-IRON HEART-

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Game Of Destiny (GOD)

Discalimer

Masashi Kishimoto

Story By

Lavendark

Main Character

-Hinata Hyuuga-

Other Character

Haruno Sakura, Namikaze Naruto, Uchiha Sasuke

Genre

Romance, Drama, Slice of Life, Hurt/Comfort


Enjoy Reading!


Hinata mengernyit bingung dengan Hanabi yang melemparkan tasnya dengan kasar pada sofa ruang kerjanya.

"Bagaimana hasil pertemuannya?" tanya Hinata sambil membolak-balikan dokumen yang harus di periksannya.

"sangat menakjubkan" sambil berdisekap, Hanabi mendudukan pantatnya dengan kasar.

Menghentikan pekerjaan, Hinata memberikan atensi penuh kepada sang adik yang terlihat agak..... mendumel?

"bagaimana sih neesan..... arsiteknya bertanya perihal konsep outdoor atau indoor.... manaku tau perihal konsepnya. Bahkan lelaki itu dengan seenak jidat marah-marah dan memandangku seperti monyet tak berakal!"

Hinata merutuki kebodohannya. Bagaimana mungkin ia lupa perihal bahasan kali ini. melihat sifat Konohamaru, ia mengerti bagaimana jengkelnya sang adik.... ditambah lagi ini cukup fatal dalam dunia kerja. Kemana Hinata si pekerja perfeksionis? Ini semua karena Naruto.... haah_____ mengingatnya membuat Hinata jadi sedih.

"maafkan Oneesan yaa..... aku sangat lupa" Hinata berdiri dan mencoba duduk disebelah Hanabi. "hei... ku dengar Sai akan mengadakan pameran tertutup diwilayah Kyoto.... mau ku bujuk dia agar kau bisa masuk kepameran? Kudengar Tiket masuknya sudah habis terjual" Hinata sangat tau bagaimana sang adik mencintai karya lukisan milik Sai. Hinata dan Sai merupakan teman, jadi akan mudah bagi Hinata untuk membujuknya.

"Aku pembeli kesepuluh tiketnya... jika kakak ingin tau" Hinata membelalak mata. Benar, Hanabi dan segala informasinya yang luas.

"em... kau mau lukisannya? Kakak akan belikan deh"

"uang tabunganku masih cukup untuk membelinya kak" Hinata menggigit bibirnya. Baiklah semua bujuk rayunya benar-benar tidak berhasil. Sekarang bagaimana dia meredakan kemarahan sang adik?

"aku akan memaafkan Hinata-nee" mata hinata membola 'ada harapan!' bibirnya melengkung tersenyum. Hanya beberapa detik, sampai Hanabi melanjutkan ucapannya "jika kakak mau mengganti arsiteknya"

"Apa? Itu tidak mungkin Hanabi, ini sudah setengah jalan.... lagipula kakak tidak enak dengan Kurenai-Sensei"

Kali ini Hanabi yang membelalak mata. Diambilnya tasnya secara kasar dan berdiri. "jadi kakak lebih mementingkan perasaan Kurenai-sensei dibanding adikmu ini? aku sudah dipermalukan oleh si arsitek sialan itu!" dengan kasar membuka pintu ruangan dan sebelum melenggang keluar hanabi menatap tajam sang kakak.

"kita tidak akan bicara sampai aku mendengar kabar kakak mengganti aristek itu!" dan suara pintu dibanting menjadi hal yang terakhir Hinata lihat.

Hinata melongo... tidak sopan!.

Coba lihat bagaimana Hinata membujuk sang adik... dia rela merogoh kocek untuk lukisan sai yang harganya selangit agar mendapat permintaan maafnya. Sedangkan adiknya? Hanya memberinya kue coklat yang hinata saja bisa buat sendiri!. Hinata menyesal telah memafkan adiknya dengan sebegitu mudahnya.

Baik! Hinata terima perang dingin adiknya.... lihat saja, siapa yang akan mengemis duluan!


..


"pleasee.... bicara pada sai sensei ya Hinata – neesan" lihat, ini bahkan belum berganti hari dan sang adik sudah bergelayut manja padanya. Hinata cukup terkejut Hanabi datang ke apartemennya.

'Dia tidak boleh tau perihal kamar kami yang terpisah'

"kupikir kau tidak akan berbicara denganku sampai aku mengganti arsiteknya" kali ini Hinata sok sibuk dengan ponselnya. Berusaha bergaya sedikit menyebalkan.

"ah.. soal itu! Em.. karena aku sayang dengan Oneesan, aku akan melupakan kejadian tadi siang.... jadi, tolong bujuk Sai-sensei untuk menjadikan ku modelnya yaa"

Ini adalah perbuatan Hinata. Sepeninggal Hanabi dari ruangan,.. Hinata langsung menelfon sai untuk mengadakan sesi pemilihan model. Tentunya ada harga yang harus Hinata bayar.

'Sai akan memilih pengunjung yang beruntung sebagai model lukisannya' begitulah kira kira tulisan yang Hanabi baca di laman FB pameran Sai.

"Aku sudah terlanjur sakit hati karena kau membanting pintu kerjaku" tentu saja Hinata akan sedikit bermain dengan adiknya ini. harga yang hinata bayar pada sai bukanlah dalam bentuk uang, melainkan Hinata harus rela menjadi model lukisan Sai.

'hei Nona... aku menyukai auramu, maukah kau menjadi model lukisanku' awal pertemuan yang menjengkelkan bagi Hinata. Hinata tentu tau siapa lelaki ini, pelukis terkenal seantero benua asia... cih! Mau pelukis terkenal atau tidak hinata tidak peduli!. Hanya Naruto-nya saja lah yang boleh mengabadikan Seluruh pahatan tubuhnya ini.

"Hati adikmu ini lebih sakit kaak... lagipula itu hanya sebuah pintu. Ayolah.... nanti aku belikan kue coklat deh"

Lagi-lagi kue coklat. Mendengus sebal... kue coklat tidak ada harganya dibanding lukisan sai. Hinata akan mempersulit ini.

"pulang sana... aku akan memikirkan tawaranmu ini" hanabi jelas tidak terima... pamerannya itu lusa! Sudah tidak sempat

"Tapi___" suara pintu terbuka menghentikan ucapan hanabi yang ingin protes.

'itu pasti sasuke..... tumben dia sudah pulang' inner Hinata


..


Sasuke POV

Akhir-akhir ini aku menghindari Hyuuga Hinata. Dia berbahaya, sungguh!. Sejak insiden aku melihatnya menari.... dia jadi sering datang kemimpiku. Apa aku menyukainya?

Aku tidak akan menyimpulkan secepat itu.... aku lebih berfikir jika itu hanyalah nafsu sesaat. Lagipula aku masih menyukai Sakura.

Uchiha Sasuke bernafsu kepada Hyuuga Hinata

Membayangkan kalimat tersebut aku jadi merinding sendiri. Menghindari perempuan itu adalah jalan yang terbaik... dan see! Dua malam aku tidak lagi memimpikannya.

Aku lebih memilih berangkat siang dan pulang larut agar tidak bertemu dengannya dirumah. Toh lagipula dia juga tidak peduli. Tapi tidak malam ini. Dokumen yang harus kukerjakan tertinggal dikamarku, mau tidak mau aku akan pulang cepat. Baiklah, abaikan saja dia... itu mudah. Jangan menatap ke wajahnya jika nanti bertemu!.

Gagal....!! sialan, ini semua karna aku yang terkejut adik iparku berada disini. Sedang apa dia?

"Sasuke-nii..... tolong bujuk istrimu agar tidak menyuruhku pulang" huh! Yang benar saja... jika dia menginap yang ada kedok kami akan terbongkar.

"Hanabi, ini sudah malam... sebaiknya kau pulang. Ya?" kulihat dia mengerucutkan bibirnya tak terima. Aku menatap Hinata meminta bantuan. Dan kupikir Hinata mengerti maksudku

"Dengarkan... pulang sana Hanabi... Aku dan Sasuke-kun masih di mabuk cinta... kami butuh ranjang dan kau hanya akan mengganggu waktu kami" aku membelalak mataku dengan perkataan sulung Hyuuga yang menurutku tidak tersaring.... kulihat wajah Hanabi memerah. Jelas saja dia membayangkan aku dan Hinata bercinta.... ya itu wajar, lagipula Hanabi sudah berumur 22 tahun lebih.


...


Siang ini aku ada janji makan dengan Sakura di cafe favorit kami berdua. Saat aku masuk cafe, sudah kulihat sakura yang membelakangi ku... aku tersenyum simpul. Dia memang yang selalu paling semangat jika bertemu denganku. Tanpa basa basi aku langsung duduk dihadapannya.

Senyumku luntur.. aku terkejut. Ada apa ini? kenapa gadisku berubah bentuk. Kemana rambut pink nya? Kenapa jadi rambut indigo.

"Hyu....Hyuga?" aku merutuki diriku yang tergagap.

"Hai.. Anata!" dengan cepat kilat dia menarik dasi kerjaku dan mencium bibirku. Ralat! Dia melumat bibirku. melumat bibirku dengan ganas! Berani sekali dia menciumku! Tapi Aku masih terlalu terkejut untuk memarahinya.

'Deg'

Aku membuka mata. Ini kamarku.....

Oh shit...shit....shit! aku memimpikannya lagi!

Fuck! Ini semua karna adiknya Malificent itu!

"arghhhh" aku kesal sendiri. Ada apa dengan diriku? Sialan...semua ini salah anikinya! Kenapa harus memilih Hyuuga sebagai penari sih! Aku jadi terus membayangkannya!

Kulirik Jam di meja samping kasurku.

Pukul 6.30 pagi. Hyuuga itu belum berangkat. Ini lah pagi ku semenjak insiden amal. Aku tidak pernah lagi keluar kamar sebelum Malificent berangkat kerja. Aku jadi agak takut jika tidur lagi. Aku mengecek ponsel ku. aku tersenyum tipis.

'Pagi Sasuke-kun, semoga harimu menyenangkan! ^-^'

Seperti biasa, sakura akan mengirimiku pesan dipagi hari.

'tok.. tok.. tok..'

Sasuke POV end


..


"Uchiha....!! keluar! Ini darurat" Hinata jengah.... beberapa hari ini suami brengseknya selalu bangun siang. Sepertinya dia sangat sengaja menghindari hinata. Dan hinata tidak peduli akan hal itu.

"engggh... brengsek" bisik sasuke mengumpat. 'biarkan sajalah... lagipula pintunya sudah ku kunci' bisik sasuke dalam hati. Sasuke sama sekali tidak mau menemui hinata. Hinata itu tidak sopan dan sialan! Dia selalu mengganggu mimpi indahnya dengan Sakura.

Hinata yang lelah menggedor gedor pintu pun jengkel. 'Dia memang kerbau atau mengabaikanku sih?' innernya.

"Kaasanmu akan datang! Hei bodoh bangun!" sasuke yang mencoba untuk tidurpun langsung bangun. Bak kesiram air,... dia langsung merasa sangat segar.

"APA?"

'jadi dia mengabaikanku?!' hinata kesal! Jadi dia pura-pura tidak dengar ketika hinata menggedor-gedor? Cowok brengsek!

Pintu terbuka, memperlihatkan sasuke dengan wajah sedikit panik "kau serius?"

"Hn" hanya dengungan malas hinata yang menjawabnya. Dia sudah terlanjur kesal.

"lalu bagaimana?" sasuke itu bodoh atau apasih??? Kenapa tanya hinata

"tentu saja kita harus sarapan bersama bodoh! Cepat kau mandi... aku akan membuat sarapan... kaasan akan tiba satu jam lagi."

"tidak perlu..... kau beli makanan diluar, aku tidak mau makan masakanmu" dan dengan itu sasuke menutup pintu kamarnya lagi.

Hinata melongo.... kemudian wajahnya menyendu. Sebenci-bencinya naruto padanya, dia akan tetap mau makan masakannya.

Kenapa sih tidak ada yang menginginkannya? Apa dia benar-benar terlihat seperti orang jahat? Padahal dia ihklas-ihklas saja memasakan makanan untuk sasuke. Mikoto cukup baik untuknya.... dan Hinata ingin memasakan Mikoto makanan spesial.

'Mungkin lain kali' inner hinata

Tanpa sadar, matanya menjadi panas.

"aah... jangan cengeng Hinata! Lebih baik sekarang kita memesan makanan yang enak untuk Mikoto Kaasan"


..


Hinata dan Sasuke sama-sama tersedak ketika mendengarkan ucapan Mikoto. Sekarang mereka sedang makan bertiga dengan menu yang dibelikan Hinata. Awalnya mikoto agak kecewa karena bukan Hinata yang memasak. Ia mendengar dari hanabi jika masakan hinata sangat enak.

'maaf kaasan, aku lupa membeli beberapa bahan makanan.... dan lagi aku dan sasuke-kun kesiangan... jadi kami memilih pesan makanan'

Untung mikoto adalah mertua baik hati, jadi dia memakluminya. Andai mikoto adalah mertua yang judes, sudah pasti image menantu pemalas akan disabet oleh Hinata.

"apa sangat mengerikan jika makan malam bersama sampai-sampai kalian berdua tersedak bersamaan?"

"uhuk! Ah... kami Cuma terkejut Kaasan" hinata bicara jujur, Hinata tidak berfikir itu mengerikan.... ia hanya terkejut ketika Mikoto mengatakan Kakek Madara telah memesan tempat untuk mereka berdua di Restoran menu italia. Jujur saja, hinata lebih menyukai makanan Jepang.

"ibu malam ini aku sibuk! Aku tidak ada waktu makan malam berdua..." sasuke dengan segala kebenciannya terhadap hinata. Sasuke juga berbicara jujur, malam ini dia sibuk.. dia sudah ada janji dengan Sakura untuk kencan.

"Ini permintaan Kakekmu sasuke! Bukan ibu... jadi sana bicara pada kakekmu" madara dan segala kemutlakannya. Sasuke tidak akan bisa negosiasi dengannya. ah, mungkin kencannya di undur dalam beberapa jam.

"lagipula... masa kau tega sih lebih mementingkan pekerjaan daripada istrimu ini..... kalian juga kan masih dalam masa pengantin baru, harusnya kalian bertindak romantis."

"tak apa Kaasan... Sasuke juga bekerja untuk masa depan kita" Hinata ingin muntah saat bilang itu. Sungguh Mikoto Kaasan sangatlah baik... dia sama seperti Kushina Kaachan... dan hinata tidak tega untuk menyakitinya. Hinata juga tau kesibukan sasuke dimalam hari... apalagi kalau bukan kencan dengan Sakura?

"huft.... yasudah. Oh iya Hinata___ hari ini kau ambil libur kerja dulu yaa... temani kaasan belanja, aku juga ingin membelikanmu baju untuk nanti malam"

Hinata terlihat berfikir sejenak

"ah, kau juga harus membeli bahan makanan kan? Sekalian saja..... ya ya hinata"

"kupikir aku bisa libur untuk hari ini....." sungguh hinata tidak tega jika menyangkut seorang Ibu.


..


"Jadi kau khawatir dengan Sasuke? Sehingga menemui Hinata?" Naruto mengajak Sakura untuk bertemu. Ia masih penasaran pembicaraan Hinata dengan Sakura.

Sakura hanya mengangguk. Dia sudah menceritakan pada Naruto secara jujur. Naruto sangat possesive terhadapnya... apalagi jika menyangkut ia dan hinata. Sakura juga sudah mendengar perihal Naruto yang menampar Hinata...., Sakura sangat sedih, terlebih bukan Hinata pelaku utamanya. Apa Naruto sudah minta maaf kepada Hinata? Sakura jadi merasa bersalah atas semua yang terjadi. Secara tidak langsung sakura juga terlibat... meski dia tidak mengetahui apapun.

"lalu apa tanggapan Hinata?" tanya naruto lagi.

"dia tidak menjawabnya. Dia menyuruhku menanyakan langsung pada sasuke.. hihihi ternyata sasuke kesal dengan hinata sampai membanting ponselnya" sakura ingat bagaimana bencinya sasuke pada hinata saat menceritakan hal tersebut. sekarang Sakura sudah tidak terlalu khawatir lagi.

Naruto menatap sendu Sakura yang berbinar bahagia. Apa tidak ada kesempatan baginya?

"Sakura.... apa tidak ada kesempatan untukku?"

Hening seketika.

Sebenarnya sakura mengerti arah pembicaraan ini.... tapi ia ingin bersikap egois dengan pura-pura tidak tau.

"apa maksudmu Naruto?" sakura sudah mulai memasang mode was-wasnya. 'jangan bicara lagi Naruto' Inner Sakura.

"aku mencintaimu sakura.... sejak dari dulu" ucap lirih Naruto. Sakura meremas rok pink yang ia kenakan. Apa yang harus dikatakannya? Seharusnya Naruto tau jika itu adalah kalimat keramat yang bisa menghancurkan persahabatan mereka.

"Na__Naruto" sangat lirih. Sakura benar-benar bingung harus menjawab apa. Seharusnya Naruto tau bagaimana perasaan Sakura terhadap Sasuke. Begitupun sebaliknya.

"Kupikir Hyuuga dan Uchiha sudah sangat cocok Sakura, mereka sama-sama kaya dan arogan" Naruto frustasi, padahal baru seminggu permainan ini dimulai, dan Naruto sudah tidak sabar akan perubahan sikap sasuke pada sakura. Semua masih sama. Mereka masih selalu kencan sepulang kerja, membuat naruto benar-benar putus asa! Tau begini, tidak perlu ada pernikahan ini... sehingga Naruto tidak perlu lagi berharap!

Sakura berdiri dari bangkunya dan...

Plak....

Perih dipipi Naruto, ketika sakura menamparnya. Seumur-umur, ini kali pertama sakura menamparnya.

Seketika Naruto mengingat dirinya yang menampar Hinata.

"kenapa kau tega berbicara seperti itu, Naruto! Aku kecewa! Kau seharusnya tau betul tujuan pernikahan ini.... kenapa kau berbicara demikian?" mata sakura terasa panas.

"lalu bagaimana denganmu sakura! Kau juga tega! Kau seperti menjualku kepada Hinata! Aku bertanya-tanya siapa aku dimata kalian! Kalian tau betapa aku membenci gadis itu, Sakura! Bahkan aku sering bercerita padamu betapa angkuh dan menjijikannya dia. Hinata terus menempel padaku seperti seseorang yang tidak punya harga diri! Lalu kau dan sasuke menawarkan aku pada penyihir itu untuk keselamatan hubungan kalian berdua. Seharusnya kau tau bagaimana perasaanku!"

Sakura menangis, dia sudah tidak sanggup lagi.... kenapa harus hari ini? sakura masih belum siap untuk semua ini.... ini terlalu mendadak.

"Naruto kau tau aku tidak mencintaimu.. hiks, kenapa kau tidak mengerti juga! Kau tau bagaimana perasaanku kepada Sasuke-kun. Lagipula Hinata sangat menyukaimu.... Hiks, seharusnya kau memberikan kesempatan padanya Naruto...." Sakura juga perempuan, ia tau bagaimana Hinata yang sangat terobsesi pada Naruto. Sakura pikir, hinata akan berubah baik dan bahagia saat Naruto mau menerima perasaannya.

"lalu kenapa kau tidak mau memberikanku kesempatan" Naruto benar-benar menumpahkan semuanya disini. "Hinata sangat berbeda denganmu sakura... dia gadis yang kejam. Tidak akan ada laki-laki yang mau dengannya!.. jadi mana mungkin aku memberinya kesempatan"

"aku tidak tau bagaimana perasaanmu padaku naruto....!! mana bisa aku memberikanmu kesempatan" masih dengan posisi menangis. Sakura belum berani memandang Naruto. Wajah terluka kah? Atau benci... Sakura sangat takut untuk melihatnya.

"jangan berusaha membodohi kondisi sakura... seharusnya kau tau bagaimana perhatiannya aku padamu selama ini.. kupikir kau perempuan yang cukup peka Sakura... begitu juga dengan Sasuke! Kenapa kalian harus pura-pura tidak tau dan menjadikan aku yang paling bodoh!!?" sudah... Naruto benar-benar meluapkan semuanya. Naruto tau jika sakura dan sasuke pura-pura bodoh atas perasaannya... dan Naruto juga berpura-pura bodoh dengan terus tersenyum.

Tangis sakura semakin pecah "karena aku tidak mau kehilanganmu bodoh..... kau sangat berharga untukku. Tapi kau tau cinta tidak bisa dipaksa Naruto... Cinta tidak berdasarkan hati saja..." sakura masih menangis, bulir-bulir air mata sudah sangat deras mengalir. Tiba tiba sakura mengingat perkataan Hinata yang lalu.... bahwa dia yang akan menyebabkan hancurnya persahabatan mereka.

Naruto menghela nafas panjang. Naruto pikir Naruto sudah kelewatan.

"Maaf Sakura... aku tidak bisa mengontrolnya" Naruto berdiri dan mulai mengusap punggung rapuh sakura. "SSsstt... Jangan menangis, aku minta maaf"

"berjanjilah naruto... jangan berkata seperti itu lagi! Aku tidak mau hubungan kita hancur...." mungkin sakura terdengar sangat egois.... tapi sakura benar-benar menyayangi Naruto dan mencintai Sasuke... dia tidak mau kehilangan keduanya

Naruto menatap sendu. Apa dia harus menelan lagi semua perasaannya yang terpendam?.. ya tak apa. Sakura benar, cinta tidak bisa dipaksakan "aku berjanji Sakura... aku berjanji" masih terus menenangkan isak tangis sakura. Naruto tersenyum miris. Dia berfikir dirinya dan hinata adalah sama. Sama sama tidak ada harapan. Bedanya Naruto tau arti dari mencintai, sedangkan Hinata, dia gadis bertanduk yang menghalalkan segala cara agar cintanya terikat.

Wanita Gila.


...


Hei... cepat!

Sialan malificent ini! sasuke terus merutuk dalam hati. Kenapa lama sekali sih dandannya. Jika dibandingkan sakura yang lebih natural.. hinata benar-benar kalah telak.

Pintu dibuka, menampilkan Hinata dengan dress putih gading yang dibelinya bersama Mikoto tadi siang.

Sasuke terbelalak. Bukan! Bukan karena cantik... tapi lihat wajahnya... hanya riasan tipis saja.

"kau tidak bermake up?"

"aku tidak terlalu menyukainya..." hinata berjalan melewati sasuke dan mencari sepatu yang dirasa cocok dengan dressnya.

"kenapa lama sekali??" sekarang sasuke tambah jengkel. Jangan-jangan malificent ini sengaja berlama-lama agar membuatnya jengkel.

"Urusan wanita!"ah hinata dapat sepatunya. hinata rasa, sepatu merah akan menambah kesan elegan.

Sebenarnya Hinata berlama-lama dikamar karena dia merenungi banyak hal. Berbelanja dengan mikoto menjadi tamparan sendiri untuk Hinata. Mikoto banyak bercerita tentang saat dia menjadi pengantin untuk Fugaku. Disana, hinata tau.. pernikahan bukanlah hal yang main-main. Hinata melupakan janjinya pada mendiang kaasannya. Akan menjaga nama baik keluarga sang suami dan merawatnya. Tapi lihatlah sekarang.... Hinata seperti sedang bermain rumah-rumahan yang melibatkan hukum negara. Jujur, Hinata jadi menyesal telah melakukan ini.... terlebih dia akan mengecewakan Mikoto Kaasan yang sangat baik. Lalu bagaimana dengan Ayahnya? Membayangkan raut wajah sang ayah membuatnya ingin menangis.

Hinata sudah bertindak egois.... dia lupa jika dia masih memiliki keluarga! Otaknya terlalu buta akan cintanya pada Naruto!

Saat bercermin tadi... dia telah berjanji. Dia akan berhenti. Membuang semua hal tentang Naruto adalah yang terbaik sekarang.

"Lagipula pemesanan kan jam 20.00... ini masih jam 19.00.... kau ini kenapa sih?" jika sasuke jengkel, maka Hinata jengah... mau cowo brengsek ini apa sih.

"aku ada kencan dengan sakura"

Brengsek! Maki hinata dalam hati.

Sakura... sakura dan sakura... tidak naruto tidak sasuke semua tentang sakura. Untung neji tidak ada minat dengan sakura, Jika iya, maka hinata akan bunuh diri menyusul kaasannya.

Dan lihatlah sekarang! Uchiha ini sangat menikmati permainan ini, sedangkan Hinata... dia sudah menyesal berdarah-darah.

"kau mau apa?" tanya sasuke saat melihat hinata hendak memasuki mobilnya.

"masuk mobil.... memangnya apa lagi?"

"pakai mobil sendiri! Setelah makan malam aku mau langsung menjemput sakura!"

Hinata melongo mendengarnya. Laki-laki ini tidak punya otak!

"kau bercanda? Bagaimana jika nanti ada mata-mata dari kakek madara atau ibu? Lagipula restorannya cukup dekat dari sini.... apa tidak bisa meluangkan waktu 15 menit untuk mengantarku?" apa otaknya hanya dipenuhi dengan sakura??

Sasuke mempertimbangkan perkataan Hinata. Benar juga, terlalu beresiko jika naik mobil sendiri-sendiri.


..


Sesampainya direstoran, Sasuke berjalan didepan. Jangankan menggandeng tangan... bahkan hinata harus membuka pintu mobil sendiri. Dasar tidak peka!

Hinata berhenti.. dia melihat satu mobil merah yang hendak parkir. Mobilnya tidak asing untuk Hinata. Baru berhenti sebentar dan sasuke sudah kandas di depan mata. Dia sangat terburu-buru.

Beruntungnya Sakura.

Sesampainya didalam, sasuke sudah duduk dan menatapnya tajam. "kau lamban"

Hinata hanya memutar bola mata jengah.

Tidak ada obrolan diantara mereka. Sasuke lebih memilih bermain dengan ponselnya, sesekali dia tersenyum. Hinata menduga jika sasuke bertukar pesan dengan sakura. Cih!. Sedangkan hinata? Dia sama sekali tidak menyentuh ponselnya. Ayahnya bilang, orang sukses adalah orang yang menguasai lingkungannya. Dan hinata lebih memilih memperhatikan sekitar. Lihatlah lampu-lampu mewah restoran ini, lalu bagaimana dekorasi tatanan mejanya juga cukup unik. Pantas saja harga makannya mahal. Kira-kira kakek madara memesankan makanan apa untuk mereka? Pengunjung disini juga terlihat sangat glamor.... sepertinya lokasi ini sudah sangat dipercaya dikalangan konglomerat.

"Silakan Nona, Tuan" pelayan datang dan memberikan sajiannya. Hinata terharu.... Bagaimana mungkin madara tau kesukaan Hinata. Sushi. Seingat Hinata ini restoran italia. Madara benar-benar menyiapkan ini semua... sayangnya cucunya tidak peduli. Lihat.. dia masih asyik dengan ponselnya.

Sup Tomat dengan tampilan mewah. Oh Hinata tau, tadi saat belanja bahan makanan, Mikoto menyuruhnya membeli banyak tomat untuk sasuke. Sasuke sangat suka dengan tomat. Mata hinata berbinar, Apa itu Cinnamon roll? Oh hinata sangat berterimakasih pada sang kakek.

Nasi, salmon, Rumput laut dan bolognese. Itu yang dirasakan hinata saat memakan sushinya. Jadi ini perpaduan jepan dan itali? Hm... tidak buruk, lain kali hinata akan coba membuatnya sendiri di rumah.

Hinata mengernyit saat melihat sasuke masih asik bermain hp tanpa menyentuh makanannya. Seingat hinata, sasuke sangat mencintai tomat.

"kau tidak makan?" hinata hanya sekedar basa-basi, meskipun dia tidak peduli.

"aku akan makan dengan sakura nanti..." cih yang benar saja..... Sakura unggul dari tomat. Bagus hinata, sepertinya sasuke dan naruto sangat terobsesi dengan sakura. Apasih keunggulan sakura?

'Terserah' inner hinata melanjutkan makan sushi kesayangannya.


..


"Kyaaaa" suara teriakan Hinata berhasil menarik atensi sasuke dari ponselnya.

Baju putih yang berubah merah, pelayan dengan raut ingin menangis.

Sasuke simpulkan jika pelayan itu baru saja menjatuhkan birnya.

"ma.... maaf Nona, aku tidak sengaja.... ku...kumohon maafkan aku" pelayan itu benar-benar sudah menangis. dia sedang berhadapan dengan Nona hyuuga.

Menarik... sasuke jadi ingin lihat apa yang dilakukan Hinata.

Hinata menatap nyalang pelayan itu"Kau tau ini baju berhargaku!" Apa yang akan dikatakan Hinata nanti ke Mikoto?

"Maaf...maaf...maaf..." pelayan itu menangis menunduk sambil duduk bersimpuh.

Hinata memperhatikan sekitar. Bagus dia jadi tontonan. Ah hinata tidak peduli.

"kau harus diberi pelajaran atas tindakan kurang ajarmu"

Kali ini sasuke yang membelalak matanya. Hinata menumpahkan sup tomatnya yang masih hangat kekepala gadis itu... dia benar-benar menjadi kuyup. Jangan lupakan wajah tenang hinata. Hinata benar-benar keterlaluan.

'kasian pelayan itu'

'kudengar Hyuuga Hinata sangat Kejam'

'hari nya sedang tidak beruntung karena bertemu hyuuga'

Dan bisikan-bisikan lainnya yang menggunjing Hinata. Dan hinata tidak peduli dengan itu.

"kau kelewatan Hyuuga!" kali ini sasuke yang bersuara. Hinata tidak peduli... dia terlalu marah pada pelayan didepannya.

"Jangan ikut campur, Uchiha!" hinata mendesis. Sasuke pertamakali melihat Sang Hyuuga marah.Sedangkan pelayan wanita itu sudah meringkuk ketakutan dibawah kaki putri Hyuuga.

"diakan sudah minta maaf" sasuke teringat saat ada pelayan yang menjatuhkan kopi ke rok sakura,... saat itu sakura mencoba memakluminya dan berdamai dengan pelayan yang sangat merasa bersalah.

Hinata dan Sakura.

Iblis dan Malaikat. Tentunya semua orang akan lebih menyukai malaikatkan? Begitu juga dengan sasuke.

"Kau! Kemarilah" panggil Hinata kepada salah satu pelayan laki laki yang berada tak jauh. semua pelayan ingin menolong si gadis malang, tapi mereka terlalu takut jika harus berhadapan dengan putri Hyuuga. Itu sama saja mencari mati

"panggilkan aku si pemilik restoran... dia tidak pantas bekerja disini"

Sasuke membelalak mata lagi. Wanita Gila!. Tidak kah cukup dia dengan menyiramnya dengan sup tomat?

"Kumohon Nona.... maafkan aku... hiks, aku.... aku akan mencuci gaunmu" pelayan itu masih berusaha agar dimaafkan.

"Diam kau jalang!"

"ada apa ini?.... ah Uchiha sama" ah hinata lupa jika dia sudah berganti marga. Pemilik restoran merasa iba dengan salah satu staffnya yang sudah basah dengan beberapa sayuran yang menempel pada baju dan kepalanya.

"Pecat dia... jika kau tidak ingin berurusan denganku" suaranya dingin... membuat beberapa orang disekitarnya merinding. Ini lah yang sering menjadi perbincangan beberapa orang yang pernah melihat Hyuuga Hinata marah. Dia benar-benar tidak punya belas kasih.

Sasuke sudah kesal. Dia menarik tangan hinata dan menyeretnya keluar restoran. "lepas... kubilang lepas! Aku belum selesai bicara"

"kau apa-apaan! Kau istriku sekarang, jangan mempermalukan keluarga uchiha dengan kelakuan busukmu! Kau mempermalukan aku!"

"bukankah semua keluarga uchiha arogan? Lagipula dia yang cari gara-gara duluan!" hinata berteriak menatap nyalang sang suami

"dia sudah minta maaf! Apasalahnya memafkannya!" tangan sasuke sudah sangat gatal. Hinata terlalu kekanakan.

"dia tidak benar-benar minta maaf" sekarang suara hinata menjadi lirih.. suaranya menjadi sendu.

"kau tidak lihat bagaimana dia menangis sambil bersujud dihadapanmu?"

"dia hanya pura-pura saja!" perempuan ini benar-benar tidak punya hati. Sasuke saja yang notabenenya berasal dari uchiha masih bisa melihat iba pelayan tadi. Apa kabar dengan Hinata?

"Kau sangat berbeda dengan sakura.... kau benar-benar sudah tidak bisa lagi melihat kebaikan hati seseorang"

Hinata murka. Sakura lagi sakura lagi. Apa-apaan sih. Rasanya hinata ingin menangis saja.

"Kheh.... sepertinya berdekatan dengan nona haruno itu membuatmu menjadi seorang yang mudah di injak- injak! Seperti haruno bodoh itu!"

PLAAAK

Sasuke sudah tidak bisa lagi menahannya. Persetan dengan pepatah lelaki sejati tidak akan melukai wanita. Hyuuga yang satu ini bukan wanita. Dia iblis! Penyihir jahat! Malificent! Dia sudah menghina Keluarganya dan juga menhina Sakura, dia pantas mendapatkannya

Hinata kaget, sangat kaget dengan tamparan tiba-tiba. Ini sudah kedua kalinya. Dan saat ini lebih sakit dibanding yang pertama. Bibirnya perih, dia merasakan rasa asin. Saking kerasnya tamparan tersebut, membuat bibir hinata sobek. Perih sekali.... hinata sangat ingin menangis. menangisnya nanti saja! Sekarang hinata ingin terlihat kuat... dia menatap sasuke nyalang menantang.

Lihat, bahkan setelah mendapat tamparan, Hyuuga ini malah tidak ada takut-takutnya! Dia bukan wanita. "pulanglah.... aku tidak sudi mengantarmu pulang" sasuke berbalik masuk kedalam restoran yang sempat heboh tadi. Jika dia berlama-lama dengan hinata, maka sudah dipastikan tamparan bisa berubah menjadi tonjokan.

Sasuke masuk, ia ingin menemui pemilik dan mengatakan tidak perlu memecat stafnya. Dia rasa, dengan siraman sup tomat itu sudah lebih dari cukup untuk sang pelayan.


..


Sasuke berada diparkiran. masalah beres. pemilik restoran mengucap terimakasih dan meminta maaf sebesar-besarnya padanya... dia jadi merasa seperti seorang malaikat. khe! seharusnya Uchiha itu seperti iblis kan? Sakura membawa pengaruh baik pada dirinya.

Baru saja ingin memasuki mobil.... ia mendengar suara yang seorang perempuan.

"kau harus membayarku lebih! Kau tau, aku disiram dengan sup tomat... bahkan aku nyaris dipecat"

Sudah berapa kali sasuke membelalak mata hari ini? itu pelayan yang tadi menangis, menelfon seseorang dengan nada yang cukup pongah.

"kau tau berurusan dengan hyuuga itu sangat beresiko..... berikan aku uang tambahan atau aku akan mengadu!"

'dia hanya berpura-pura!' seketika suara hinata yang berteriak menggema dikepala sasuke. 'Kheh.... sepertinya berdekatan dengan nona haruno itu membuatmu menjadi seorang yang mudah di injak- injak! Seperti haruno bodoh itu!' tiba tiba sasuke merasa kalap. Seharusnya dia menghampiri pelayan tersebut dan mencekiknya... tapi dia terlalu kalap dan melupakan itu. Dia berlari keluar parkiran, dia mencari hinata. apa yang akan dia lakukan memang? entahlah... dia hanya mengikuti apa kata hatinya saja.

Dia ingat bagaimana dengan tega menyuruhnya pulang.... bahkan tamparannya masih terasa panas ditelapak tangannya.

Sasuke marah... entah pada siapa. Dia marah pada hinata, dia marah pada pelayan, dia marah kepada orang yang menyuruh pelayan tadi dan dia marah pada dirinya sendiri. Tapi sungguh tidak akan ada yang tau akan jadi begini... semua orang melihat bagaimana tulusnya pelayan tersebut. hinata bertindak sangat jahat..... jadi bagaimana mungkin hinata tau jika pelayan itu berbohong?

Seharusnya hinata menjelaskan pada sasuke kan?

Ah... dia sudah menjelaskannya dan dihadiahi tamparan oleh sasuke....

Dimana sih hyuuga itu?


..


Sasuke melihatnya..... dia menangis di bangku taman. Sasuke masih setia memandanginya dari balik pohon. Tangisnya sungguh menyedihkan.

Hyuuga Hinata, bisa menangis.... satu hal yang disadari oleh Sasuke

Hyuuga Hinata adalah perempuan.

"Hiks.... Hiks.... Hiks......"

Apa sebaiknya dia mengajak Hinata pulang? Sasuke ragu ingin melangkah.

'Dia sangat menyedihkan.... lebih baik dia pulang bersamaku' baru saja sasuke mau melangkah... ponselnya bergetar.

Telfon dari sakura

"halo..."

"kau dimana sasuke? Aku sudah menunggumu"

Sakura atau Hinata? Tentu saja sakura.

Sasuke mencoba meyakinkan dirinya.

Benar. Masalah tadi adalah diluar kehendaknya... sungguh dia tidak tau menahu

Dan masalah tamparan... sasuke rasa hinata pantas mendapatkannya! Hinata telah menghina sakura... jadi dia pantas akan itu.

Sasuke meyakinkan dirinya tidak bersalah

"aku segera tiba... sakura" menutup telfon.

Hinata bisa pulang sendiri.

Sasuke Berbalik dan meninggalkan Hinata yang menangis tersedu-sedu.

TBC

Ini bahkan belum ada satu minggu -_-
ini semua karena kegabutanku....

semoga menikmati....

maaf jika kurang greget, ternyata membuat suatu konflik agak sulit T.T

see you

Warm Regards,

Lavendark [Maaf jika banyak Typo, mengingat ini sudah larut]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro