XXX [END]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Untuk lebih mempererat tali silaturahim yang selama ini telah kita bina, kami mengundang teman juga sahabat sekalian pada acara REUNIAN SMAN CAPELLA ANGKATAN 11. Pendaftaran telah dibuka dan akan dilaksanakan pada Minggu, 30 Desember 2019.

Kaget, itulah yang Gia rasakan. Ia tidak menyangka waktu berjalan begitu cepat sampai tak terasa jika hari ini sekolahnya mengadakan reuni dan ia akan bertemu dengan Gilang, cowok yang selalu singgah di hatinya.

"Maaf, Bu Manajer Gia. Bagaimana dengan CV saya ajukan apakah sudah lengkap?"

Lamunan Gia buyar mendengar pertanyaan calon karyawan yang sedang ia interview. Wanita ini sungguh mengganggu angan-angannya, ia jadi ingin cepat-cepat pergi ke sekolah.

"Iya, saya sudah membaca semua CV dan nilai akademis anda. Karena Anda sudah dipromosikan oleh pihak kampus Anda, jadi interview sudah tidak dibutuhkan lagi."

"Berarti saya sudah diterima, Bu?"

"Benar, besok Anda sudah mulai bekerja sebagai sekretaris."

"Baik, Bu. Saya siap dengan posisi itu. Terima kasih." Wanita itu mengangguk antusias saat menerima amplop cokelat dari Gia yang berisi kartu pass dan surat yang menyatakan bahwa dirinya adalah pegawai baru di perusahaan itu.

"Baik, karena urusan selesai silakan keluar dari ruangan saya karena habis ini saya mau makan siang."

"Baik, Bu."

Ia kembali mengecek informasi reuni di ponselnya yang sempat tertunda, tentu saja informasi itu ia dapatkan dari Vanila.

Vanila : Gi, gue udah di luar, gercep.

Kelamaan mikir ikut reuni atau tidak, membuatnya jadi tak fokus sampai-sampai Vanila sudah berada di depan perusahaan.

Gia : OTW.

Ia segera keluar dari ruangan, berjalan ke arah pintu lift, lalu masuk ke dalamnya. Suasana hening dalam lift membuatnya semakin mengingat kembali kenangannya dengan Gilang. Tak pernah sedikitpun ia lupa senyum manis cowok itu apalagi saat dia mulai bernyanyi dengan merdu.

Pintu lift terbuka. Ternyata ia sudah berada di lobby. Ia pun keluar dari lift sambil membalas senyum karyawan yang melintas di depannya.

"Hi, Gia. Cie makin cantik aja lo, udah sukses nih sekarang," sapa Vanila begitu Gia duduk masuk dalam mobilnya.

"Alhamdulillah, motivasi gue kan dari Gilang."

"Oh, jangan bilang lo reuni cuma buat ketemu dia."

"Ya iyalah, ngapain gue ketemu dedemit yang suka ngatain gue baperan sama bucin. Idih banget."

Vanila tertawa renyah. "Kejam sih, tapi syukurlah lo masih belum berubah."

"Lah, lo kira gue power rangers?"

"Baking powder sih lebih tepatnya."

"Yeee, mentang-mentang udah jadi koki ngomongin makanan mulu. Pulang nanti masak di rumah gue ya, lagi males nih."

"Slow, asal ada bahan dan upahnya."

"Iya, tiggal sebut aja berapa."

•••

Gia berdecak kagum, mengamati gerbang sekolah digital yang kini menjulang tinggi dengan kata 'selamat datang masyarakat SMA Capella' di depannya. Jika dulu ia tinggal berjalan masuk tanpa takut dihadang satpam, sekarang siswa baru harus menggunakan finger print untuk mengabsen. Pasti mereka kapok karena dimakan aturan ketat. Sudah setara SMA Unggulan saja.

"Yuk, Gi cek kelas kita dulu."

Vanila menggandeng tangannya, membawanya ke kelas 10 IPS 2. Dulu, hanya ada kipas angin reyot yang bahkan sudah rusak, kini berganti menjadi dua AC, meja dan bangku rangka besi, bahkan pohon yang menambah kesan gelap pun dibabat. Ia duduk di bangku pojok belakang, biasanya ada Gilang yang selalu tidur di sampingnya. Kangen, hanya itu yang terlintas di hatinya.

Semoga lo dateng ke reuni, Lang.

"Ke stan yuk, Gi. Pengen ngemil gue acaranya juga belum mulai."

"Ya udah, yuk." Sekarang mereka berjalan ke lapangan di mana ada panggung besar dan berbagai stan penjual makanan.

"Cari apa, Dek?" Suara yang tidak asing menembus ke telinganya, ia menoleh dan tersentak kaget.

"Lah, Kak Kevin kok di sini?"

"Syukurlah, lo masih inget. Gue ke sini kan mau ketemu lo. Cie yang udah jadi manajer personalia, lo cantik pake jas gini."

"Makasih, emang lo sekarang kerja apa, Kak?"

"Yah, cuma jadi influencer."

"Oh, bersyukur kali, Kak. Udah dapet kerja."

"Perusahaan lo pasti lagi butuh influencer, gimana kalau kita kerja bareng?"

"Lo masih belum berubah ya, Kak. Kalau mau kerja sama, tolong etikanya dijaga berhadapan dengan atasan."

"Ayo, Gi kita ambil kursi keburu diisi orang." Ia dan Vanila pun pergi meninggalkan Kevin sendiri.

"Duluan, Kak."

"Junior sekarang udah membangkang," gerutu Kevin.

"Katanya band yang bakal dateng dari kelas kita loh," ucap Vanila di sela acara.

"Oh ya?"

"Iya, udah terkenal sampe ke dunia. Sekali manggung bisa langsung beli apartement, cover aja dapet mobil satu dia."

"Wih, emang siapa sih? Perasaan dulu di kelas gak ada yang doyan nyanyi."

"Jangan banyak cincong entar lo tau sendiri."

Senja sudah menampakkan diri, lampu-lampu orange mulai dinyalakan bersama riuhnya para tertawaan murid angkatan 11.

Semua orang tampak menoleh, mendengar hebohnya mobil yang datang dari arah belakang. Ada yang membawa gitar, keyboard, dan lima bodyguard berkemeja hitam yang berjalan mengiringi seorang cowok berjaket kulit. Bukankah itu jaket kulit yang Gilang berikan sewaktu ia ulang tahun?

"Mari kita sambut salah satu vokalis band yang membawa nama baik SMA kita. Gilang Adalson!" ucap MC pengisi acara.

"Gilang!" Sungguh ia tak percaya jika Gilang-lah artis terkenal itu.

"Welcome to the memory, sweety," bisik Vanila, jadi dia juga sudah tahu?

"Gue mau nge-cover lagu dari Charlie Puth judulnya L.U.V. Ini buat orang yang gue sayang, semoga dia hadir di sini."

"Stole my heart and I fell for you
Always knew I'd come back for you
Time with you is not wasted time

Hurry for confection
Waiting for perfection
What I got to do to make you mine?

Oh woah
Something about your hope
It’s making me want to know
How far I can take it

Oh woah
Don’t want to take it slow
Just give it another go and
We can...."

Suara lo makin cakep, Lang.

"Terima kasih atas penampilannya, nah mumpung di acara reuni nih, ada gak yang mau lo sampein," lanjut MC.

"Sebelum gue pamit, boleh gue sebut satu nama buat maju ke depan?"

Jantung Gia berdetak seribu kali, mungkinkah namanya yang di sebut, jika benar apa yang harus ia lakukan setelah lama berpisah?

"Wah, siapa yang mampu membuat seorang Gilang Adalson ini jatuh cinta. Coba sebut namanya."

"Gia Archila."

"Nah, dari pada penasaran siapa orangnya. Langsung aja kita panggilkan Gia Archila. Kepada sang pemilik nama dimohon untuk maju ke depan."

"Gi, maju!" sentak Vanila.

"Ih, gue malu!"

"Entar nyesel loh! Gue gak mau lo mewek udah tua gini!"

Gia mendadak salah tingkah, mau tak mau ia berjalan maju ke depan, beberapa kali tubuhnya hampir tersandung padahal tak ada apapun yang menghalangi jalannya. Tuhan, jangan bikin malu gue.

"Wah seorang manajer personalia ternyata. Gue kenal nih." MC tersebut lalu memberikan mic untuknya. "Waktu dan tempat dipersilakan, Bos."

"Em, Hi."

"Hi," jawab Gilang.

Semua orang sontak tertawa, entah kenapa rasanya canggung menatap mata hazel milik Gilang. Senyum cowok itu semakin menawan, tubuhnya gagah bahkan tampak lebih segar dari saat sekolah dulu.

"Gue gak tau mau ngomong apa." Sumpah ia gugup setengah mati melebihi saat diangkat menjadi manajer di perusahaan.

"Delapan tahun kita gak ketemu. Lo masih sama, tetep manis."

Gia terkekeh. "Lo juga dari dulu udah ganteng."

"Gi, lo masih inget waktu di pantai, lo ngasih apa?"

"Batu cinta?"

"Bukan."

"Lalu?"

"Kebahagiaan yang sampai sekarang masih gue rasain."

"Asik!" ucap penonton, riuh menanggapi ucapan Gilang.

"Gue juga bahagia bisa ketemu lo, Lang. Gue pikir lo udah lupa sama gue."

"Gimana gue bisa lupa kalau setiap manggung, muka lo yang selalu muncul."

"Ma-masa sih?"

Gilang melangkah mendekatinya, membuat Gia diam mematung karena gugup. Gilang lalu meraih sebelah tangannya dan mencium punggung tangannya dengan lembut.

"Gi...."

"Ya?"

"Gue bukan lagi mau interview ya."

Seluruh penonton tampak tertawa, ah Gia jadi malu. Ia yakin pasti Vanila yang paling keras tertawa.

"Udah bisa humoris lo?"

"Terima kasih berkat kesabaran lo ngadepin gue, sekarang gue bisa bangkit dan dikelilingi oleh orang yang menyayangi gue. Lo inspirasi bagi gue."

Gia tersenyum senang. "Gue juga mau berterima kasih, berkat lo gue bisa belajar psikologi, lulus dari universitas indonesia, dan sekarang bekerja di perusahaan bergengsi. Lo justru jadi inspirasi gue."

Gilang lagi-lagi tersenyum sangat manis, oh tidak. Bisa-bisa ia diabetes dibuatnya.

"Gi--"

"Lang--" ucap mereka bersamaan.

"Lo duluan," kata Gilang mengalah.

"Sebenernya, udah lama gue mau tanya ini ke lo. Tapi tolong dijawab dengan jujur."

"Apa?"

Jantung Gia berdetak semakin cepat, jika pertanyaan ini tidak ia ajukan maka penyesalan yang akan terus menghantui hidupnya.

"Apa lo udah menikah?"

Gilang diam sejenak. "Gue nunggu cewek yang dulu sebangku dengan gue."

-----
Akhirnya selesai juga ODOC-ku Horay!!!!

Gimana guys udah ending nih, kasih kesan dan pesannya dong. Biar author tambah semangat hehe :)

Masih mau lanjut gak ceritanya mau extra part, spin off, atau squel namanya. Hehehe.. komen aja nanti aku jawab kok.

Makasih buat vote dan komen kalian. Love you.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro