Keping 16

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Zai berdiri di depan cermin, ia menatap pantulan dirinya. Jaket dongker khas universitasnya sudah ia kenakan. Tidak lupa kacamata bulatnya juga sudah terpasang. Zai meraih tas selempang dan menyampirkannya ke bahu. Hari ini ia akan pergi bersama Hana. Zai merasa gugup karena ia sama sekali tidak ingat wajah Hana.

Zai mulai berkeringat. Matanya memandang sekeliling. Ia berada di tengah-tengah kerumunan manusia yang siap mengantre untuk masuk ke stadion. Kepala Zai juga mulai pusing karena ia tidak mengenali orang-orang yang ada di sekitarnya. Ponsel Zai berbunyi ketika ia berusaha mencari tempat yang lebih teduh untuk bernaung.

"Lo di mana, Zaivan?"

Zai menghela napas lega. Ia benar-benar senang mendengar suara Hana.

"Gue di bawah pohon palem dekat pintu masuk timur." Zai menatap langit. Ia bersyukur karena cuacanya sangat cerah.

"Tunggu di situ. Jangan ke mana-mana."

Suara teriakan dari ponselnya membuat Zai tersenyum geli. "Iya, gue nggak ke mana-mana."

Tidak lama setelah itu, seorang gadis dengan kaus kuning datang menghampirinya. Gadis itu melambai dan memanggil nama Zai. Begitu mendengar suara serak gadis itu, Zai tersenyum dan ikut melambaikan tangan.

Untuk pertama kalinya Zai datang ke pertandingan sepak bola yang diadakan di lapangan kampus. Kampus mereka memang terkenal sebagai pusat olahraga yang sering digunakan untuk ajang bergengsi. Zai mengikuti Hana yang terus berjalan mencari bangku mereka.

Setelah menemukan bangku, Hana sibuk menyapa orang-orang yang ia kenal. Begitu pemain memasuki lapangan, mata Zai terus memandang ke arah bangku cadangan tim Jatayu, tetapi ia tidak menemukan Pattar di sana.

"Pattar nggak ada di bangku cadangan." Zai berbisik pada Hana yang tengah sibuk berbincang dengan seseorang di sampingnya.

"Masa? Katanya dia tanding kok hari ini." Hana langsung sibuk mencari keberadaan Pattar yang tidak kunjung ia temukan di bangku pemain cadangan.

"Pattar ada di lapangan. Bukan di bangku pemain cadangan. Lihat nomor punggung 26." Hana bangkit dari duduknya dan menunjuk seseorang yang rambutnya terikat setengah.

"Iya, gue lihat." Zai tersenyum karena ia bisa mengenali Pattar dari gaya rambutnya.

Pattar memaksa Zai dan Hana agar bisa hadir untuk menontonnya hari ini. Ternyata hari ini, untuk pertama kalinya ia akan menjadi pemain inti. Pattar mendapat kesempatan terhormat untuk menjadi penyerang dalam timnya. 

Babak pertama berakhir dengan skor seri. Zai merasakan perasaan gugup yang belum pernah ia rasakan sebelumnya ketika Pattar berkali-kali hampir mencetak gol. Tepat pada menit-menit terakhir, Pattar berhasil mencetak gol. Zai refleks melonjak dari duduknya dan ikut bersorak. Untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasakan kesenangan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.

Pertandingan berakhir dengan kemenangan yang dipegang oleh tim Jatayu. Zai dan Hana menghampiri Pattar yang masih duduk di pinggir lapangan.

"Keren banget lo." Hana menyodorkan botol minuman isotonik pada Pattar.

"Gue akhirnya percaya kalau dulu lo adalah pemain andalan waktu SMA." Zai menepuk pundak sahabatnya.

"Oh, iya. Minuman itu dari Abang lo." Hana menyampaikan pesannya dengan senyum yang sangat lebar.

Pattar yang tengah menenggak minuman itu terbatuk hingga matanya berair. Zai sibuk menepuk punggung Pattar, sedangkan Hana malah tertawa. Zai sudah mulai terbiasa oleh tingkah Pattar dan Hana.

***

Zai sengaja pamit lebih dahulu karena Pattar pasti akan mengantar Hana pulang. Ia menghindari keributan yang mungkin bisa terjadi kalau Pattar mencari alasan agar tidak mengantar Hana pulang. Zai berjalan cepat meninggalkan lapangan. Akibat dari langkahnya yang terburu-buru, ia menabrak seseorang yang tengah berjalan sambil memegang ponsel.

"Kalau jalan lihat-lihat dong! Percuma mata sudah empat." Laki-laki itu berbicara setelah menjauhan ponsel dari telinganya.

Zai terdiam karena ia mengenali suara itu. Zai menundukkan kepalanya dan berusaha menutupi wajahnya dengan rambut yang jatuh di keningnya.

"Tunggu, lo kelihatan mirip sama seseorang." Laki-laki itu memasukkan ponselnya ke dalam saku dan mendekatkan tubuhnya ke arah Zai.

Menyadari posisinya tengah terancam, Zai segera berlari dari tempatnya. Ia mengenali laki-laki tadi. Laki-laki itu adalah Jeffry Narendra, sahabat sekaligus sepupunya.

Zai berlari hingga dadanya terasa sesak. Ia berhenti di sebuah gang yang terbentuk di antara dua fakultas, kemudian ia duduk di bawah pohon. Sebenarnya ia sangat merindukan Jeff dan canda yang sering dilontarkannya. Sudah satu tahun sejak terakhir kali mereka bertemu. Ia menghindari Jeff agar usahanya tidak sia-sia. Identitasnya sebagai anggota keluarga Arkanayaka harus ditutupi.

Zai harus menghindari orang-orang yang berpotensi akan mengungkapkan fakta kalau ia adalah seorang Arkanayaka. Meskipun kini ia sudah menyatakan bukan lagi bagian dari Arkanayaka, tetapi kemungkinan rahasianya terbongkar akan lebih besar kalau ia masih berhubungan dengan seseorang dari Arkanayaka.

Zai masih berusaha mengatur napasnya yang terengah ketika suara mengeong terdengar di dekatnya. Ia mencari-cari asal suara itu dan mendapati seekor kucing tengah mengeong tepat di belakangnya. Zai tersenyum kemudian membuka tasnya dan mengeluarkan plastik kecil dari sana.

"Kamu pasti lapar ya?" Tangan Zai terulur menyentuh kucing yang tengah menikmati makanan yang ia berikan.

"Makan yang banyak ya, lain kali kita ketemu lagi." Zai beranjak setelah puas menonton kucing liar itu makan.

Pertemuan Zai dengan kucing tadi memperbaiki suasana hatinya yang sempat kacau karena harus menghindari Jeff. Ia jadi teringat dengan kucing yang dulu pernah ia lihat di sekolah. Warna kedua kucing itu kelihatan mirip. Zai jadi tersenyum karenanya.

Tidak sia-sia ia selalu membawa makanan kucing di tasnya. Bertemu dengan kucing-kucing liar selalu bisa membuatnya merasa senang. Langkah Zai terhenti ketika ia melihat sebuah mobil mewah terparkir di depan indekosnya. Dengan ragu-ragu, Zai melangkah masuk.

"Apa kabar, Zaivan?" Pria dengan pakaian santai berdiri di depan pintu masuk.

Zai sempat berhenti sebentar kemudian senyumnya mengembang. Ia bergegas menghampiri pria itu.

"Lo bikin gue jantungan, Bang. Mobil baru lo?"

"Maaf, saya lupa mengabari. Itu mobil hasil kerja keras saya selama setahun." Tama tersenyum setelah mengangkat dagunya.

"Sombong. Kerja di mana lo, Bang?"

"Untuk itu saya nggak bisa cerita." Tama malah memberi senyuman pada Zai yang kini tengah penasaran.

***

Jika menyebut duo di jurusan teknik mesin, maka seluruh mahasiswa akan teringat pada Zai dan Pattar. Mereka belum lama bersahabat, tapi jika melihat mereka bersama, orang-orang tidak akan percaya kalau mereka baru bertemu satu tahun lalu.

Tidak seperti kebanyakan laki-laki pada umumnya yang memiliki kelompok tertentu dalam hal berbeda, kedua orang itu bisa cocok dalam segala hal. Meskipun begitu, mereka tetap memiliki teman-teman lainnya di kampus. Mereka sama-sama suka membuat benda baru.

Awalnya Zai hanya menceritakan keinginannya untuk membuat miniatur mesin-mesin yang ia rancang dan kebetulan Pattar sangat tertarik. Setelah tiga bulan mempersiapkan rencana, akhirnya mereka memutuskan untuk menyewa satu kamar lain yang ada di bangunan yang mereka tempati.

"Gue mau namain ruangan ini bengkel." Zai berbicara dengan wajah serius ketika mereka baru selesai merapikan ruangan itu.

"Ganti nama lain. Masih banyak nama yang lebih keren." Pattar mengajukan protes setelah merebahkan tubuhnya di lantai.

"Ganti jadi apa?" Zai melipat kedua tangannya di dada.

"Gue sih belum punya ide, nanti gue coba tanya Hana deh." Pattar tersenyum sambil menggaruk tengkuknya.

"Hana sudah setuju sama nama itu." Zai tersenyum ketika menyadari Pattar tengah menatapnya sengit.

Ruangan yang disebut bengkel itu terlihat sama seperti kamar Zai, tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Mereka hanya menambahkan satu meja besar dan sebuah lemari yang berisikan alat-alat yang dibutuhkan untuk percobaan mereka. Setelah satu bulan berlalu mereka menambahkan sebuah kulkas kecil di sudut bengkel.

Terima kasih sudah membaca.

ODOC WH BATCH 4 Day 16

13 Oktober 2020 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro