-Mistake-

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Game Of Destiny (GOD)

Discalimer

Masashi Kishimoto

Story By

Lavendark

Main Character

-Hinata Hyuuga-

Other Character

Haruno Sakura, Namikaze Naruto, Uchiha Sasuke

Genre

Romance, Drama, Slice of Life, Hurt/Comfort




Enjoy Reading!




"Kau pulang? Kupikir kau masih asik dengan Naruto mu itu," mendengarnya membuat Hinata memutar bola mata bosan. Oh ayolah.... Beberapa hari ini memang Hinata lebih memilih tidur di kantor. Tentu saja dia tidak mau pulang dengan kondisi pipi membiru. Jaga-jaga saja jika Sasuke akan menamparnya lagi.

Hinata sudah tidak memandang Sasuke dan Naruto sebagai lelaki sejati, ini hanya perihal bagaimana mereka berdua memperlakukan Hinata. Ya, Hinata tau... meski dia bertingkah selayaknya orang yang menyebalkan.... Tapi sebagai lelaki sejati, setidaknya mereka bisa menjaga perilaku terutama dalam meperlakukan wanita! Apalagi mereka sudah bermain ke ranah fisik!... Dan yang menyakitkan lagi itu semua dilakukan untuk wanita lain! Cih yang benar saja!

Bicara perihal tamparan. Lihat sekarang siapa yang memiliki lebam biru di pipi? Melihatnya membuat Hinata tersenyum mengejek. Dan senyum mengejek Hinata membuat Sasuke naik darah!!

Penampilan Sasuke sekarang jauh dari kata baik-baik saja. Mengenal bagaimana perfeksionisnya seorang Uchiha Sasuke, maka melihat penampilan Sasuke hari ini membuat orang bertanya-tanya..... Kalah berapa dollar si Uchiha ini?

Kantung mata, pipi lebam dan bulu-bulu halus di wajah yang belum dicukur. Hinata baru minggat seminggu, tapi lihatlah.... Penampilan yang amat sangat berantakan ini. Uhhhhhh, Sasuke merutuk dalam hati. Ini semua salah Malificent!

Bukan, Sasuke bukannya khawatir akan Hinata, hanya saja dia menjadi sangat resah.... Oh ayolah, setiap kali dia menelepon, Hinata me-rejectnya! Sangat tidak sopan. Keresahan ini juga karena keluarga Uchiha yang entah kapan akan datang ke rumah. Bagaimana jika Sasuke ditanya ke mana sang istri? Tidak mungkin kan Sasuke akan menjawab 'Aku menamparnya dan meninggalkannya sendirian malam-malam, dan kemudian dia minggat,' dan dengan begitu Sasuke yakin akan dicoret dari daftar pewaris Uchiha oleh sang kakek yang notabene sangat menyukai istrinya itu. Dicoret dari daftar pewaris sama saja mengurangi kesempatannya untuk hidup dengan Sakura. Dan Sasuke tidak mau akan hal itu!

"Ah.... Kau lihat ini?" tanya Sasuke sambil menunjuk ke arah pipinya. "Kau tau, ada seseorang yang mencari masalah denganku," mendengarnya Hinata tersenyum. Ucapan orang itu tidak main-main. Baru tadi pagi dia mendapatkan lagi kiriman bunga dan sebuah catatan....


To My Hime.....

Aku sudah membalaskan dendammu, pulang dan tertawakanlah suami brengsekmu.

Your smile is so beautyfull


Mr. Five, begitulah Hinata menyebutnya. Oh, sungguh.... Hinata sangat tersanjung di puji memiliki senyum yang cantik, apalagi perlakuannya yang membalas perbuatan si brengsek Uchiha... Membuat Hinata sangat ingin bertemu dengan Mr. Five ini. Sebenarnya Hinata sudah menerka-nerka siapa Mr. Five ini. dan dia sudah yakin 75%... Hanya saja, dia masih harus mengumpulkan bukti-bukti dan berpura-pura tidak tahu.... Hinata tidak mau melewatkan kiriman bunganya.

Sayang sekali Mr. Five tidak sepenuhnya membalas perbuatan suaminya ini. Bibirnya masih baik-baik saja. Padahal Hinata berharap bibirnya sobek. Dia harus merasakan bagaimana perihnya bibir sobek ketika sedang minum! Apalagi jika itu cokelat panas.... Dan hinata menyukai cokelat panas.

"Jadi..... Kenapa uchiha ini berkeluh kesah denganku? Kau ingin berdamai denganku?" Hinata memilih duduk berhadapan dengan Uchiha Sasuke.... Mereka berdua memilih mengobrol di meja makan. Tentu saja, pembicaraan mereka berdua selalu menegangkan, jadi bagaimana mungkin mereka memilih sofa untuk bicara sedangkan sofa itu untuk tempat bersantai?

Sejujurnya, Hinata sangat ingin masuk ke kamarnya. Mengurus perusahaan dan perkembangan toko kuenya benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Dan lihat, baru saja sampai rumah kau sudah diberikan perkataan yang sarkas dari sang suami. Oh..... Hinata itu putri konglomerat... Dia harus beristirahat dengan cukup.

Buang pemikiran tentang istirahat, melihat lebam di pipi sang suami, juga bagaimana sang suami memulai curhatannya membuat Hyuuga Hinata sangat tertarik. Hinata ingin tau bagaimana Mr. Five bekerja. Hebat sekali dia bisa menciptakan tato biru di pipi seorang Uchiha.

"Berdamai denganmu? Jangan mimpi! Aku hanya ingin kau tau... Hyuuga, jika aku paling marah dengan seorang yang pengecut!" Perkataan Sasuke tidak nyambung sekali..... Hinata tidak mengerti ke arah mana pembicaraannya.

"Pengecut?"

"Ya.... Bermain belakang bisa juga disebut pengecut bukan? Menukar dokumen perusahaan agar reputasiku hancur?? Itu terlalu kekanakan." Sasuke menatap tajam Hinata. Dan Hinata malah salah fokus, dia sudah tidak peduli lagi dengan kemarahan Uchiha yang satu ini. Lihat tapapannya..... Semua wanita pasti akan meleleh jika ditatap seperti ini oleh Uchiha Sasuke. Hinata akui.... Sasuke sangat-sangat tampan! Dengan kondisi berantakan saja bisa membuat seorang Hyuuga Hinata salah fokus! Apalagi sorot matanya yang tegas.... Jika Hinata perempuan biasa pasti dia sudah jatuh cinta pada si bungsu ini.... Namun, Hinata itu luar biasa. Bahkan Sasuke tidak pantas disandingkan dengan si cantik Hyuuga.

Ah.... Mereka bertiga benar-benar mencerminkan musim. Sasuke si musim dingin, Sakura si musim semi dan Naruto si musim panas. Mereka saling melengkapi. Bagaimana dengan Hinata? Musim gugur? Ah... tentu saja, Hinata bukanlah siapa-siapa, dia hanya tidak sengaja terseret ke dunia mereka bertiga. Jadi, mau Hinata mencerminkan musim atau tidak.... Dia tetap tidak bisa melengkapi seperti mereka bertiga.

"Seingatku, aku tidak pernah mencari masalah akhir-akhir ini!" Mendengar ucapan Sasuke membuat Hinata kembali ke dunia nyatanya. Semua bayangan musim hilang seketika. Hinata sudah memutuskan untuk membenci ketiga musim itu. "Ah tidak! Aku mencari masalah denganmu minggu lalu." Sekarang Hinata tau menuju mana pembicaraan si Uchiha bungsu ini.

Fukagu atau Madara? Siapa yang menampar Sasuke? Hinata berharap keduanya....

"Dengar Hyuuga, aku bukanlah orang yang memiliki belas kasihan...... Aku tidak peduli siapa dia, tapi kupastikan... Jika aku mendapatkan bukti yang melakukan ini.... Maka aku tidak akan segan segan untuk membalasnya..... Meskipun itu adalah kau Hyuuga."

Dalam hati, Hinata merasa miris. Benar.... Arah pembicaraan Sasuke adalah menuduhnya sebagai dalang dari apa yang ditimpanya. Tentu saja, semua pasti akan menuduh Hinata yang melakukannya. Mengingat apa yang dilakukan Uchiha bungsu itu terhadap Hinata minggu lalu. Pernikahan ini benar-benar menguras emosi.... Baru berjalan dua minggu dan Hinata rasanya ingin pisah rumah saja!

"Kau.... menuduhku?" Hinta merasa tersinggung! Tentu saja.... Dia hanya berdiam diri di kantor dan melakukan pekerjaan seperti biasanya lalu saat sampai rumah, suaminya sendiri menuduhnya mencari perkara? Yang benar saja!

"Tidak... Aku tidak menuduhmu. Aku hanya menyimpulkan dari banyaknya kemungkinan. Jika memang dalangnya adalah dirimu.... Maka bersiaplah untuk membayarnya."

Dosa apa sih yang sudah dilakukan Hinata dikehidupan yang lalu? Kenapa semua perkara yang di sekililingnya selalu menuju ke dirinya? Tidak saat penculikan Sakura.... Insiden restoran.... Dan sekarang, lebam di pipi Sasuke juga dituduhkan kepada Hinata????!! Ah, mengingat semua itu membuat Hinata ingin menangis lagi...... Sampai hari ini Hinata belum menerima satu kata maafpun dari Sasuke ataupun Naruto... Hinata sedih tentu saja. Hinata tidak melakukannya dan ironisnya orang yang menuduh sudah tau kebenarannya dan enggan untuk meminta maaf? Hei.... Hinata juga manusia biasa yang masih membutuhkan kata-kata terimakasih dan permintaan maaf

Ah lupakan Hinata. Kau sangat tau bagaimana Namikaze Naruto dan Uchiha Sasuke sangat membencimu. Jadi... tidak usah berharap yang tidak-tidak.

"Ah.... Kalau begitu semoga kau mendapatkan buktinya Uchiha.... Kalau bisa secepatnya, karena aku sudah tidak sabar untuk membayarnya!" Sasuke memincingkan mata.... Perempuan ini benar-benar menantangnya.... Sasar Hyuuga sialan!

Hinata berdiri dari duduknya dan berjalan menuju kamar. Pembicaraan mereka sudah selesai. Saat sudah masuk kamar... Hinata bergumam 'Kau tidak akan mendapatkan bukti apapun uchiha.... lawanmu bukanlah orang biasa.'



....



Dua orang berbeda gender itu saling berhadapan. Ini hanya sebuah kafe kecil di pinggir jalan. Sakura sama sekali tidak menyangka jika Naruto mengajaknya bertemu, apalagi di tempat seperti ini. Biasanya Naruto lebih menyukai jika mereka bertemu di kedai ramen...

"Maaf Sakura," Naruto memulai pembicaraan. Naruto itu memang tipikal orang yang ramai... Jadi dia tidak akan menyukai keheningan atau diam saja..... Oh, kecuali jika dia bersama putri sulung Hyuuga. Sudah sekitar 30 menit yang lalu Sakura dan Naruto diam. Bahkan, sampai kopi keduanya datang, belum ada yang memulai.

Sakura sendiri bingung ingin memulai dari mana.... Toh, yang ada keperluan itu Naruto. Dan mendengar kalimat pertama yang dilontarkan pada Naruto membuat hati Sakura waswas. Dia sangat takut dengan kondisi persahabatan mereka!

"Naruto...." suara itu sangat sarat nada kesedihan dari Sakura. Naruto sangat baik padanya, bahkan dia sangat rela membuang harga dirinya untuk menemui Sakura lagi setelah insiden penolakan. Seharusnya Naruto marah karena merasa dimanfaatkan.

Naruto terlalu baik. Dan itu membuat Sakura semakin merasa bersalah akan sifat egoisnya yang mulai muncul.

"Sakura.... ku benar-benar merasa bersalah. Aku terlalu egois terhadap kalian berdua." Sakura mulai berani menatap mata saphire Naruto. Akulah yang egois, Naruto. Maaf! Batin Sakura. "Aku selalu menyalahkan kalian berdua atas perasaanku padamu. Aku selalu marah pada kalian atas kepura-puraan kalian dalam menangani masalah hatiku. Sasuke benar.... Aku sudah bertindak di luar batas. Aku sama sekali tidak memikirkan bagaimana sulitnya kalian dalam menahan untuk tidak menyakitiku dengan berpura-pura tidak tau." Naruto menunduk, dia merasa malu akan dirinya sendiri. "San lihat aku...... aku menyebabkan pertemanan kita seperti tidak ada harganya." Naruto kemudian terkekeh. Bukan terkekeh akan kesenangan, terang sekali jika nada kekehannya menujukkan kesedihan yang mendalam.

Benar. Lima hari ini Naruto sudah merenungi banyak hal. Naruto sangat menyayangi kedua sahabatnya ini dan dia tidak mau kehilangan keduanya. Dia tidak menyangka perasaannya pada Sakura membuat persahabatan mereka hancur. Sasuke sudah dianggapnya sebagai saudara. Sedangkan Sakura.... Entahlah, Naruto bingung menganggap Sakura apa. Karena Naruto sangat menyayangi dan mencintainya.

"Sakura......" Naruto tersenyum. Senyumnya kembali lagi. Senyum matahari Naruto. "Mari kita berdamai...." Naruto menjulurkan tangan ke arah Sakura, mengajaknya untuk berjabat tangan. "Aku akan belajar untuk melupakanmu.... Aku ingin menyelamatkan persahabatan kita," mendengarnya Sakura terharu. Sakura mulai menangis. Tidak, kali ini dia menangis bahagia..... Sakura membalas jabatan Naruto dan mulai tersenyum sambil menyeka air matanya.

"Naruto...... Terimakasih banyak." Perkataan Hinata tempo lalu teringat lagi di kepala Sakura.

'Aku merasakan sesuatu disini..... Ssuatu kerapuhan. Kupikir ikatan kalian berdua kuat.... Tapi ternyata... kalian berdua__ oh tidak! Maksudku bertiga... Ya, kalian bertiga tidak berimbang satu sama lain. Ikatannya terlalu lemah kurasa. Dan penyebabnya adalah kau Sakura.'

Kata-kata itu sering kali teringat setelah insiden pernyataan cinta Naruto padanya. Dan Sakura sangat takut akan kebenaran perkataan Hinata. Bahwa dirinyalah penyebab keretakan hubungan mereka bertiga.

Tapi sekarang lihatlah.... Sakura sama sekali tidak perlu khawatir lagi. Benar. Hinata tidak tau apa-apa tentang persahabatan mereka. Persahabatannya akan baik-baik saja. Ikatan persahabatannya sekuat darah, dan Hinata tidak pantas dalam menilai mereka.

"Kuharap kita bisa seperti dulu lagi.... Ah, tidak! Aku akan mulai membatasi perasaanku... Dan kurasa aku harus mulai mencari sosok wanita lain yang mencintaiku." Naruto benar-benar mengesampingkan harga dirinya. Lihatlah..... jika itu orang lain, pasti orang itu akan malu dan lebih memilih berdiam diri. Sedangkan Naruto, dia tertawa renyah dan tersenyum hangat.

"Mmmm," Sakura mengangguk antusias. Sakura tidak perlu khawatir lagi. Semua akan baik-baik saja mulai sekarang.

"Naruto.... Kupikir kau harus mulai membuka hatimu pada Hinata." Setelah minuman mereka habis... kali ini Sakura yang memulai obrolan. "Hinata sangat mencintaimu," lanjutnya.

Mendengar hal tersebut Naruto hanya terkekeh, "Itu tidak mungkin Sakura."

Mendengar perkataan Naruto membuat Sakura mengernyitkan dahi. "Kenapa tidak mungkin? Kupikir kalian berdua cocok! Hinata juga sangat cantik.... Bahkan dia lebih cantik dariku, wajahnya benar-benar seperti barbie!"

Tadinya Naruto hanya terkekeh... dan sekarang malah menjadi suara tawa. "Hahahaha.... Kau benar Sakura, Hinata sangat cantik.... Bahkan Kaasan selalu bilang dia seperti boneka dan bisa memperbaiki keturunan Namikaze"

Sakura makin bingung dengan perkataan Naruto. Laki-laki ini maunya apa sih. "Naruto-baka! Lalu apa masalahnya??"

"Kau tau betul Sakura.... Aku tidak pernah menyukai orang hanya dari fisik saja. Aku mencari perempuan yang baik hati. Dan Hinata bukanlah salah satunya," ujar Naruto

Sakura heran, Naruto dan Sasuke sangat membenci Hinata. Dan itu terlihat seperti tanpa alasan. Mungkin Sakura memang tidak pernah menjalani hidup dengan Hinata dan tidak tau apapun mengenai Hinata. Pernah Sakura bertemu sekali dengan Hinata, dan berakhir dengan dirinya yang dicaci maki. Tapi benarkah Hinata seburuk itu? Sakura memang belum pernah mendengar malasah kebaikan hati Hinata sih...... Benarkah dia itu jelmaan penyihir?

"Kurasa ambisinya hanya ingin hidup denganmu Naruto," Sakura menilai Hinata akan ambisinya. Dan itu cukup sederhana, Hidup selamanya bersama Namikaze Naruto. "Kupikir dia bisa menjadi wanita yang baik jika dia bersamamu Naruto..... Cobalah untuk mencintainya." Jangan menilai Sakura yang tidak-tidak... Kali ini Sakura benar-benar tulus melakukannya untuk Naruto, bukan serta merta untuk keamanan hubungannya dengan Sasuke. Sakura juga ingin Naruto bahagia nantinya..... dan Sakura rasa, Hinata masih cukup pantas untuk sahabatnya ini. Setidaknya Bibi Kushina menyukai Hinata.

Mendengar perkataan Sakura membuat Naruto menggelengkan kepalanya. "Maaf Sakura, aku tetap tidak bisa. Yang namanya cinta tidak boleh dicoba coba." Naruto berusaha sedikit melawak disini. Tapi lihatlah, jangankan tertawa, Sakura malah terlihat semakin jengkel.

"Terserah kau saja, baka! Aku hanya berusaha membantu......" Kemudian wajah Sakura berubah menjadi sedikit sendu, "Dan mengingatkan,"

"Kau tau Naruto........

.

.

.

........ terkadang sesuatu akan menjadi sangat berharga jika kita sudah kehilangnya."




...




Hinata yang sedang asik memakan makanannya harus berhenti ketika melihat Sasuke duduk di depannya. Ada apa pria ini? Apa dia ingin meminta makanan?? Seingat Hinata... dia tidak sudi memakan masakan Hinata.

"Jangan salah paham.... Ada yang ingin aku bicarakan," ah... jadi dia ingin bicara. Hinata pikir ingin makan. Jika memang seperti itu, Hinata juga tidak sudi memasak untuk si Uchiha bungsu. Kata-katanya selalu menyakitkan. Yah... meskipun Hinata juga tidak jauh berbeda sih.

"Ada apa?" Hidup sebagai putri bangsawan membuat Hinata mengerti masalah sopan santun. Hinata benar-benar menyingkirkan makanannya untuk menaruh atensinya pada Uchiha bungsu ini.

"Kakek Madara ingin bertemu denganmu besok... ssshhh!" terlihat sasuke meringis pelan. Lukanya belum sembuh, malah terlihat masih membengkak.

Apa dia tidak mengompresnya? Tanya hinata dalam hati.

"Madara-san? Untuk apa?"

"Aku juga tidak tahu... Dan lagi, panggil dia kakek! Sekarang kau itu istriku.... Yah, meski aku tidak rela," mendengarnya Hinata memutar mata malas. Uchiha ini selalu berkata hal-hal yang menyakitkan.

Sasuke merasa bersyukur saat Hinata pulang, untung saja! Jika dia hari ini belum pulang... Maka Sasuke tidak akan tau bagaimana ia akan merespon ucapan sang kakek.... Bisa-bisa gagal semua rencananya dengan Sakura.

Hinata hanya mengangguk sebagai respon. Kemudian dia berdiri dan mulai beraktivitas di dapur. Hinata mencuci piring. Kemudian Hinata membuka kulkas dan mengambil sebuah daging.

"Pakai lah..... Daging dingin bisa meredakan memar di wajah," sejak hinata tau bahwa Sasuke memiliki lebam di pipi, dia jadi tak tega.... Hinata yakin jika Sasuke tidak bisa mengobati dirinya sendiri, oleh karena itu Hinata memesan daging dan menaruhnya di kulkas. Ia yakin daging ini bisa meredakan sakit di pipi si Uchiha bungsu.

Jujur sebenarnya Hinata sedikit kasihan dengan Sasuke... Semua ini bukan lah salahnya. Ini semua salah Uzumaki Karin... Lagipula Sasuke itu hanya salah paham. Hinata tidak menyangka jika Mr. Five benar-benar melakukannya..

"Apa yang kau pikirkan Hyuuga?? Mengasihaniku?" Perkataan sasuke cukup menohok. Mengasihani katanya? "Dengar Hyuuga... Aku malas mengulang-ulang perkataanku. Urusi urusan masing=masing. Lagipula aku akan bertemu dengan Sakura nanti.... Dia yang akan mengobatiku! Lagipula luka ini juga gara-gara dirimu! Sshhhhh ah brengsek!" Sasuke berdiri dan menggeser bangku cukup kasar....

Perkataan Sasuke lagi lagi menohok Hinata. Mata Hinata lagi lagi mulai memanas. Ada apa sih dengan Uchiha itu? Hinata hanya berusaha menjadi orang yang sedikit baik. Keh.... Apa yang kau pikirkan??? Itu tidak mungkin kan... Sekalinya jelek maka sampai kapapun kau akan terlihat jelek di matanya.

"Oh iya, Hyuuga........" Kesedihan Hinata terhenti ketika mendengar panggilan Sasuke. "Kau seharusnya berterimakasih karena tamparanku minggu lalu....... Kau tau, sepertinya Naruto mulai tertarik denganmu.... Bahkan kemarin dia menghawatirkan dirimu. Entah itu kasihan atau rasa yang lain.... Yang jelas, selamat sepertinya semua berjalan sesuai keinginanmu." Hinata mendengarnya menjadi terbelalak. Apa katanya??

Jujur saja, perkataan Sasuke membuat dia sedikit berdebar. Tentu saja berdebar karena Naruto. Namun Hinata tak menampik juga jika dia sedikit sedih dengan si Uchiha ini... Apa-apaan dia? Berterimakasih? Yang benar saja... Mana ada orang yang ditampar karena dia membela diri harus berterimakasih. Sudah jelas-jelas disini Sasukelah yang salah paham! Mana permintaan maafnya! Hinata ingin mendengar permintaan maafnya.

Lupakan permintaan maaf. Benarkah Naruto mengkhawatirkannya? Memikirkannya membuat pipi Hinata merona.... Kesedihan yang tadi menguap entah ke mana. Ah, ini ujian yang cukup berat! Hinata itu sedang berusaha merelakan sang pujaan. Jangan-jangan naruto merindukannya? Uhhhhhh, wajah Hinata benar-benar merah sekarang. Memang sih Hinata sudah tidak pernah menghubungi Naruto lagi semenjak dia menikah. Beda dengan dulu saat Hinata masih berstatus sebagai tunangannya.... Hinata setiap hari akan datang ke kantornya hanya untuk memberikan makan siang. Meski Hinata menjadi buah gunjingan di kantor Naruto... Hinata tidak peduli! Asal dia bisa menghabiskan waktu dengan Naruto, maka dia tidak akan merasa dirugikan.

Dan sekarang apa ini? Naruto mengkhawatirkannya? Seumur-umur Naruto tidak pernah khawatir dengannya... Apa Naruto mulai merasa kehilangan? Uhhh, rasa-rasanya Hinata ingin menemui Naruto sekarang ini. Ah, tidak! Hinata masih bisa menjaga sikap. Dia sudah menikah.. Jadi, jika dia memang berjodoh dengan Naruto maka mereka pasti akan dipertemukan.



...



Sakura menatap senang berkas kertas yang di tanda tangani. Ajuannya di setujui oleh atasan. Sakura meminta untuk memundurkan jadwal studi menjadi 4 bulan ke depan. Dan senangnya, pengajuannya disetujui. Semua berjalan lancar.

Hari ini menjadi hari yang cukup menyenangkan untuk Sakura. Tadi siang Naruto menemuinya untuk memperbaiki persahabatan mereka. Dan sore ini, dia dipanggil untuk mendengar kabar gembira jika dia diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi belajarnya di luar negeri dengan tenggang waktu yang dia inginkan.

Semua berjalan lancar. Hanya satu hal yang harus dipastikan. Kisah cintanya dengan Uchiha Sasuke juga harus berjalan lancar. Dia harus memastikan tujuan mereka tercapai sebelum mencapai 4 bulan nanti... Sehingga sakura bisa pergi dari Jepang dengan tenang.

Kehidupan ideal yang Sakura inginkan tinggal selangkah lagi. Benar, setelah Sakura dan Sasuke menikah.... Sakura akan mencarikan jodoh untuk Naruto. Dia harus bahagia. Mereka bertiga harus bahagia!

Tapi...

Hah... Dia diminta untuk pergi ke perusahaan Uchiha besok. Sakura tidak tau jika perusahaannya bekerja sama dengan keluarga besar Uchiha. Sakura takut.... Sakura takut jika besok dia bertemu dengan Fugaku. Ah, semua keluarga Uchiha tidak menyukainya. Bagaimana jika Uchiha yang lain tau jika Sakura bekerja diperusahaan yang berada di bawah naungan Uchiha? Mungkinkah Sakura akan dipecat? Lalu bagaimana dengan tawaran studinya? Apakah akan dibatalkan? Tidak, tidak!

Sakura harus berani.... Dia harus berani ambil resiko, dia tidak akan bisa bersaing dengan Hinata yang tangguh jika dia selalu menjadi yang penakut dan pengalah. Dia juga harus memperlihatkan bagaimana seorang Haruno Sakura. Wanita yang juga pantas untuk disegani... Meskipun Sakura lebih memilih untuk disayangi. Karena menurut Sakura... lebih baik mendapat hormat karena disayang daripada di takuti. Dan Hinata, adalah sosok yang dihormati karena ditakuti.

Yang dia harus lakukan besok adalah berhati-hati. Serahkan berkas ke sekretaris dan kemudian dia pulang dengan tenang. Atau... Sakura meminta tolong pada Sasuke saja? Ah! Tidak boleh... Sakura tidak boleh bergantung. Dia akan mendapatkan semuanya dengan tangannya sendiri.... Semua akan baik baik saja. Benar... Untuk layak bersanding dengan Uchiha, dia harus menjadi wanita yang mandiri.

"Kau bisa melaluinya Sakura.... Kau bisa melaluinya!" Semangatnya untuk dirinya sendiri.



...



Hinata memasuki kantor Uchiha dengan tergesa-gesa. Dirinya merutuki atas keterlambatannya. Ah, ini memalukan! Hinata itu tergolong perempuan yang disiplin.... Ini semua salah si Uchiha brengsek! Yah, meskipun Hinata cukup senang dengan pernyataan jika Naruto menghawatirkannya. Sungguh kebahagiaan Hinata cukup sederhana. Ketika dunia Naruto berpusat padanya.... Hinata tidak akan meminta apapun lagi kepada kami-sama. Oh ayolah Hinata... Dimana komitmenmu untuk melupakan lelaki matahari itu??

Ah, jangan salahkan Hinata. Semua komitmennya luntur seketika! Tentu saja, tidak akan mudah untuk melupakan cinta yang sudah bersemayam bertahun-tahun. Apalagi Hinata mencintai Naruto dengan sangat tidak wajar.... Sangat membabi buta. Tapi jangan samakan Hinata yang sekarang dengan yang dulu, dia tidak akan menunjukan senang hatinya dengan mudah.... Meski dia senang, dia akan mencoba menutupinya seapik mungkin... Hinata yang sekarang akan mengurangi kadar kegilaannya pada Naruto dan bisa menjaga sikap. Hinata tidak mau tersakiti lagi.....

Hinata berlari kecil ketika melihat lift akan ditutup. Kakinya berusaha menahan lift agar terbuka. Ketika lift terbuka... Hinata terbelalak. Kedua mata itu saling beradu.



...



Sakura berjalan dengan hati-hati.... Dia cukup senang ketika tidak mendapati satu batang hidung Uchiha saat dia menyerahkan berkas. Ah untunglah.... Sekarang Sakura harus keluar pelan-pelan. Sakura bimbang harus menaiki lift atau naik tangga saja. Jujur saja Sakura agak takut jika harus naik lift.... Terkadang, di lift selalu terjadi hal-hal tidak di inginkan.... Dan itu membuat Sakura bimbang...... Keluarga Uchiha tidak mungkin menaiki tangga kan? Ah, lebih baik sakura menaiki tangga saja....

Baru saja Sakura akan berbalik ketika dia mendengar suara yang tak asing memanggilnya

"Sakura?"

Eh.... Kedua mata mereka saling beradu.




...




Ametis bertemu Shapire.

"Na-Naruto...kun?" dan Hinata merutuki kebodohannya. Naruto-kun katanya? Kemana Hinata yang berkomitmen untuk memanggilnya dengan Namikazen-san? Ah... Hati bodoh inii...!!!

Naruto melihat Hinata hanya diam membatu. Sementara pintu lift akan tertutup kembali... Naruto segera menekan tombol pembuka pintu. "Kau tidak masuk?"

"Ah.... i-iya." Sosok Hinata yang gagap hanya akan ditemukan ketika dirinya bersama Naruto.

Di lift bersama Naruto? Mimpi apa Hinata semalam??? Ah, benar juga... Semalam hinata tidak bermimpi. Dirinya tidak bisa tidur saking senangnya memikirkan sang pujaan hati mengkhawatirkannya.

Keadaan di dalam lift cukup canggung. Naruto bingung apa dia harus bicara dengan Hinata atau tidak.... Jujur saja, dia juga tidak tau mau berbicara apa. Sudah dua minggu dia dengan Hinata putus komunikasi. Lagipula.... biasanya Hinata akan bicara banyak denganya, ada apa ini? Kenapa Hinata yang sekarang jadi berdiam.... Apa karena ini kantor suaminya? Sehingga dia mencoba menjaga sikap? Atau..... Hinata sudah tidak mencintainya lagi?

Dan tanpa disadari Naruto menghela napas kecewa.

Apa? Kecewa? Naruto kecewa Hinata sudah tidak mencintainya? Naruto segera menggeleng-gelengkan kepala. Enyahlah pemikiran bodoh! Batin Naruto.

Sedangkan Hinata? Ah.... Dia menunduk, dia merasa wajahnya jadi memerah... Dia malu sekali, dan juga.... kata-kata sasuke selalu terngiang-ngiang seperti kaset rusak. 'Kau berhasil.... Naruto menghawatirkanmu,' selalu terulang ulang. Bahkan Naruto tidak keberatan satu lift berdua dengannya....

Hinata pikir Naruto itu malas jika harus berdua dengannya..... Apalagi di lift yang cukup sempit.

'Semoga liftnya rusak!!' pemikiran gila Hinata. Dia ingin menghentikan waktu saja jika dia bisa.

"Apa yang kau lakukan disini Hinata?" Hinata terbelalak ketika mendengar suara Naruto yang bertanya. 'Na-Naruto-kun memulai pembicaraan denganku? Kyaaaaa,' inner Hinata. "Ah, aku lupa jika sekarang kau sudah menjadi bagian Uchiha... Pasti urusan keluarganya." Hah? Apa Naruto-kun cemburu?? Hinata kegirangan sampai tidak menjawab pertanyaan Naruto.

Hinata yang diam membuat Naruto marah. Hinata mengabaikannya lagi..... Dan itu membuat Naruto marah tanpa alasan.

'Aku ini kenapa sih?' batin Naruto.

Sadar akan keheningan, Hinata merutuki dirinya yang tidak segera menjawab pertanyaan Naruto. Baru saja ingin menjawab tiba-tiba pintu lift terbuka. Kenapa tidak rusak sih lift nya??? Ah benar... Wanita seperti Hinata mana akan doanya terkabul!

Hinata mendongkan merutuki siapa yang mengganggu. Dan ketika mendongan ke empat pasang mata saling terbelalak.

Ametis, Obsidian, Shapire dan Zamrud saling bertemu.

Ini adalah pertama kalinya keempat warna mata tersebut saling bertemu.

Hinata bertanya-tanya.... apa yang dilakukan Uchiha dan Haruno di sini? Ah, lupakan Sasuke... Dia kan Uchiha jadi wajar dia ada disini. Tapi Haruno Sakura.... Apa yang dia lakukan disini? Ini tidak wajar! Mereka tidak bodohkan untuk berpacaran di kantor Uchiha? Bisa-bisa permainannya akan berakhir karena keluarga Uchiha yang lain mengetahuinya.

"Kita cari lift yang lain Sakura....." suara Uchiha Sasuke yang pertama kali memecah keheningan.

Sedangkan Hinata... Entah kenapa reflek berjalan keluar. 'Apa yang kau lakukan Hinata Bodoh!!' Jujur Hinata cukup terkejut dengan kondisi ini. 'Ah sudah terlanjur basah.... Aku tidak mungkin masuk lagi kan.'

Naruto dan Sakura sadar dari keterkejutannya setelah mendengar suara Sasuke dan pergerakan Hinata. Naruto buru-buru menekan tombol pembuka pintu. "Masuklah Sakura-chan, Sasuke"

"Apa yang kau lakukan Hyuuga," Sasuke mengabaikan perkataan Naruto. Sasuke bingung.... apa Hinata mengalah? Tidak.... mungkin kan.

"Aku tidak sudi satu lift dengan kalian bertiga.... Aku lebih memilih lewat tangga!" dan Hinata mulai berjalan. Keadaan yang absurd... Hinata belum siap dipertemukan dengan mereka bertiga. Hinata takut akan terjadi drama.

Mendengar Ucapan Hinata, membuat ketiga orang yang lain terbelalak.

Entah mengapa Naruto merasa kesal.

Sedangkan Sasuke terkejut. Padahal Sasuke itu mempersilakan untuk Hinata berduaan dengan Naruto... Yah, meski memang dia yang tidak sudi satu lift dengan Hyuuga sih... Apalagi dia memboyong gadis tercinta. Hinata itu bermulut tajam... dan Sasuke tidak mau jika Sakura tersakiti.

Sedangkan Sakura merasa sedih mendengarnya. Jadi seberapa besar Hinata membencinya? Sakura sangat ingin menjalin hubungan baik dengan Hinata. Dia mengerti perasaan Hinata sebagai perempuan yang cintanya tak pernah sampai... Bahkan, Sakura ingin sekali membantu mempersatukan Hinata dengan Naruto. Tapi sikap Hinata terkadang membuat Sakura bingung..... Hinata seperti membenci dia tanpa alasan. Alasan? Apa karena Naruto menyukainya. Huft, Hinata itu terlalu kekanakan.

"Aku juga lewat tangga saja." Ucapan Naruto membuat Hinata menghentikan langkahnya.

Apa Naruto memilih untuk bersamanya? Apakah Naruto mulai mencintainya

"Terserah." Sasuke menarik tangan Sakura masuk. Dia jengah dengan Hinata. Juga dengan sahabat dobe-nya ini.

Ketika Hinata berpikir jika Naruto keluar karena dirinya. Maka lain halnya dengan Naruto. Sungguh... Naruto sama sekali tidak peduli Hinata mau lewat mana! Dia keluar karena tidak mau mengganggu Sakura dan Sasuke. Naruto sudah berkomitmen untuk menjaga batasannya, terlebih dia dan Sasuke masih dalam keadaan yang buruk. Tentu saja Naruto memilih keluar.

"Masuklah Naruto-kun.... Tidak apa apa." Sakura menekan tombol pembuka lift. "Hn... masuklah dobe." kali ini Sasuke yang berbicara. Keputusan Sakura adalah keputusannya juga.

Mendengar itu membuat Hinata menegang. 'Kumohon jangan masuk Naruto-kun,' inner Hinata.

"Emm...." Naruto bimbang.

Kuku-kuku Hinata berubah putih ketika dia mencengkramnya terlalu kuat. Hatinya mulai berharap. Kumohon....

".....Baiklah" dan Naruto memilih memasuki lift. Mata Hinata menjadi sangat panas. Genggaman tangannya terlepas dengan cepat. Hinata lemas.

Dia baru saja diterbangkan, dan lalu terhempas dengan sangat kasarnya!

Pada akhirnya Hinata kembali lagi ke nol. Ke titik awal.... Dimana dirinya terlalu berharap lebih. Naruto mengkhawatirkannya?...... Pada akhirnya Sakuralah yang menjadi ratu di hati Naruto, juga dengan Sasuke

"Kau bodoh Hyuuga Hinata...... Kau kembali berharap sesuatu yang semu."

Naruto...... Ini menyakitkan.

Dan tanpa sadar satu tetes air keluar dari mata ametis itu.



TBC

GOD Update lagi.... Maaf yang sudah menunggu lama yaaa~

Aku sangat terharu saat kalian menunggu cerita ku huhuhuhu :(

Oh iya Untuk Chapter 8 atau 9 sepertinya akan aku Private.... (Kemungkinan besar Chapter 9)

Loh Kenapa Thor?

emmmm....


Karena itu adalah chapter favoritku (Berlaku juga pada damn heart nantinya). oh tenang saja, hanya satu chapter aja kok... kupikir kalian masih bisa mengerti alur ceritanya meski aku memprivate Chapter 8/9. Karena Chapter yang aku private hanya membahas anqoanjbqchzasavc (rahasia hehehehehe #Plaak!!)

Jangan lupa membaca Ceritaku yang lain yaa, Damn Heart,

Oh, dan cerita baruku yang berjudul Ducky-Doki.

Sedikit Trailer yaa... Ducky-doki itu adalah cerita kesalahpahaman antara 4 cowok (Sasunarugaashika) dan 1 cewek abnormal (Hinata)

terakhir aku mau mengucapkan terimakasih untuk my Friend (Alin) yang udah mau ngerevisi dan memberikan judul untuk chapter ini...

Oke segitu dulu

see you

Warm Regards,

Lavendark [Maaf jika banyak Typo, mengingat besok adalah hari senin]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro