingin bertemu dengan siapa?" tanyanya.

"Hideki Tojo."

"Baik, sebentar ya." katanya sambil memberikan sebuah buku, "Tolong diisi dulu nama dan tanda tangan."

Kuisi buku tersebut sementara aku menunggu penjaga tersebut memanggil orang yang bersangkutan, tak lama pun seorang lelaki dengan rambut hitam itu menghampiri gerbang dan melihat kami berdua.

"Ah kalian yang waktu itu bukan?"

"Benar." jawabku.

"Kalau begitu ayo masuk." katanya.

Aku kembali ke dalam mobilku dan segera memakirkannya di parkiran. Setelahnya aku dan Tadaomi keluar dari mobil, "Selamat pagi Hideki-san."

"Selamat pagi juga (Y/n) san dan Tadaomi san. Aku tak menyangka kalian akan datang ke pertunjukkan ku."

"Yah, aku teringat dengan tiket yang kamu berikan waktu itu. Jadi aku mengajak Tadaomi untuk menontonnya."

"Aku benar-benar berterima kasih karena kalian telah datang, ayo biar kuantar kalian ke tempat konsernya." Kata Hideki sambil menuntun kami berdua masuk ke dalam universitas tersebut.

Di dalam sana kami diajak ke sebuah aula yang lumayan besar, sudah banyak orang yang duduk di kursi penonton dan menyaksikan acaranya, "Setelah ini giliranku untuk tampil. Jadi tolong lihat dari sini saja."

Hideki menunjuk kursi yang masih kosong, aku dan Tadaomi pun kemudian duduk di sana, "Terima kasih Hideki-san. Berjuanglah."

"Baik."

Setelah acara yang dibawakan oleh para perempuan yang menari di atas panggung tadi kini adalah acara yang akan dibawakan oleh Hideki dan teman-temannya. Kali ini dia memainkan alat musik berupa synthesizer, sambil menyanyikan sebuah lagu semua orang sangat senang dan ikut bernyanyi bersamanya. Aku juga takjub dengan penampilannya itu,

"Tadaomi, bagaimana? Bukankah ini menyenangkan?" tanyaku.

"Iya nee-chan." jawabnya sambil tersenyum.

Penampilannya berjalan dengan lancar, namun sialnya tiba-tiba tenggorokanku terasa kering. Aku memutuskan untuk membeli minuman, kutinggalkan Tadaomi yang masih terduduk manis di kursinya itu, "Tadaomi, aku ingin beli air dulu ya. Kamu tunggu di sini."

"Baik nee-chan."

Dengan cepat aku keluar dari aula tersebut dan mencari sebuah mesin minuman otomatis, langsung saja kumasukkan beberapa koin dan memencet salah satu tombol. Dua kaleng jus apel keluar dari mesin tersebut, saat aku ingin mengambilnya tiba-tiba saja dari arah belakang ada tangan yang menutup mulutku dengan kain, sepertinya aku dibius! Aku berusaha untuk melawannya namun pengaruh obat itu sangat kuat hingga perlahan tubuhku terasa lemas dan pingsan.

"Fufu, dengan ini pasti anak itu akan menghampiriku."

Tubuhku di angkat oleh seseorang yang tak ku kenal, entah mau dibawa kemana. Sementara itu Tadaomi yang sudah lama menunggu merasa curiga karena aku tak kunjung kembali, dia kemudian keluar sambil mencari ke seluruh ruangan di kampus itu, Tadaomi melihat sebuah handphone yang tampaknya memang punya manajernya, "Ini handphone nee-chan. Tapi kemana nee-chan?"

"Tadaomi? Benarkah itu kau?" tanya seorang perempuan.

"Ya, aku Tadaomi."

"Ah ternyata benar ya, lucu sekali anak ini. Tadaomi ayo foto bareng."

Saat perempuan itu ingin berfoto bersamanya dengan cepat Tadaomi menolaknya, "Maafkan aku, tapi aku sedang mencari nee-chan ku. Apa anda tadi lihat?"

"Siapa nee-chan mu?"

"(Y/n) nee-chan, dia manajerku."

"Maafkan aku tapi aku tidak bisa membantumu."

"Ah kalau begitu terima kasih ya." katanya sambil meninggalkan perempuan itu begitu saja.

"Cih. Padahal aku ingin foto bersamanya."

Tadaomi yang sudah menjauh dari orang tersebut kemudian mengecek handphone tersebut dan menelpon seseorang yang bisa dihubungi, "Halo Masaki-san."

Masaki
"Eh, Tadaomi-kun? Kenapa kamu menelpon?"


Tadaomi
"Cepat datang kemari. Aku sedang ada di Universitas Umeda, (Y/n) nee-chan menghilang."


Masaki
"Apa?! Jangan bercanda kamu Tadaomi."


Tadaomi
"Apakah aku sedang bercanda?" tanyanya dengan nada yang datar.

Masaki
"Ah, baiklah aku akan segera ke sana."

Tadaomi
"Cepatlah."


Telepon pun di tutup dan Tadaomi berharap bahwa manajernya akan baik-baik saja, "Nee-chan, aku pasti akan menemukanmu."




To be continued.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro