GTB 1: Gadis Sinting

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ansell

JIKA dalam tujuh hari, ada satu hari yang paling buruk. Ansell akan mengakui kalau hari Sabtu merupakan hari terburuknya. Pasalnya, untuk pertama kalinya gaun yang ia desain ditolak oleh klien premium. Salahkan dirinya terlalu memercayakan kepada karyawan baru, yang bahkan tidak mengerti jenis kain sekalipun.

Ansell sampai bingung, kenapa karyawan tidak becus seperti itu bisa diterima di perusahaan ini? Merusak nama baik Black Velvet saja. Apa Ansell perlu membantu tim HR untuk merekrut karyawan potensial? Yang benar saja. Dan salahkan lagi dirinya, yang tidak mengecek langsung sebelum pakaian tersebut dijahit hingga menjadi gaun dengan ekspektasi sempurna.

"Pokoknya gue mau sore ini kainnya udah sampai di bagian produksi!" seru Ansell. Setelah itu ia memutus sambungan telepon, tak lupa dengan gerakan sedikit kasar diiringi dengkusan.

Ansell merebahkan punggungnya ke sandaran kursi lalu mengetuk-ngetuk dahinya dengan kepalan tangan, seolah memikirkan masalah yang datang tidak ada habis-habisnya. Lelaki itu melirik jam tangan di pergelangannya, sebentar lagi sudah waktunya makan siang. Tak lama kemudian, sosok lelaki muncul di balik pintu ketika dirinya kembali menegakkan tubuh.

"Bro!" sapa lelaki dengan postur tubuh tinggi yang hari ini mengenakan setelan hitam. "Kenapa muka lo, kusut banget? Ada masalah?" Melvin mulai mendekat.

"Biasa, anak baru bikin ulah," keluh Ansell yang masih duduk di kursinya. Ansell mengembuskan napas kasar ketika mengingat kembali peristiwa tersebut.

"Jangan galak-galak lah sama anak baru! Nanti cewek-cewek pada kabur," ujar Melvin yang berusaha menghibur Ansell dengan gaya ala dirinya.

"Gue galak aja masih banyak lah cewek yang naksir, Vin." Ansell dengan tingkahnya yang terkadang selalu jemawa.

"Yailah, dia malah narsis!" Ansell melihat Melvin geleng-geleng kepala ketika menanggapinya.

"By the way, mau ngapain lo ke sini?" tanya Ansell tanpa menatap Melvin, karena jemarinya mulai beralih pada ponsel pintarnya.

"Nah 'kan, sampai lupa niat gue datang ke sini," Melvin menepuk pelan dahinya. Kini tangannya mulai meraih apa saja yang ada di meja Ansell. "Kerjaan lo udah beres belum? Makan yuk!" Kali ini tangan Melvin memegang pajangan kaktus di atas meja kerja Ansell.

"Yuk!" sahut Ansell tanpa basa basi.

"Waduh, cepet banget lo kalau urusan makan!" Melvin berubah kaget lalu menaruh kembali pajangan kaktus di tempat asalnya.

"Namanya laper, Vin. Nggak bisa mikir gue kalau lagi laper, bawaannya pengin makan orang." Ansell mulai bangkit dari kursi sembari melipat kemejanya sampai siku.

"Please, Sel. Jangan makan daging gue!" cicit Melvin dengan gaya bicara yang dibuat sedramatis mungkin.

"Apaan sih, Vin. Ya udah yuk! Mau makan di mana kita?" Ansell mengikuti langkah Melvin lalu ke luar dari ruangannya.

"Kampus Krystal."

"Hah ngapain, Vin?" Ansell kaget sampai menghentikan langkah kakinya.

"Kangen sama pacar, Sel," ujarnya menyengir lebar dan langsung dihadiahi cibiran oleh Ansell. Lalu Ansell kembali menyejajarkan langkah kakinya di sebelah Melvin. "Widhy kebetulan lagi ngajar hari ini, nanti gue telepon Aldric dan Keanu biar rame sekalian."

"Ya udah lah," sahut Ansell pasrah. Ansell tidak bisa menghalangi kalau sahabatnya sedang dimabuk cinta. Dari Sabang ke Merauke pun kemungkinan akan Melvin datangi kalau itu demi pacarnya. Namanya juga baru jadian.

Berbeda dengan Melvin yang sudah menemukan tambatan hatinya, Ansell masih mengharapkan cinta seseorang. Gadis cerewet yang sialnya sudah membuat hatinya kalang kabut. Namun sangat disayangkan, gadis itu malah menyukai sahabatnya sendiri.

Berusaha pasrah tapi hati tidak rela. Mau berjuang pun jadi serba salah. Untuk saat ini, Ansell hanya bisa berusaha menjadi teman yang baik untuk gadis itu.

Bisa saja suatu hari nanti semesta akan berteman baik dengannya, hingga gadis yang dicintainya mau memilih Ansell. Mungkin.

Ansell dan Melvin mulai memasuki area kantin sebuah kampus. Dari jarak dua meter ia bisa melihat Keanu dan Aldric yang sedang duduk bersama Krystal --pacar Melvin.

"Hai Cantik!" Ansell melihat Krystal tersenyum sangat manis dan hal itu tentu saja tertular pada sahabatnya, Melvin.

"Hai!" balas Krystal dan Melvin langsung duduk di samping gadisnya.

Menurut Ansell, Melvin sungguh beruntung bisa mendapatkan Krystal. Tidak hanya cantik, gadis itu super baik dan pintar. Yah, meski terlihat jutek di luar. Tapi percayalah, setelah mengenal Krystal mungkin semua orang akan menyukainya termasuk anak-anak Walkman. Dan karena Krystal juga, Ansell bisa berkenalan dengan sosok Diandra --pujaan hatinya.

"Oh iya, ada yang nitip salam buat Ansell," ujar Krystal yang kini beralih menatap Ansell.

"Maksudnya kamu nitip salam buat Ansell, Cantik?" sambar Melvin tidak sabar.

"Ish, Melvin. Aku belum selesai ngomong. Maksudku itu, temenku nitip salam buat Ansell. Katanya dia nge-fans sama Amsell," Ansell melihat Krystal menatap ke arahnya dan Melvin secara bergantian.

"Siapa, Krys?" Ansell juga ingin tahu siapa gadis yang sudah mengaguminya itu.

"Iya siapa, Cantik? Siapa cewek yang udah berhasil masuk jalanya si Ansell?" tanya Melvin dengan segala keingintahuannya.

"Jala? Lo kira gue mau nangkep ikan?" Ansell tentu saja tidak terima dengan ujaran Melvin, dan tanpa pikir panjang lagi Ansell menoyor kepala sahabatnya hingga membuat Melvin sedikit tersungkur ke belakang. Kemudian Ansell beralih menatap Krystal, mengabaikan Melvin yang sedang misuh-misuh.

"Namanya Viona, inget nggak? Dia yang datang sama aku waktu acara tunangannya Kak Richard sama Bella kemarin."

"Oh, cewek yang itu," Ansell mulai mengingat sosok Viona. Ansell ingat saat itu Krystal mengenalkannya kepada Viona. Dan di pertemuan pertama itu Ansell cukup risi. Ansell merasa kurang cocok dengan gadis bernama Viona. Pasalnya, Viona termasuk gadis agresif dari semua gadis yang pernah dikenalnya.

"Pada mau makan apaan nih?" tanya Keanu menginterupsi, dan hal itu membuyarkan lamunan Ansell yang sempat terbang ke dimensi lain.

Ansell memutuskan untuk duduk di sisi Keanu, kemudian memilih menu makan siangnya.

Selang beberapa waktu kemudian, seorang gadis berambut pendek dengan gaya boyish menghampiri Krystal. Ansell tahu gadis ini adalah sosok yang dibicarakan Krystal tadi.

Ansell memutuskan untuk pura-pura tidak melihat kehadiran gadis itu, masalahnya dunia Ansell seolah jungkir balik sejak adanya gadis bernama Viona. Namun harapan Ansell kandas. Viona terlihat berseri-seri, kini Ansell pasrah namun tetap siaga.

"My Baby Ansell, ternyata lo di sini juga. Ih kebetulan banget ya. Kayaknya doa gue dikabulin sama Tuhan deh. Barusan banget ya, gue berdoa supaya dipertemukan sama pujaan hati gue. Eh, pas ke sini ketemu sama lo." Ansell meringis di tempat duduknya. Katakanlah ia sering melempar kata-kata gombal pada beberapa gadis, tapi entah kenapa rasanya aneh ketika dirinya yang dilemparkan kata-kata gombal seperti itu? "Lo udah makan?" tanya Viona ketika menyadari Ansell masih membisu.

"Belum," Ansell melirik Viona sekilas.

"Nah pas banget, gue juga belum makan. Memang kayaknya kita jodoh ya, banyak banget kesamaan soalnya. Sampai jadwal makan siang aja sama."

Ansell mengumpat dalam hati. Wajar saja mereka belum makan siang, toh ini memang jadwalnya semua orang untuk makan siang. Lalu, kalau Gal Gadot belum makan siang juga, itu artinya Ansell juga berjodoh dengannya? Yang benar saja. Dan lagi, tadi Viona bilang kalau mereka berdua mempunyai banyak kesamaan. Banyak kesamaan dari Hongkong.

Dasar, gadis sinting!

Oh iya, ini setting-nya waktu Viona dan Krystal masih kuliah ya. I don't know why, rasanya masih pengin mereka kuliah gitu hahaha

Btw, masih inget adegan Dhisti nunggu Viona di kantin? banyak woy! haha
Itu lho, yang Dhisti mandang Krystal dan anak-anak Walkman sebagai Shancai dan F4. Nah, ini lho kejadiannya.

So, stay tuned.
19 April 2020

Follow IG @Sulizlovable

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro