GBS | 20

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

" Uhhhh ... "

Pergerakan dari jari - jemari itu membuatkan Haykal tersedar . Mata dia terbuka luas melihat gadis di hadapan dia sudah membuka mata .

" Alhamdulillah " ucapnya perlahan . Haykal terus berdiri lalu berlari menuju ke pintu . Pintu dikuak luas --

" Guys ! Dia dah sedar ! " jeritnya kuat . Bergema di seluruh villa itu . Empat pasang mata terbuka luas .

Mereka yang elok berbaring di atas sofa terus bangun . Bergegas menuju ke bilik yang menempatkan gadis itu . Pintu dirempuh dengan kasar . Mereka memandang Haykal .

" Is she fine ? " Rafiq memulakan bicara . Dia berdiri di kanan katil .

" Aku kat mana ni ? Siapa korang semua ? Apa dah jadi dengan aku ? " soal gadis itu . Dia cuba bangun dari pembaringan . Berkerut wajah dia menahan sakit .

" No need . Baring je . Kau masih belum sembuh sepenuhnya lagi " Haykal menekan badan gadis itu supaya kembali berbaring .

Gadis itu mengetap bibir . Mata dia memandang kosong wajah tiga jejaka di hadapan dia . Tangan kiri dia diangkat . Masih berbalut kemas . Kemudian dia menyentuh dahinya pula . Plaster putih elok tertampal di tepi dahinya .

" Apa dah jadi sebenarnya ? " soalnya penuh tanda tanya . Dia cuba ingat tapi seakan - akan ada sesuatu yang menghalang . Akhirnya , dia menjerit kesakitan .

" Arghhh ! Sakit ! " raungnya . Memori itu datang secara bercelaru .

Telinga dia berdengung . Terdengar bunyi jeritan . Bunyi letupan . Namun dia tidak dapat mendengar dengan jelas . Memori itu seakan - akan berputar . Mengulang tayang .

" Hold on girl ! Tak perlu paksa diri kau ingat semua tu . Kau dengar je cerita dari kami semua " Rafiq memegang kedua tangan gadis itu .

Mata dia memandang Haykal . Isyarat diberikan kepada lelaki itu . Haykal menarik nafas panjang . Cerita dimula dari awal hingga akhir .

Rafiq memandang gadis itu . Tidak beriak sedikit pun . Hanya wajah kosong saja .

" Kau ingat nama kau ? Keluarga kau ? " Fiyadh akhirnya bersuara . Dia berpeluk tubuh . Menantikan reaksi gadis itu .

" Nama aku Zara ... Zara Melina " ujarnya datar . Muka dikerutkan .

" Lagi ? "

" Aku tak ada keluarga . Mereka semua dah meninggal . Tapi aku ada seorang kakak . Dia -- " Zara Melina cuba mengingat kembali .

Bayangan seorang gadis menerjah masuk . Suara - suara gelak ketawa tiga orang gadis . Zara Melina mengetap bibir kuat . Tangan dia mengenggam selimut erat .

" Aira Kirana "

+++

Farhan Adham menumbuk pelajar itu sehingga nyawa - nyawa ikan . Bibir pelajar itu pecah . Baju sekolah sudah bercampur dengan darah . Firhad Aqasha hanya bersandar di dinding . Memandang dengan riak datar .

" Cakap ! Siapa hantar kau ? " tengking dia kuat . Membuatkan pelajar itu gerun .

Diam . Tiada suara yang keluar . Farhan Adham mengetap gigi . Urat mula timbul di lehernya . Lalu dia menendang kuat dada pelajar itu .

Pelajar itu jatuh . Tangan dia naik memegang dada dia yang terasa senak . Dia menentang pandangan Farhan Adham dengan berani .

" Aku tak akan bagitahu kau ! " ujar pelajar itu yang merupakan seorang lelaki . Menyamar menjadi pelajar di sekolah itu .

BUK !

Farhan Adham menendang kuat kepala lelaki itu . Cukup kuat hingga menyebabkan darah tersembur keluar .

" Kau tak nak bagitahu aku kan .. " dia menyeringai sinis . Merentap kuat rambut lelaki itu .

BUK ! BUK !

Tumbukan bertalu - talu pada wajah lelaki itu menyebabkan muka dia pecah . Darah memgalir keluar . Farhan Adham masih belum puas .

" Bunuh je aku " kata lelaki itu lemah . Badan dia melorot jatuh ke atas tanah . Lunyai badan dia .

Farhan Adham memandang Firhad Aqasha . Lelaki itu berjalan mendekati kembar dia . Mencangkung di hadapan lelaki itu .

" Aku tak akan bunuh selagi kau tak bagitahu aku .. " bisik Firhad Aqasha . Dia mencengkam kuat rahang lelaki itu .

" Bodoh ! Kau fikir aku akan bagitahu ke ? " lelaki itu melemparkan pandangan sinis .

Firhad Aqasha mengetap bibir . Dia berdiri . Kepala lelaki itu dipijaknya kuat . Raungan lelaki itu tidak dihiraukan .

Farhan Adham dalam diam mengeluarkan sepucuk pistol . Bersiap sedia mahu menembak lelaki itu . Firhad Aqasha mengalih kakinya . Jika boleh sudah lama lelaki itu mati di tangan dia .

" Selamat tinggal .. "

Lalu tembakan dilepaskan . Dahi lelaki itu berlubang dengan mata terbelalak luas . Kaku tidak bernyawa . Farhan Adham menyisip pistolnya . Mujur bilik itu kalis bunyi .

" Hmm .. aku rasa aku tahu siapa " gumam Firhad Aqasha apabila mata dia terpandang satu lambang pada kaki lelaki itu .

Farhan Adham melihat ke arah itu . Mereka sama - sama mengukir senyuman sinis . Bilik yang mereka duduki adalah bilik rahsia mereka . Cukup lengkap . Memang sudah ramai yang mati di dalam bilik itu . Namun tiada sesiapa pun tahu kewujudan bilik itu .

Mereka berdua keluar dari bilik itu . Berjalan seperti biasa . Seolah - olah tiada apa yang terjadi . Farhan Adham membiarkan saja baju putih bercorak kesan darah .

Pelajar - pelajar yang terserempak dengan mereka automatik menunduk . Gerun mereka . Lagi - lagi melihat darah . Pasti sudah berlaku sesuatu .

Farish Amri memandang dua kembar dia yang baru masuk itu . Di sisi dia , Nur Aqira sedang lena . Mereka melepak di bilik rehat yang dikhaskan untuk mereka .

" Macam mana ? " soalnya sebaik saja dua abangnya duduk .

" Mata " balas Firhad Aqasha datar . Kotak rokok dicapai lalu dia mengambil sebatang rokok .

Pemetik api diambil lalu dicucuh pada hujung rokok . Asap berkepul - kepul keluar . Farhan Adham menanggalkan bajunya . Meninggalkan baju-t putih pada badan dia .

Nur Aqira terjaga dari tidur . Terpisat - pisat dia bangun . Badan disandar pada kerusi . Memerhati tiga jejaka di hadapan dia .

" Lena betul kau tidur ? " Farish Amri bersuara . Dia nampak tenang membaca majalah remaja di sebelah isterinya .

Nur Aqira diam . Dia cuba mengingati sesuatu . Mimpi tadi seakan memberi makna . Tentang seseorang yang begitu dekat dengannya .

" Qira , tolong kami .. tolong kami . Selamatkan kami "

" Hahahahaha .. korang akan mati ! Sama macam orang tua korang ! "

" Tak ! Jangan bunuh dia ! Tolong ... ! "

" Lepaskan aku Mel ! Lepaskan aku ! Pergi ! Pergi ! "

" Bodoh ! Sama macam orang tua korang ! Nak mampus sempat lagi berdrama ! "

BANG !

Nur Aqira tersentak . Suara - suara itu berlegar - legar dalam minda dia . Bunyi tembakan itu sangat jelas . Tapi dia tidak tahu . Dia tidak cam suara itu semua .

" Kau okay tak ? " Firhad Aqasha menegur . Dia perasan gadis itu asyik mengerutkan muka .

" Err ... a--aku okay " tergagap Nur Aqira membalas . Dia cuba menenangkan dirinya .

Dia harus cari tahu . Mimpi itu seakan petunjuk buatnya . Tapi ... betulkah ? Atau hanya ilusi dia sahaja ?

Dia tidak pasti . Dia memandang lengan dia . Lama dia memerhati lengan kanan dia yang terselak itu . Mata dia membulat besar . Bayangan tadi kembali menerjah .

Gadis itu jatuh . Darah menyembur keluar . Mata dia memandang ke arahnya dengan senyuman di bibir . Dari mata dia tahu gadis itu cukup terseksa . Lengan gadis itu berdarah . Seakan - akan ditoreh . Mata dia mengecil . Membaca nombor di lengan gadis itu .

" 2104"

" Tu bukan ke ... " Nur Aqira automatik berdiri . Dia bergegas keluar dari bilik itu .

" Bini kau kenapa ? Pelik semacam je ? " Farhan Adham memandang adiknya .

" Entah . Jomlah kita ikut dia " lalu mereka bergegas keluar . Mengekori gadis itu yang sudah jauh ke depan .

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro