-ANGEL AND DEVIL-

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Game Of Destiny (GOD)

Discalimer

Masashi Kishimoto

Story By

Lavendark

Main Character

-Hinata Hyuuga-

Other Character

Haruno Sakura, Namikaze Naruto, Uchiha Sasuke

Genre

Romance, Drama, Slice of Life, Hurt/Comfort

.

.

.

.

.

Sebelumnya, aku akan memperingatkan. untuk kalian yang sudah terlanjur membenci sakura, maka tidak perlu dibaca chapter ini. karena chapter ini 100% menceritakan tentang sakura. aku tak mau kalian kesal ataupun lainnya. apalagi ini bulan ramadhan. oh... dan cerita ini 95% adalah flashback.

.

.

.

Enjoy Reading!

.

.

.

.

.

"Kau sudah dengar gosipnya? Sakura?" perkataan Hitomi membuat Sakura mengernyit bingung. Mata hijaunya menatap teman sebangkunya itu. Hitomi terkekeh, lalu dengan pandangan puja, dia melanjutkan lagi ucapannya. "julukan malaikat dan iblis di sekolah kita" suaranya terpekik senang.

Sakura diam. Dia berfikir, ada apa dengan iblis dan malaikat?? Dan apa hubungannya dengannya?

Melihat Sakura yang kebingungan membuat Hitomi lagi lagi terkekeh. "kau dan Hyuuga Hinata" ujarnya singkat.

Lagi, Sakura memilih membisu. Hyuuga Hinata. Sakura pernah mendengar namanya beberapa kali. Perempuan yang katanya lahir dengan keberuntungan duniawi. Dan sayangnya keberuntungan itu di salah gunakan oleh Hyuuga Hinata. Hyuuga Hinata si congkak nan sombong, begitulah yang Sakura tau. Sakura tak peduli dengan hal hal gosip dan sebagainya, menurutnya dia tak mengenal Hyuuga Hinata, jadi dia tak berhak untuk menilai bagaimana seorang Hyuuga Hinata.

Tapi kali ini sedikit berbeda, namanya di sandingkan dengan si Hyuuga itu. Tentu itu mengundang rasa penasaran Sakura. "apa maksudmu?" Sakura bertanya, sedikit penasaran dengan julukan malaikat dan iblis.

"kau dan Hyuuga Hinata sangat bertolak belakang. Kau adalah perempuan sederhana, baik hati dan pintar. Dan Hyuuga Hinata adalah kebalikannya." Sakura agak tersenyum kecil mendengarnya. Sebagai manusia biasa tentu Sakura merasa senang saat ada yang memujinya, terlebih pujian itu di dapat atas usaha kerasnya sendiri. Yah... Sakura memang sering mendengar pandangan siswa siswi padanya di SMA ini. Mengenai dirinya yang berhasil masuk dengan beasiswa ataupun dirinya yang cantik dan bersinar. Yang membuatnya sangat di puji oleh para siswa siswi adalah dia yang berhasil masuk kedalam zona pertemanan dengan Sasuke dan Naruto. Dua pria yang di gilai seluruh siswi konohagakure. Memang benar, jika Sasuke dan Naruto adalah keturunan ningrat, mereka tampan, cerdas, dan bersinar dengan cara mereka masing-masing. Naruto bersinar karena kehangatannya, sedangkan Sasuke bersinar akan ketenangannya.

Memang tak bisa di pungkiri keberuntungan Sakura yang bisa menjadi sahabat mereka, hanya saja.... orang-orang tidaklah tau dengan arti sahabat diantara ketiganya. Orang orang menganggap mereka bertiga adalah kombinasi sempurna, Sakura tak menyalahkan itu.... namun menurut Sakura, persahabatan mereka lebih dalam dari pada arti sempurna.

Mereka adalah keluarga.

"kau hangat dan ceria, sedangkan si Hyuuga itu dingin dan pendendam" lamunan Sakura hilang, menatap Hitomi dengan pandangan tak puas "kau perempuan yang mandiri, sedangkan si Hyuuga itu adalah perempuan yang manja.... Oh! Apa kau pernah lihat berapa banyak maidnya? Kurasa lebih dari dua ratus!" Hitomi masih asik berceloteh mengabaikan Sakuran yang mulai menepuk bahunya.

"Hitomi, tidak baik membicarakan orang lain" tegurnya. Bukannya merasa bersalah Hitomi justru mengerucutkan bibirnya.

"kenapa? Biar saja! Hyuuga Hinata itu seorang penindas! Kau tak tau sudah beberapa siswi yang di buat menderita olehnya?" Sakura tau. Sangat tau perihal siswi siswi yang jadi korban penindasan Hyuuga Hinata. Sangat disayangkan mereka memilih keluar, mungkin jika itu adalah Sakura... maka Sakura akan melaporkannya ke pihak sekolah. Memang akan percuma mengingat kekuasaan Hyuuga yang sangat besar.... tapi setidaknya, Sakura sudah berusaha untuk melawan.

"makanya, para siswi bergosip perihal perbandingan antara kau dan Hyuuga Hinata" yah.... gosip mengenai Hyuuga Hinata itu bak menu makan siang dikantin yang selalu ada setiap harinya.

"apa maksudmu?"

"apalagi? Tentu kau adalah malaikat dan Hyuuga Hinata adalah iblisnya" mata Sakura membola. Apa katanya? Oh... tidak! Sakura tak mau mencari masalah dengan si Hyuuga itu. Bagaimana jika Hyuuga Hinata mendengar ini? Apakah Sakura akan ditindas oleh si Hyuuga? Sungguh, bukan Sakura lah yang memulai gossip murahan seperti ini.

"kenapa mereka seenaknya seperti itu?" dalam nadanya ada rasa kekhawatiran, dan itu malah membuat Hitomi terkikik geli.

"oh Sakura... kau tak perlu takut dengannya, jika dia macam-macam denganmu... maka kuyakin dua pangeranmu akan melindungimu" katanya percaya diri. Sakura sedikit tak suka mendengarnya. Perkataan Hitomi menyiratkan seakan akan dirinya memanfaatkan Naruto dan Sasuke. Tidak! Tidak seperti itu.! "oh betapa bangganya aku menjadi temanmu" lanjutnya lagi.

Sakura menghela nafas sebentar.

"Hitomi, pertemanan kami bertiga tidak seperti....."

"oh lihat! Pangeranmu sudah menunggu di depan pintu!" Hitomi berbisik memotong ucapan Sakura, sedangkan Sakura langsung menggulirkan emeraldnya ke arah pintu kelas. Seperti biasa, saat jam istirahat mereka berdua akan datang ke kelas Sakura dan menunggunya di depan pintu. Naruto dengan senyum lebarnya dan Sasuke dengan pandangan dinginnya, namun Sakura tau ada kehangatan di sana.

Jika ditanya apa keberuntungan Sakura lahir di dunia ini? Maka Sakura akan menjawab bahwa itu adalah Uchiha Sasuke dan Namikaze Naruto. Sakura bersumpah untuk menjaga keduanya, mereka bertiga akan dekat selamanya.... Sakura mencintai Sasuke dan menyayangi Naruto... keduanya adalah orang yang akan terus Sakura pertahankan.

Sakura tersenyum kearah mereka berdua, berjalan mendekat dan pergi ke kantin sambil mengobrol seperti biasanya.

.

.

.

...

.

.

.

Sakura pernah melihat sekilas Hyuuga Hinata. Yang paling jelas adalah saat insiden Nara Shikamaru -siswa terpandai di SMA menyatakan perasaannya pada Hyuuga Hinata. Saat itu semua murid berbondong-bondong melihat adegan langka itu.

Seperti biasa, spekulasi dari para siswa dan siswi langsung menyebar kemana-mana. Mengatakan Shikamaru sebagai pria yang gila kekuasaan. Siswa pandai yang berusaha menaklukan keturunan monster di dunia bisnis. Memang aneh jika dilihat... semua orang sudah tau bagaimana catatan akademik dari Hinata. Tak seperti keluarga Hyuuga yang lain, Hinata adalah satu-satunya orang terbodoh di Hyuuga. Itulah yang Sakura dengar. Spekulasi itu muncul saat para siswa siswi mengetahui jika rapot dan rangking Hinata di tutupi alias tidak di umumkan setiap akhir semester. Tentu alasannya hanya satu. Keluarga Hyuuga malu dengan nilai yang buruk dari salah satu ahli warisnya.

Si pandai dan si bodoh. Bukankah itu hal yang aneh? Tapi biarlah, Sakura tak mau mengurusi perihal gosip.

Dan kali ini rasanya berbeda. Sakura bukan hanya memandang Hyuuga Hinata, tapi mereka saling pandang satu sama lain. Bertatapan, amethis dengan pandangan keji dan emerald dengan pandangan marah.

Sakura memutus kontak mata mereka. Pandangannya bergulir ke arah anak kecil yang menangis sesenggukan. Pergelangan tangan mungil itu di cengkram oleh tangan Hinata. Sakura sedikit miris melihatnya.

"lepaskan tanganmu, Haruno-san" pandangan amethis itu jatuh ke arah tangan kiri Sakura yang juga memegang erat pergelangan si cilik. "dia harus di adili" lanjutnya lagi.

Sakura terperangah tak percaya. "tapi dia masih anak-anak Hyuuga-san!" Sakura sudah tak peduli dengan status, dia yang memang memiliki rasa simpatik telah memberontak dari ketakutannya sendiri, Hitomi benar, saat Sakura mencari masalah dengan Hinata... maka ada Sasuke dan Naruto yang akan melindunginya. "dan kau menyakitinya!" Sakura geram. Melihat anak perempuan yang diseret paksa oleh Hyuuga Hinata membuat Sakura dengan spontan mencekalnya. Meski alasannya membuat Sakura menjadi bimbang, namun tetap saja.... perempuan ini masih kanak-kanak.

Sakura tak menyangka akan hal ini. Awalnya dia hanya sedang berjalan santai menuju minimarket, namun saat ditengah jalan mendengar tangisan anak kecil, membuat Sakura berakhir di tempat ini. Di jalanan, menjadi tontonan dan membuat seorang Hyuuga Hinata marah.

"aku tak menyakitinya" dengan acuh Hyuuga Hinata menjawab. Sakura mulai membenarkan segala macam gossip tentang Hinata.

Perempuan tanpa perasaan.

"kau menyeret paksa dia!" mata Sakura nyalang, entah keberanian darimana, dia berekspresi secara spontanitas.

"itu karena dia menolak untuk ku bawa ke tempat yang seharusnya!"

"Apa?

"dia pencuri, dia telah mencuri uangku" seperti gossip yang Sakura dengar, suara Hyuuga Hinata amat sangat dingin dan menusuk ke telinga.

Sakura menatap miris si gadis cilik. Terlihat sekali jika dia memang berasal dari orang terbelakang. Anak itu dekil, bajunya juga kusam.... Ada beberapa kotoran yang menempel pada siku dan lututnya.

Gadis pekerja keras, itulah yang Sakura bisa simpulkan.

"meski itu benar, bukankah lebih baik mendengar alasannya? Dia pasti memiliki alasan kuat untuk ini" Sakura berusaha menenangkan si kecil dengan mengusap kepalanya. Hinata mendengus remeh. Sakura tetap bersabar.

"kau terlalu ikut campur, Haruno!"

Sakura tak mengindahkan ucapan Hinata. Dirinya justru berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan si cilik, mengusap kepalanya lembut dan tersenyum tulus ke arahnya. "siapa namamu?"

"Sh-shuna" gadis cilik itu masih gemetaran takut. Sakura maklum.

"kenapa kau mencuri?" Sakura bertanya lagi, mengabaikan tatapan tajam yang diberikan Hyuuga olehnya.

"i-ibuku sakit! A-aku harus membeli obat..." si anak itu kembali menangis, lalu berjongkok memeluk lutut si jelita Hyuuga. Terlihat di mata Sakura ada jengitan kaget dari si Hyuuga Hinata. Sakura menyimpulkan jika perempuan itu jijik. "kumohon! Ma-maafkan a-aku, nyonya!"

Mendengar tangis pilu itu membuat Sakura menggigit bibir. "Lihat Hyuuga san? Seharusnya kau bisa memperhatikan kondisi orang lain" Sakura berusaha tenang, mencoba memberi pengertian pada Hinata yang masih menggerakan kakinya untuk mundur. Enggak di sujud kan oleh si gadis cilik.

"Maafkan dan lepaskanlah dia... anggap kau bersedekah agar ibunya bisa cepat sembuh"

Hinata mendengus, dan itu hampir membuat kesabaran Sakura habis.

"Haruno, apapun alasannya, mencuri adalah hal yang salah" bibir itu merekah, membentuk satu seringaian. "dia mencuri uangku, bukan uangmu.... Jadi ini adalah urusanku dengannya" tangan lentik itu kembali menarik pergelangan gadis cilik, dan shuna masih memberontak.

Dengan paksa Sakura menarik lagi shuna, memandang Hinata yang melotot terkejut padanya.

"keberanianmu, adalah bentuk kebodohanmu, Haruno!"

"berapa yang dia ambil?" Sakura bertanya tegas.

"Apa?"

Sakura segera mengambil dompetnya, mengeluarkan uang belanjaan bulanannya dan menyodorkannya pada si hime Hyuuga. "ambilah, anggaplah jika dia mencuri uangku. Dan sekarang dia adalah tanggung jawabku" untuk sesaat Hinata justru terkikik remeh, lalu berakhir dengan senyuman puas.

Tangan lentik itu tanpa tau malu langsung mengambil uang Sakura, menghitungnya sebentar dan mata amethis cantiknya memandang dalam emerald Sakura. Untuk sesaat Sakura berfikir jika Hyuuga Hinata adalah orang yang kikir. Bukankah Hyuuga Hinata kaya? Kenapa dia sangat perhitungan seperti ini?

"ini melebihi yang dia curi terhadapku" ujar Hinata santai. Tangannya masih menggenggam uang milik Sakura. Tangannya mengibas-ngibaskannya ke wajah pemilik rambut bubble gum itu. "akan aku lepaskan dia" Sakura terkejut, begitu juga dengan si kecil shuna.

Sakura masih tak percaya ternyata Hinata hanyalah sosok orang kaya yang kikir.

Namun pemikiran itu hanya terjadi beberapa detik saat lembaran uang itu menghantam wajahnya. Berhamburan mengelilingi tubuhnya. Genggaman Sakura kian mengerat. Hyuuga itu telah membuang uang yang telah Sakura berikan.

"ini bukan masalah uang, Haruno.... ini masalah moral dan kebiasaan" Sakura masih diam, menutup mata menjaga kesabarannya.

Sesaat emerald itu muncul, Hyuuga Hinata sudah berjalan menjauh. Melewati beberapa kerumunan orang dan mengabaikan tatapan tak suka yang diberikan orang-orang padanya.

Sesaat setelah Hinata pergi, beberapa orang mendatangi Sakura dan sedikit menyemangatinya. Mengatakan hal itu wajar jika membuat seorang Hyuuga marah.

Semua orang tau, Hyuuga adalah keluarga keras dan arogan.

Itu adalah awal Sakura berinteraksi dengan Hinata. Sakura pikir itu adalah interaksi akhir dari mereka, namun Sakura tak menyangka, dua minggu setelahnya.... Hinata mendatanginya di kantin. Saat dia sedang mengambil minuman kaleng dari mesin.

"Haruno-san, bagaimana kondisi si pencuri? Hidup bahagia kah?" Sakura diam. nadanya seakan mengejek Sakura. Sakura tak mengerti maksud darinya. Terakhir Sakura bertemu dengan shuna itu adalah di hari yang sama saat Sakura menyelamatkannya. Itu dua minggu yang lalu.

Shuna tidak berbohong, ibunya memang sakit keras, Sakura sedikit miris saat melihat shuna yang tinggal di gubuk yang kumuh. Saat itu karena simpati, akhirnya Sakura memberikan uang yang dipungutinya yang dilempar oleh Hinata saat itu. tentu shuna sangat senang dan berbinar.

"kenapa diam? tidak tau?" entah kenapa nadanya seakan menyudutkan Sakura. Hinata lagi-lagi terkekeh "kau tau kenapa teman baik mu akhir-akhir ini bersedih?"

Teman yang bersedih? Apakah itu Hitomi? Memang beberapa hari ini Hitomi sering melamun dan lesu, entah karena apa. Sakura pernah bertanya, namun Hitomi hanya menggeleng lemah.

"itu semua karena kenaifanmu"

"a-apa?"

Sakura masih tak mengerti, sampai Hinata melemparkan dompet berwarna putih gading kearah Sakura. Saat membukanya, disana ada foto Hitomi. Satu hal yang Sakura simpulkan. Dompet putih gading ini adalah milik Hitominya.

"orang yang kau selamatkan masih menjadi pencuri,.... Kau tau, seandainya kau tak melepaskannya saat itu, maka temanmu tak akan kehilangan dompetnya" amethis itu mulai berkilat. "jika seorang guru tak menegur muridnya yang tak mengerjakan tugas, maka selamanya murid itu tak akan mengerjakan tugasnya" Sakura memandang Hinata membola.

"kebaikanmu mengajarkan si pencuri, jika mencuri adalah hal yang bisa di maafkan dan di maklumkan" minuman kaleng itu Sakura remas dengan kuat.

"jadi... kau menyalahkanku?" Sakura tak habis pikir dengan Hinata. Jadi Hinata menyalahkannya? Sakura hanya simpati dengan shuna.... Apa Hyuuga itu tak tau jika ibunya sedang sakit keras?

Hinata diam dan mengabaikan, berjalan melewati Sakura yang masih terperangah. Lalu otaknya mulai mempertanyakan kondisi shuna.

"tunggu! Bagaimana kau dapatkan dompet ini?"

"dia mencuri lagi.... Aku tak bisa membiarkannya" Hinata menyeringai, masih berjalan santai menjauh dari Sakura.

"Apa? Tidak! Apa kau tidak tau jika ibunya sakit keras??". Tidak! Jangan katakan jika shuna di bawa ke penjara anak? Lalu bagaimana dengan ibunya?

pergelangan tangan Hinata di cengkram oleh Sakura, namun naas, Hinata lebih kuat dari dugaannya. Dengan cepat Hinata menghempas tangan itu, Sakura terjelembab kebelakang.

"jangan sentuh aku!" Hinata menatap nyalang Sakura. Berani sekali Haruno sialan itu mencekal tangannya. "aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan! Dan kau..."

"Sakura!" suara Hinata terhenti, beriringan dengan langkah dua pria yang mendekat.

Sasuke dan Naruto.

"apa yang kau lakukan, brengsek!" Sakura terkejut, itu adalah pertama kalinya dia mendengar Naruto marah. saat mata emeraldnya bergulir, dia hanya melihat amethis yang membola terkejut.

Sasuke membantunya berdiri "kau tak apa-apa?"

Sakura tersenyum mengangguk.

Onyx teduh itu langsung berubah kelam saat memandang Hyuuga Hinata. Sakura menggigit bibirnya. Dia memilih diam dan melihat.

"kau Hyuuga yang digosipkan itukan?"

"kau mengenalnya? Teme" Naruto bertanya sesaat matanya menatap tajam si rambut indigo.

"tidak, yang aku tau dia hanyalah Hyuuga yang suka menindas" nadanya sarat dengan keraguan. Sasuke juga tak terlalu percaya gossip, tapi melihat Sakura yang hampir celaka, dia rasa gossip itu adalah kebeNaran.

"tunggu! Dia Hyuuga yang ditaksir oleh Shikamaru?" mata shapire itu meneliti dari bawah sampai atas.

Sasuke menggangguk. "dengar Hyuuga, tak peduli seberapa besar pengaruh keluargamu, tapi jika kau menyentuh perempuan ini.... maka kau akan berhadapan denganku"

"Denganku juga" Naruto ikut menimpali.

Sakura masih membisu, dia amat sangat bersyukur saat Naruto dan Sasuke sangat menyayanginya. Mata emerald itu menatap Hinata yang masih membisu. Namun.. saat kedua mata itu bersibobrok, amethisnya menjadi tajam.

Sasuke menyadarinya, dan geram. "jaga pandanganmu, sialan!" mendengarnya justur membuat Hinata menatap lebih tajam... kearah Sasuke.

Satu hal yang tak dimengerti Sakura. Pandangan Hinata tak pernah jatuh kearah Naruto. Bahkan saat Naruto meneriaki si Hyuuga itu dengan sebutan brengsek, Sakura bisa menangkap raut keterkejutan dan kesedihan disana.

Kenapa?

"Sakura, jangan dekat-dekat dengannya lagi" itu adalah ucapan Naruto, sampai akhirnya Sakura di rangkul dan diajak menjauh dari Hinata.

Sesaat matanya menoleh, Sakura bisa melihat mata amethis yang berair, apakah Hyuuga Hinata yang tak berperasaan itu bisa menangis? Entahlah.... Mungkin Naruto benar, Sakura harus menjauhi Hyuuga Hinata. Dan saat emeraldnya di gulirkan, matanya bersibobrok dengan manik kopi yang menatapnya marah.

.

.

.

...

.

.

.

"Hitomi" saat wajah itu menoleh, Sakura merasakan rasa bersalah. Terlihat sekali jika Hitomi habis menangis, wajahnya benar-benar menggambarkan suasana kebiruan.

"ah Sakura" nadanya terdengar lesu. Sakura tersenyum lalu memberikan dompetnya. Hitomi membelakak mata.

"i.... ini...?" suaranya kental akan ketidakpercayaan.

"ah... ada seseorang yang memberikannya padaku. Karena aku mengenalmu, maka dia menyuruhku untuk mengembalikannya padamu" Sakura menggaruk pipinya canggung. Dia mulai berfikir, bagaimanaa reaksi Hitomi jika dia tau kalau Hinata yang menemukan dompetnya? Apakah Hitomi akan merasa menyesal karena pernah berkata buruk pada Hinata? Entahlah. Sakura memilih opsinya sendiri.

Dengan brutal tangan Hitomi membuka dompetnya, mengambil beberapa uang dan mulai menghitungnya. Sakura tersenyum saat melihat Hitomi bernafas lega. "aaaaah...... untunglah, ini adalah uang les ku tiga bulan ke depan" ujarnya sambil menatap Sakura. Tatapan yang sering Sakura dapatkan. Tatapan terimakasih. Hitomi memeluk Sakura, sedikit sesenggukan karena menangis bahagia. "terimakasih Sakura.... tiga hari ini aku kebingungan... aku sangat takut dengan ibuku jika tau huhuhuhuhu.... Sakura sungguh! Aku sangat berterimakasih..... kau benar-benar bisa di andalkan"

Sakura diam. Diandalkan? Benarkah begitu? Kenapa Sakura tidak merasa senang dengan ucapan itu? Otaknya justru hanya memikirkan perihal ucapan Hinata padanya. Kesedihan Hitomi berasal darinya. Apa itu benar? Jika di fikirkan dengan logika, memang jika shuna di bawa oleh Hinata saat itu dan Sakura tidak menghentikannya, maka Hitomi tak mungkin kehilangan dompetnya. Namun Sakura tak menyalahkan tindakannya. Shuna hanyalah anak belia yang terpepet oleh kondisi ekonominya. Sakura juga sudah berusaha membujuk anak itu agar tak mencuri lagi.

Apa yang salah? Bukankan shuna terlihat seperti anak yang penurut?

Perlukah Sakura menceritakan kejadian sebenarnya pada Hitomi? Tapi bagaimana jika penilaian Hitomi sama seperti Hinata? Jika kejadian ini adalah salahnya.... tidak! Sakura tak mau jika Hitomi jadi membencinya. Mereka sudah berteman selama hampir tiga tahun. Lagipula.... ini bukanlah salahnya. Apa salahnya jika Sakura hanya sedang membantu anak kecil yang sedang berjuang demi kesehatan ibunya?

Bukan. Ini bukanlah salahnya. Jika harus ada yang disalahkan, maka takdir dari shunalah yang salah. Benar. Kondisi ekonomi shunalah yang salah..... shuna hanyalah anak kecil yang tak memiliki pilihan lain untuk menolong ibunya. Lagipula... tidak ada yang salah disini. Uang Hitomi masih utuh, pasti shuna tak jadi menggunakanya. Mungkinkah shuna juga memikirkan nasihatnya matang-matang? Jika uang hasil curian tidak baik?

Ya. Pasti begitu.... Sakura rasa dia juga membantu Hitomi disini. Jika Sakura tak menasehati, maka bisa saja shuna menggunakan semua uang Hitomi.

Benar... apa yang dilakukan Sakura adalah benar. Tidak ada kebaikan yang sia-sia di dunia ini.

"lain kali, jika kau sedang dalam masalah... kau bisa ceritakan padaku Hitomi... jangan kau pendam sendiri" tanganya menepuk-nepukan punggung Hitomi sayang. "aku sangat khawatir saat kau berubah menjadi pemurung beberapa hari ini" Sakura tersenyum, Hitomi juga membalas senyumannya, menyeka beberapa sisa air mata di mata coklatnya.

"eum.. Sakura... ngomong-ngomong siapa yang menemukan dompetku? Kupikir aku harus mengucapkan terimakasih padanya"

Sakura terdiam sebentar. Memilah milah jawaban yang harus diberikan. Apakah Hitomi akan percaya jika Hinata yang mengembalikan dompetnya? Sepertinya tidak. Jadi....

"kupikir dia tak akan peduli dengan itu Hitomi...... jadi, tak perlu kau fikirkan. Yang terpenting sekarang adalah semua sudah baik baik saja" Sakura tersenyum tulus, dan Hitomi hanya mengangguk menurut.

"kau benar. Sekali lagi, aku berhutang budi padamu, Sakura"

.

.

.

...

.

.

.

"kenapa kau memberikan ini padaku, Nara-san?" Sakura menatap Shikamaru. Mereka berada di atap gedung sekolah. Hal yang aneh saat Shikamaru, siswa terpandai mengajaknya untuk berbicara. Jujur saja, mereka berdua tak saling mengenal. Sakura hanya sebatas tau siapa itu Shikamaru. Pria dengan rangking tertinggi satu SMA. Terakhir Sakura melihat Shikamaru adalah kejadian di mesin minuman... entah kenapa Sakura seperti melihat tatapan marah dari pria bermarga Nara ini. Sakura bisa menebak alasannya.

Hyuuga Hinata.

Ya... Sakura sempat melihat perempuan itu berkaca-kaca. Enta karena Naruto atau Sasuke, Sakura tidak tau. Tapi yang Sakura bisa simpulkan adalah... Hyuuga Hinata adalah perempuan kuat namun memiliki kerapuhannya sendiri. Sakura tak mau ambil pusing. Toh dia sudah memutuskan untuk tak berurusan lagi dengan Hyuuga Hinata.

Dan sekarang, pria ini justru memberikan dokumen-dokumen tentang jejak pendidikan Hinata. Entah apa tujuannya, Sakura tak tau.

"kenapa? Karena aku hanya ingin membuatmu tau siapa dirimu, dan siapa itu Hinata" tangannya dimasukan ke saku celana, Sakura bisa melihat wajah bosan dari Shikamaru. "kau tau? Aku sudah muak mendengar mereka membandingkan mu dengan Hinata sebagai malaikat dan iblis"

Sakura memandang Shikamaru, lalu matanya beralih pada kertas kertas ditangannya. Yah, Sakura bisa memaklumi tindakan Nara kali ini. Tentu, siapa yang senang jika orang yang kita sukai dijelek-jelekan oleh orang lain? Pasti Shikamaru merasakan itu saat Hinata di juluki sebagai iblis. Sakura juga akan marah jika ino, Hitomi, Sasuke, Naruto dan orang-orang yang disayangi lainnya di jelek-jelekan oleh orang lain.

Tapi Sakura malah merasa miris pada Shikamaru,.... Bukankah dia sudah di tolak oleh Hyuuga itu?

Rapor nilai Hinata. Sakura agak terkejut saat rata-rata Hyuuga Hinata hampir mendekati sempurna. Ini melebihi nilai rata rata Shikamaru. Apa Hinata sepintar itu? Sakura rasa tidak. Pasti pria didepannya ini lah yang membuat ini palsu. Tentu, siapa pun pasti ingin memperlihatkan kelebihan orang yang disukainya.

Tapi bukankah Shikamaru itu berlebihan? Memalsukan nilai bukanlah hal yang bagus.

"aku tak peduli jika kau tak mempercayaiku" Shikamaru seakan bisa membaca raut dari Sakura yang tak percaya "tapi itulah kenyataannya. Kau tau bagaimana dunia ini bekerja? Saat Hinata memilih untuk menutupi nilainya, semua orang akan beranggapan jika hasilnya jelek dan dia terlalu malu untuk mengumbarnya. Tapi kau tau apa yang akan terjadi jika Hinata tak menyembunyikan nilainya?" Sakura diam. Membiarkan Shikamaru meneruskan perkataannya.

"maka orang-orang akan beranggapan jika nilai Hinata di dongkrak sekolah karena dia adalah orang berada" Sakura masih tetap membisu. Dia membenarkan ucapan Shikamaru dalam hati. "itulah kehidupan. Saat seseorang membencimu, maka apapun yang kau lakukan akan selalu salah dimata mereka"

"aku masih tak mengerti dengan tujuanmu, Nara san" entah kenapa Shikamaru terlihat seperti ingin menjatuhkan Sakura.

"kau mau tau kabar shuna? Hinata membawanya ke tempat rehabilitas anak. Dia disana akan diajarkan pendidikan dan kerja keras. Kebanyakan anak-anak yang disana akan di pekerjakan di keluarga Hyuuga" tanpa mengindahkan pertanyaan Sakura, Shikamaru justru terus berceloteh. "lalu ibunya sedang di rawat di rumah sakit milik Hyuuga" Shikamaru merutuki dirinya. Ini tak seperti dirinya saja.... banyak bicara dan jadi mengesalkan. Hinata sukses membuatnya seperti ini.

"jika tak percaya, datanglah ketempat ini" Shikamaru menyodorkan kartu alamat. Sakura hanya diam menurut.

"aku masih tak mengerti" Shikamaru hanya menyeringai jijik. Perempuan tipe Sakura adalah perempuan yang dia benci.

"kau masih tak mengerti? Aku melakukan apa yang orang lain lakukan. Membandingkan kalian berdua" Sakura menatap Shikamaru, pandangan kopi itu berhasil membuatnya merinding. "bedanya, mereka membandingkan kalian dengaan gosip, sedangkan aku berdasarkan fakta"

Sakura tetap diam. Fakta? Apa maksudnya? Apa Shikamaru ingin bilang jika Hinata lebih baik daripada dia? Yah... tidak sepenuhnya benar, menurut Sakura, seseorang selalu memiliki kelebihan masing-masing. Hinata memiliki kelebihan dibanding dirinya, dan Sakura juga memiliki kelebihan dibanding Hinata.

Menurutnya tindakan Shikamaru tidaklah penting untuknya. Bukankah setiap orang memang berbeda? Membandingkan orang lain tidak Lah merubah apapun. Mau Hinata lebih baik darinya ataupun tidak, itu bukanlah urusan Sakura. Lagipula Sakura juga sudah berjanji untuk tak mengurusi perihal Hinata.

"Maaf Nara-san, itu tak mengubah apapun. Bahkan dengan akademik Hinata ataupun karakter Hinata bukanlah hal yang berpengaruh untuk ku" suara Sakura tegas. Bohong tidak berpengaruh, karena sejujurnya Sakura merasakan rasa iri pada Hinata.

"aku tak peduli dengan perubahanmu Haruno san. Sejujurnya, melihat ekspresi banggamu karena gosip yang mengatakan kau lebih baik dari Hinata membuatku kesal" Shikamaru berdecak sebentar. Shikamaru membenci mereka bertiga. Terutama Naruto. Apa Naruto tak pernah tau jika perkataan kasarnya berhasil membuat Hinata menangis? Dan yang membuatnya bertambah kesal adalah semua itu disebabkan oleh perempuan naif di depannya ini. Setidaknya Shikamaru ingin menjatuhkan rasa percaya diri perempuan ini. "aku hanya ingin memperjelasmu, bahkan kehebatanmu belum bisa menyentuh ujung rambut dari kehebatan Hinata"

Setelah dirasa terlalu banyak bicara, Shikamaru pergi, namun sebelum benar benar menutup pintu, Shikamaru kembali berbicara, perkataan yang membuat Sakura sedikit terkejut.

"kurasa temanmu berhutang terimakasih pada Hinata. Hinata lah yang mengganti uangnya yang telah di gunakan oleh si pencuri cilik"

.

.

.

...

.

.

.

Sakura termenung. Apa yang di katakan oleh Shikamaru selalu terngiang-ngiang dalam benaknya. Dia belum bilang pada Hitomi masalah uang yang diganti oleh Hinata. Entah kenapa hati kecilnya berontak untuk tetap diam. Sakura mempercayai perkataan Shikamaru tempo lalu. Sakura sudah membuktikannya sendiri. Dia datang ke tempat shuna..... disana shuna sedang berbincang dengan anak anak lainnya, ingin rasanya saat itu Sakura memanggilnya, namun entah kenapa... melihat shuna yang tertawa senang bersama teman-teman barunya membuat Sakura merasakan minder dan malu. Dia bertanya-tanya.... apakah seorang Hinata sudah memperkirakan hal itu? Apa maksud Hinata menangkap shuna adalah agar shuna menjadi orang yang lebih baik?

Pertanyaannya adalah.... bagaimana dengan kebaikan yang telah Sakura berikan? Apakah itu tak ada artinya? Tidak... Sakura rasa dia juga berperan penting dalam kebahagiaan shuna saat ini...

Ya itu benar.

"oy.... Sakura-chan!" Sakura berjengit kaget. Melihat Naruto di depannya sambil melambai-lambaikan tangannya. "kau kenapa sih? Akhir-akhir ini kau sering melamun!" Sakura hanya tersenyum canggung. "kau bahkan tidak menyentuh makananmu" Naruto memancarkan raut khawatir.

"aku tidak apa-apa"

"apa kau kepikiran masalah gadis kecil itu?" kali ini Sasuke bersuara. Sakura memang telah menceritakan perihal shuna sesaat setelah kejadian di mesin minuman. Sakura menceritakan semuanya, tentang Hinata yang menarik paksa shuna... ataupun saat Hinata melemparkan lembaran uang ke wajahnya. Sakura hanya tidak menceritakan perihal dompet Hitomi yang dicuri. Entah kenapa Sakura takut jika harus menceritakan hal itu pada Sasuke dan Naruto.

Sejujurnya Sakura takut di salahkan dan dibenci. Apalagi saat melihat raut kesal mereka terhadap Hinata. Dan Sakura bersumpah dia tidak mau jika mereka berdua menampakan raut yang sama pada dirinya.

"ngomong-ngomong.... bagaimana ya kondisi anak yang kau selamatkan itu?" Naruto sedkit bergumam.... tujuannya adalah agar Sakura bisa merasa lebih baik.

Batin Sakura berteriak. Ingin menjawab bahwa shuna sudah baik-baik saja..... dan itu semua berkat Hinata. Tapi....

"entahlah.... aku hanya berharap shuna mendapatkan kehidupan yang lebih baik" jawab Sakura sambil tersenyum.

"ya kuharap juga begitu" Naruto ikut menimpali, Sasuke mengangguk kalem.

Terlahir di keluarga kaya, dengan wajah yang cantik, otak yang cerdas dan sikap yang bijaksana. Itulah pandangan Sakura terhadap Hinata. Selama hidupnya, Sakura selalu merasa baik baik saja dengan apa yang dilakukannya. Dia selalu bersyukur atas apa yang telah dia dapatkan selama ini. Dan untuk pertama kalinya,, Sakura merasa iri. Iri terhadap Hinata.

Apa suatu saat nanti Sakura bisa menjadi seperti Hinata?

Sakura rasa tidak. Karena dia dan Hinata berbeda.

Sakura baik. Sedangkan Hinata kejam. Setidaknya itulah yang orang-orang tau.

Hinata mungkin memang lebih baik daripadanya di segala hal.

Tapi Sakura tak peduli. Karena selagi Sakura masih memiliki Naruto dan Sasuke di sisinya, maka Sakura sudah merasa sempurna.

Benar. Sakura tidak akan mengatakan apapun tentang kejadian ini. Baik Hitomi, Naruto ataupun Sasuke.... Sakura tak akan mengatakannya.

Hitomi tak perlu tau jika uang di dompetnya adalah uang Hinata,

Naruto dan Sasuke juga begitu... tak perlu tau perihal Hinata dan shuna.

Ini bukanlah salahnya. Hinatalah yang salah. Hinatalah yang ingin di benci, maka Sakura tak akan meluruskan apapun.

Lagipula, Sakura rasa Hitomi, Naruto dan Sasuke tetap tidak akan membela Hinata, ya kan? Seperti kata Nara-san.... Segala kebaikan akan tetap terlihat salah di mata orang yang membencimu.

Hitomi membenci Hinata. Naruto dan Sasuke juga sepertinya tak peduli dengan Hinata.

Setiap orang memiliki pandangannya masing-masing. Hinata bermulut kejam dan bergaya pongah.... itu memang kenyataannya... mereka melihatnya. Dan bukan urusan Sakura untuk meluruskan pandangan mereka.

Mereka yang menilai Sakura dan Hinata tidaklah salah. Setiap orang berhak untuk memilih membenci siapa dan menyukai siapa. Benar. Orang-orang yang menghina Hinata dan memuji dirinya tidaklah salah. Karena itu adalah hal yang wajar.

Bukankah setiap orang memiliki hak pada pandangannya masing-masing?

Sakura tak akan mengatakan apapun. Biarlah ini berjalan sesuai dengan pandangan mereka. Tentang Sakura si malaikat, dan Hinata si iblis.

.

.

.

...

.

.

.

Sasuke tersentak. Setelah dirinya mengatakan putus pada Sakura dan berniat pulang, tiba-tiba saat berada di parkiran mobil..... tubuhnya di tubruk. Punggungnya merasakan ada sesuatu yang basah. Saat mata onyx itu menilai, disana... Sakura memeluknya dari belakang sambil menangis.

"Sasuke-kun.... Kenapa seperti ini?" suaranya putus-putus dan serak. Sasuke mengepalkan tangannya. Sasuke membenci dirinya sendiri.

Dia telah menyakiti Hinata. Dan sekarang dia juga merasa telah menyakiti wanita sebaik Sakura.

"Maaf Sakura" bukan. Bukan perkataan maaf yang ingin di dengar Sakura. Kata maaf hanya memperjelas jika Sasuke benar-benar tak menginginkan dirinya lagi.

"Kau berbohong!" suaranya terpekik, dan Sasuke hanya memejamkan onyxnya saat mendengarnya. "kau bilang tak akan melepaskan genggamanmu padaku? Sasuke-kun... aku percaya padamu!"

Inilah yang Sasuke benci. Menganggap dia akan baik-baik saja dengan Sakura selamanya. Anggapan itulah yang membuatnya santai membuat janji. Janji jika dia tak akan pernah berpaling. Tapi Sasuke bisa apa? Hati tak bisa memilih. Begitu juga saat dirinya pernah menyukai Sakura.

Perempuan yang seharusnya tak boleh dia sukai. Sasuke sadar... dia berada di dunia berbeda dengan Sakura.

"Sakura, Jika manusia bisa memilih dengan siapa dia akan jatuh cinta..... maka tak aka nada yang namanya patah hati di dunia ini" Sasuke bergumam, berbalik dan memandang Sakura.

Sakura benci ini. sebelumnya,.... Dia suka dengan pandangan Sasuke padanya. Tapi kali ini tidak sama sekali!

Onyx itu....... onyx yang biasanya memandang sayang padanya......telah berubah. Tak ada pandangan sayang ataupun cinta di dalamnya....... Yang bersisa hanyalah pandangan kasihan.

Lalu bagaimana dengan perjuangannya selama ini? saat dirinya mati-matian berusaha melawan kerasnya ancaman keluarga Uchiha? Saat dirinya berusaha mempertahankan persahabatan mereka bertiga?

Naruto berubah. Sasuke juga begitu.

Semua karena keputusan bodohnya. Sakura tau Hinata wanita luar biasa, dan dengan keberaniannya, Sakura menyerahkan Sasuke pada Hinata. Bukankah ini sebuah taruhan? Seharusnya Sakura tau jika apapun bisa terjadi.

"Sasuke.... kumohon sebentar lagi. Kumohon bertahanlah sebentar lagi" tangan putih itu menggenggam erat tangan kasar Sasuke.

Rasanya dingin.

Sasuke terdiam. Lalu pada akhirnya dia hanya menghembuskan nafasnya Lelah.

Dan untuk pertama kalinya, Sakura melihat pandangan kesal Sasuke terhadapnya.

.

.

.

TBC

.

.

.

Epilog

"Shikamaru, apa yang kau lakukan?" Shikamaru berhenti berjalan. Matanya melirik Hinata yang bersandar pada tembok dan bersidekap menatapnya marah.

"Apa yang aku lakukan?" pertanyaan hinata justru di ulang oleh Shikamaru. Bak orang bodoh, dia menunjuk dirinya sendiri.

"jangan bertingkah konyol. Istirahat tadi, kau memanggil Haruno itu ke atap. Pasti ada hubungannya denganku" Hinata menegapkan diri, berjalan dan mendekati Shikamaru. Tatapan matanya intens, berjaga-jaga untuk menangkap sebuah kebohongan.

"percaya diri sekali kau"

"aku tau kau mengintip pertengkaranku dengan haruno di mesin minuman!" shikamaru mendengus. Perempuan cerdas dan peka. Itulah kenapa Shikamaru jatuh setengah mati oleh si putri Hyuuga ini. dia terlalu sempurna. Satu kecacatan yang dimiliki Hinata menurut Shikamaru adalah..... Hinata mencintai seorang Namikaze Naruto.

"yah.... Aku hanya memberi garis pembatas antara kau dan sakura. Dia harus sadar posisinya, hinata"

"apa?" raut kesal hinata justru membuat shikamaru terkekeh. Jika saja Hinata adalah pacarnya, maka Shikamaru tanpa segan sudah menggigit pipi gembilnya.

"Bercanda!... yah sebenarnya,.... Aku hanya ingin tau apa yang akan dilakukannya setelah ini" Hinata mengangkat alisnya, masih belum mengerti ke arah mana pembicaraan pria pemalas ini.

"aku hanya ingin tau.....

......identitas dari malaikat dan iblis yang sebenarnya"

Epilog End

.

.

.

aku tau kalian akan kesal dan berkata seperti ini

"Udah nunggu lama-lama tapi pas update isinya malah flashback semua"

atau seperti ini

"padahal penasaran sama jawaban hinata ke naruto"

atau bisa juga seperti ini

"Lama nunggu, sekalinya update malah chapternya bikin kesal"

yah.... tidak apa. beberapa minggu ini aku berada di garis pro dan kontra.... apakah chapter ini harus ku update? atau ku skip? tapi setelah melihat dari ending cerita ini nantinya, maka aku tidak bisa meng-skip chapter ini. chapter ini adalah salah satu penyokong bagaimana ending dari GOD ini. ini sudah 75 persen lebih.... dan aku merasa sedikit puas dengan masing-masing karakter yang aku buat.

dan sekali lagi aku mengingatkan. karakter utama pria di story ini adalah Naruto dan Sasuke. kuharap kalian tidak berharap lebih dengan karakter pendukung :-).

oke segitu aja.... selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan. maafkan aku jika pernah menyinggung atau apapun itu yang membuat kalian tidak ikhlas ataupun marah. sungguh itu tidak di sengaja dan aku tak bermaksud seperti itu.

ini kuberikan gambar angel and devil.... sakura dan hinata. ekspresi mereka bisa menggambarkan banyak artian, kalian bisa menyimpulkan dan mengartikannya sendiri.

.

.

.

See you

Warm regards,

Lavendark [Maaf jika banyak typo]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro