Part 10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Saya terima nikah dan kawinnya Lily putri Ansahi binti Rizki Anshari dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana saksi, sah?"

"Sah!"

Hari demi hari, bulan demi bulan telah berganti. Hari ini, adalah hari pernikahan Raffa dan juga Lily berlangsung.

Setelah seluruh tamu dan saksi mengaminkan doa penghulu, Raffa langsung melantunkan surah Ar-Rahman yang ia hafalkan susah payah beberapa bulan terakhir ini. Namun, cowok itu terlihat lancar tanpa gugup.

Dan syukurlah, semuanya berjalan begitu lancar tanpa kesalahan.

Ini sengaja ia siapkan untuk Lily. Seperti janjinya saat itu, ia tidak bercanda soal itu. Walupun memang betul kala itu dirinya baru hafal beberapa ayat saja.

Setelah Raffa selesai melantunkan surat Ar-rahman, tatapan mereka langsung beralih pada sosok mempelai wanita yang berjalan ke arah Raffa ditemani oleh Ibunya dan juga Deva.

Raffa tak kuasa menahan senyumnya.
Dia memakai baju putih, memakai hijab, dan make up khas pengantin yang membuat gadis itu terlihat pangling di penglihatan Raffa.

Lily duduk di samping Raffa. Mata gadis itu terlihat merah, Raffa yakin dia menangis, entah karena bahagia, haru, atau apa. Raffa tidak tahu.

"Mempelai wanita, silahkan menyematkan cincin pada mempelai pria. Begitupun sebaliknya."

Lily langsung mengambil satu cincin di dan menyematkannya di jari Raffa. Kemudian, gadis itu mencium punggung tangan Raffa.

Kini giliran Raffa. Pria itu menyematkan cincin di jari manis isterinya dan tersenyum menatap gadis itu. "I love you, Ly," bisik Raffa yang hanya di dengar oleh Lily, kemudian ia mendaratkan bibirnya di kening gadis itu.

Sungguh, Lily begitu Cantik mengenakan hijab. Terlihat dewasa, anggun, dan juga membuat Raffa tak mampu mengalihkan pandangannya pada apapun selain Lily.

Bukan berlebihan, tapi memang begitu nyatanya.

Suara riuh tepuk tangan terdengar jelas di telinganya. Raffa beranjak, cowok itu langsung melompat memeluk Bintang dan juga Boby secara bersamaan.

Sedangkan Lily, ia tengah tersenyum di pelukan Ibunya.

"Akhirnya gue nikah!" Raffa masih melompat dengan rusuh di pelukan Boby dan Bintang.

Bintang mendengkus kesal. "Iya udah gak usah berlebihan."

"Yaelah!"

Ngomong-ngomong soal Bintang, ada kabar baik mengenai hubungannya dengan Deva. Kabarnya, Deva tengah mengandung anak Bintang sekarang.

Usianya masih 5 minggu. Tapi Raffa ikut senang mendengar itu.

Raffa melirik ke arah Boby. Cowok itu memasang wajah songong ke arahnya, "Gue udah nikah dong. Lo kapan?"

"Bacot." Boby membuang arah pandangnya, kesal.

Umurnya padahal sudah cukup buat menikah. Pendapatan Boby walau tidak menentu, tapi dia sudah menyiapkan tabungan masa depan untuknya dan si calon isteri.

Namun sayangnya, Riffa belum siap. Katanya, dia masih terlalu muda. Padahal, Boby tidak akan melarang gadis itu mengejar impiannya.

***

Raffa saat ini tengah duduk di kursi pelaminan bersama Lily dan juga Raja. Setelah menyalimi semua tamu, mereka akhirnya bisa duduk dengan tenang di sana.

Fatur, Dena, Ivi, dan juga Rizki malah sibuk makan di kursi tamu bersama yang lain.

Memang benar-benar, mereka.

"Aku udah bilang belum, sih? Kamu cantik banget," ucap Raffa saat mata mereka tak sengaja saling tatap.

Lily tertawa. Gadis itu mengangguk, "Makasih, aku tiap hari juga cantik, kok."

"Iya, Tante Lily tiap hari juga cantik. Papanya aja yang rabun."

Raffa mendengkus kesal mendengar jawaban Raja. Kalau saja Raja anak orang lain, sudah Raffa lempar ke orang tuanya.

Menganggu momen romantis saja.

"Udah Papa bilang, Raja. Panggil Tante Lily Mama," jawab Raffa kesal.

"Iya, Mama. Emang boleh Raja panggil Mama? Takutnya kan gak boleh, lagian yang nyuruh cuman Papa doang, Tante Lilynya enggak," ucap Raja menekuk bibirnya ke bawah.

Lily tersenyum. Tangannya mengusap lembut puncak kepala Raja, "Boleh, dong. Raja kan sekarang anak Mama."

"Jadi sekarang Raja punya Mama lagi?" Binar senang ditunjukan jelas oleh Raja.

"Iya. Raja punya Mama. Jadi nanti kalau Raja mau apa-apa, bisa minta sama Mama."

Raja tersenyum senang. Ia langsung memeluk Lily dengan sangat erat. "Raja punya Mama. Raja punya Papa, tapi Raja gak punya Adik."

Lily sontak langsung menatap ke arah Raffa yang malah terlihat santai. Gadis itu menelan salivanya susah payah. "N-nanti Raja punya Adik, kok."

***

Pesta berakhir tepat jam 5 sore. Kini, tepatnya jam 8 malam, Raffa tengah menggosok rambutnya menggunakan handuk kecil.

Dia baru saja selesai mandi. Dan besok malam, akan disambung acara makan malam keluarga besar.

Raffa beranjak, cowok itu menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum melihat dirinya yang sudah nampak lebih segar.

Malam pertama pernikahan mereka, Raffa langsung membawa Lily pulang ke rumahnya.

Kini, Di kamar mandi milik Raffa, Lily masih membersihkan dirinya.

Raffa memilih membaringkan tubuhnya di kasur. Matanya menatap langit-langit kamar. "Angan-angan gue buat nikah sama Lily, akhirnya tercapai." Raffa tertawa pelan.

Tak lama, Lily keluar dari dalam kamar mandi. Gadis itu mengenakan baju tidur. Wajahnya juga sudah terlihat segar.

"Capek banget, astaga." Lily langsung merebahkan tubuhnya di samping Raffa.

Lily benar. Raffa juga sama, ia merasa tubuhnya begitu lelah hari ini.

Raffa langsung memeluk gadis itu seperti guling. Tangannya melingkar di perut, sedangkan kakinya mengunci pergerakan Lily. "Ngantuk," ucap Raffa pelan.

"Engap, Raffa!" Lily berontak kesal.

Raffa terkekeh geli. Cowok itu melayangkan satu kecupan pada pipi isterinya. "Yaudah-yaudah."

Akhirnya, Raffa menurunkan kakinya dan memilih memeluk Lily biasa saja.

Wajahnya sengaja Raffa sembunyikan pada leher gadis itu. Bibirnya sesekali mengecup di sana. "Tidur, Ly," kata Raffa.

"Geli, Raffa! Apaan, sih?" Lily mendorong wajah cowok itu dengan kesal.

"Aku cuman pengen peluk kamu doang loh, Ly." Raffa mendongak dan mendengkus kesal.

Lily berdecak, "Gak usah cium-cium juga!"

"Iya, enggak." Raffa kembali memeluk Lily.

Tangan Lily terulur mengusap rambut Raffa dengan lembut. Ia menatap langit-langit kamar. "Raf," panggil Lily.

"Hm."

"Emang, kamu gak mau?"

Raffa mendongak menatap Lily, alisnya berkerut samar. "Gak mau … apa?"

"Itu loh, kata Papa … kalau pengantin baru kan …." Lily diam. Tak melanjutkan ucapannya.

Raffa mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap. Wajahnya menatap Lily yang juga menatapnya. "Emang kamu mau?" tanya Raffa.

"E-eh, bukan …"

Raffa mengusap rambut Lily dengan lembut. Cowok itu tersenyum, "Aku tahu hari ini kamu capek, kita seharian berdiri. Aku gak mau kamu makin capek, Ly. Tapi kalau kamu mau, ya aku mah gak nolak."

Wajah lily memerah. Mengapa ini kesannya jadi Lily yang napsuan? Gadis itu sontak saja membalikkan badan dan memilih tidur dengan posisi miring membelakangi Raffa.

Raffa mengerutkan alisnya heran. "Ly? Kamu marah? Aku salah ngomong?" Raffa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Cowok itu langsung duduk bersila menatap punggung Lily. "Masa malam pertama udah punggung-punggungan, sih?"

"Lily, kamu mau banget, ya?"

"Raffa! Bukan itu! Aku cuman nanya. Gak usah diperpanjang." Lily membalas ucapan Raffa dengan ketus.

Raffa memilih diam. Cowok itu memilih tidur dengan posisi miring. Tangannya memeluk gadis itu dari arah belakang.

Raffa mengecup pipi sampai leher gadis itu dengan kecupan-kecupan ringan. "Serius, akunya dibelakangin, hm?" bisik Raffa.

"Raf—" Napas Lily tercekat tat kala tangan Raffa menyusup masuk ke dalam kausnya.

Tangannya mengusap lembut sekitaran perut Lily bersamaan dengan napas yang terdengar begitu teratur di telinganya.

"Tidur, Ly."

TBC

Double up yekann??

Gimana-Gimana? Kesan ssetelah baca part ini?

Deva Bintang otw punya anak, nihh

Ada yang ingin disampaikan untuk Raffa

Lily

Bintang

Boby

See you!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro