Chapter 32

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Between Us, A Crazy Twin]
==========

Khusus buat chap ini, titisan oppa Jo In Soong bakal show up agak lama. Tema-nya kekacauan oleh dua kampret 😂

***


Hani's POV
23.30, at a supermarket.

"Dorong!!!", suara dua orang pria berteriak semangat seraya mendorong sebuah troli bermuatan manusia di dalamnya.

Tebak, siapa manusia tak berdosa yang menjadi objek mainan si kembar titisan Jo In Sung ini?

Me! Gue! Lupa apa mereka, gue ini pangkatnya kakak.

Baru saja kakiku melangkah menarik sebuah troli, Noel langsung menggendongku ala bridal dan memasukanku paksa ke dalam sebuah troli. Dan sialnya, dua sampah itu lah yang mengeluarkan tenaga kuda mereka untuk mendorong benda sialan ini dengan kecepatan rollcoaster.

"Ray! Noel! Elo berdua gila tahu ngak. Untungnya gak rame rame amat kan di sini. Kalau enggak kita sudah jadi tontonan publik gara gara tingkah childish kalian berdua", aku melototi dua adik kembarku yang kini terduduk lunglay karena kehabisan nafas.

Rasain tuh!

"Makanya kami ajak lo ke sini jam tengah malam kayak sekarang. Kalau ada yang iseng, kebayang gak lo kita bakal terkenal di dunia maya kalau sampai ada yang masukin kita ke live storynya di IG", Ray tersenyum nakal ke arah ku.

Noel pun tampak menemukan energinya kembali, "Yang jelas. Kerja kita bakal rangkap. Lumayan, siapa tau ada yang minat jadiin kita disk jokey dadakan. Terkenal pula tuh."

"Terkenal, mata lo! Paling elo berdua yang tenar dadakan, secara tampang lo berdua mendukung. Lah--- gue? Cantik setengah setengah. Jelekpun setengah setengah."

"Buset! Kakak kita rendah diri banget, Ray. Ngaku sendiri punya tampang pas-pasan."

Mereka berdua tertawa sambil membantuku keluar dari troli sialan ini. Aku pun reflek memukul kepala mereka dengan tangan kosong saat kakiku sudah menyentuh tekel.

Ray dan Noel meringis sambil tertawa. Pukulanku pun semakin menjadi. Noel bahkan lari terpingkal pingkal menjauhiku. Sedangkan Ray pasrah karena aku menarik lengannya dan tak kulepas barang sebentar.

"Hani!"

Aku mendengar suara seseorang tengah menegurku dari arah belakang. Seketika aku dan Ray mematung di posisi masing masing. Aku yang setengah membungkuk ingin memukul kepala Ray--- dan Ray yang terbaring di lantai menahan tanganku yang hampir menyentuh kepalanya.

"Apa yang kalian lakukan?", Chanyeol, pria itu menatap kami dengan tatapan bingung.

Tersadar, kami pun segera berdiri kaku dan tersenyum kikuk menyambut sapaan Chanyeol. Aku tak bisa menjawab karena terlalu kaget dan malu.

Demi apa coba, ketemu Chanyeol di situasi seperti ini.

Ray akhirnya membuka suara, "Melakukan hal yang biasa dilakukan sepasang keka---", Aku menutup mulut Ray. Aku tahu dia bercanda. Tapi yah gak segitunya juga kali.

"Kenalkan. Ini adekku Ray dan ini Chanyeol", aku memberi tatapan tajam ke arah Ray yang memandang Chanyeol dengan tatapan tak suka. Aku memberi isyarat padanya untuk menjabat tangan Chanyeol segera.

"Ray"

"Chanyeol--- Sepertinya saya tidak merasa asing dengan kamu. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Hmm! Kita pernah berpas-pasan saat saya lagi jemput Hani di kantornya."

"Ahh--- iya saya ingat. Sorry Ray, sudah buat kakak kamu pulang terlambat malam itu"

"It's okay."

Aku memandang Ray dan Chanyeol bergantian. Mereka baru bertemu tapi perasaan canggung itu tampak jelas hinggap di dua pribadi yang hampir sejenis ini. Ya, Chanyeol yang minim ekspresi dan Ray yang terlampau serius menanggapinya.

"Ehem--- dimana Noel? Gak mungkin juga dia tersesat di supermarket kan?", aku memecah keheningan di antara kami.

Seketika sebuah suara mengejutkan kami bertiga, "Yakk!! Ngapain bos lo di sini, Han?", Noel menatap Chanyeol dari atas ke bawah.

Seperti biasanya, Noel selalu menilai orang dari penampilannya. Seberapa mahal barang yang orang itu kenakan? Merk apa saja yang melekat di tubuhnya? Seberapa tampan atau cantik dia? Itu semua tak akan pernah luput dari pengamatannya.

Karena menurut Noel, kesan pertama selalu tergantung dari label semua benda yang dipakai orang tersebut. Aku merasa jengah melihat tingkah Noel. Apalagi Chanyeol, objek yang ditatap si kumpret Noel.

Tanpa menunggu lama, aku mencubit pinggang si tengil Noel dan alhasil dia meringis kesakitan.

"Iya iya, Han. Gue ngerti", Noel melirikku tak suka.

Aku memandang Chanyeol yang kini tengah tersenyum manis ke arahku. Sejenak kami diam terpaku.

Apa segininya kalau lagi jatuh cinta? Baru saja sore tadi pisah. Ehh--- ketemu lagi serasa rindu sudah menahun.

"Ayo bareng!", Chanyeol menggenggam tanganku tiba tiba. Dan aku pun tersenyum menyambut tangannya.

Dengan jelas aku bisa mendengar suara dengusan nafas dua mahluk astral di baris belakang.

"Ya elah, elo berdua norak banget. Senyum senyum gak jelas gitu. Inget umur, woy!", Noel berteriak seraya menarik troli ke sampingnya.

"Tahu ah, niatnya kan belanja bertiga", Ray ikut ikutan mendumel di belakang kami.

Chanyeol merasa canggung itu benar. Ditambah lagi, dua kunyuk sialan itu menatapnya sinis. Aku berkali kali melayangkan tatapan tajam ke arah mereka. Namun, memang dasar bedebah kelas kakap--- bukannya berhenti, mereka malah makin menjadi serasa mainan mereka direbut paksa sama si Chanyeol.

"Sorry ya nih, gulma. Hani itu datangnya bareng kami. Elo tahu diri dong, main nyambet tangan orang seenak jidat lo", Noel si mulut panci bocor, ngerocos gak tahu etika.

"Gulma?", Chanyeol tersenyum simpul menanggapi ocehen Noel ke dirinya.

"What? Gulma? Noel,  Elo yang ngak tahu diri manggil orang seenak jidat lo?", aku meniru semua kata kata yang dia umpatkan ke Chanyeol.

"Cuma gulma yang sifatnya parasit. Datang tiba-tiba, ngambil jatah tumbuhan lain buat dirinya sendiri."

"Stop ya lo, Noel. Mulut lo kayak ngak pernah gigit kamus BBI aja di sekolah."

Dan jadilah pertengkaran kami yang menyuguhkan tontonan gratis buat pengunjung di sana. Sedikit sih, tapi bisa jadi rame kalau pertengkaran ini dilanjutan sampai subuh tiba.

"Woy! Ngak ada malunya lo ya Noel. Bahasa lo tuh bikin orang orang mikir lo suami yang lagi labrak istri selingkuh sama nih sampah berkelas", Ray mendengus kesal setelah berhasil memukul kepala Noel dengan sebungkus pembalut yang ia raih dari rak di sebelahnya.

"Kampret lo, Ray. Apa dosa gue, lo pukul pakai pembalut? Kepala gue jadi nista gara gara lo"

"Lo diam gak? Ngerocos terus, gue pukul lagi nih sama pembalut yang lebih murah"

"Najis. Gak ada harganya kepala gue di mata lo"

Seketika sekumpulan ibu ibu yang memang sedari tadi menonton pertunjukan kami, tersenyum geli tak ayal membuat mereka semakin gemas melihat kami.

"Stop kalian berdua. Liat tuh ibu ibu. Bukan emak emak komplek kita sih--- tapi kodrat emak bar-bar yang doyan berondong manis kemungkinan bisa buat kalian pulang dengan pipi merah. Mau lagi?"

Akhirnya, baik Ray maupun Noel terdiam seketika. Aku bertaruh mereka pasti lagi merinding disko, bayangin kejadian yang pernah mereka alami bareng emak-emak komplek.

Aku, Chanyeol, dan dua kembar titisan Jo In Sung, memutuskan untuk mencari barang belajaan kami bersama. Chanyeol masih setia berjalan beriringan denganku. Dia bahkan tak menghiraukan dua adik kembarku yang lagi mempertengkarkan Coocies Kokola mana yang mau dibeli.

Tanya mama dedek sana aja gih.

Kami berhenti disebuah rak yang memajang ratusan jenis mie instan di depan kami. Aku melirik sekilas, Chanyeol mengambil beberapa bungkus mie instan bertuliskan, ramen.

"Mie Instan Korea itu lagi booming ya di Indonesia?", aku mengambil sebungkus mie instan yang ada di dalam troli kami.

"Iya--- selama drakor masih laku di Indonesia, apapun yang berbau Korea pasti bakal dipasarkan. Kamu mau juga?", tanpa menunggu jawaban, Chanyeol mengambil beberapa bungkus lagi dan menaruhnya di troli si kembar.

"Lo anak MSG juga?", mulut beracun Noel mulai diaktifkan kembali.

"Iya. Nih saya lagi nularin ke Hani", Chanyeol menjawab asal seraya berlalu menghampiriku.

Noel yang tak mau kalah, berlari sambil mendorong trolinya ke arah kami, "Yakk!! Apaan ini? Jangan nambah nambahin belanjaan, dong. Elo ngak tahu apa, barang barang lagi naik harganya? Kami lagi berhemat. Jangan beli yang ngak penting", Noel menceramahi kami berdua setibanya.

Chanyeol yang melihat gelagat si Noel, langsung tertawa membuat aku, Noel, dan Ray yang baru muncul, berdiri mematung.

Kenapa lagi nih beruang kutub?

"Ada apa? Kenapa dia sampai ngakak kesurupun begitu?", Ray melihatku seperti menuntut jawaban.

"Noel, wake up. Kamu bicara soal kenaikan harga dan hemat. Ngak lihat tuh coocies Kokola di dalam troli kalian itu bisa buat jatah camping sebulan", Chanyeol setengah mati memberi jeda pada tawanya.

Sedikit lucu sih melihat fakta bahwa hampir tiga puluh bungkus coocies Kokola mangkir di troli kami. Mama Dedek sukses mengiklankan tuh kukis. Sampai sampai, dua kutu kumpret tuh jadi jatuh cinta sampai gak ketolongan sama tuh kukis.

Kenapa sih punya adek adek ganteng tapi kok yah malu maluin.

"Emang iya ini buat jatah sebulan. Dari pada gue bulak balik cuma buat beli nih kukis, jadi boros bensin ntar. BBM kan lagi naek juga tuh. Iya kan Ray?", Noel menyenggol lengan Ray. Memberi isyarat, dia butuh dukungan.

"Separuh jumlah coocies Kokola nih kan jatah lo juga. Bela gue kenapa? Malu nih gue", lanjut Noel hampir berbisik.

Namun suara Noel masih terdengar di telingaku. Apalagi Chanyeol yang berhadapan dengan Ray.

Dan alhasil, tawa Chanyeol makin menjadi. Aku bahkan hampir tak percaya dengan apa yang kulihat. Aku tak pernah mendengarnya tertawa sampai seperti itu.

Aneh memang tapi kuakui tawanya sangat keren.

Akhirnya setelah sejam penuh mengitari supermarket itu. Aku dan Chanyeol pun berpisah. Meninggalkan aku dan dua adik kembarku yang pada akhirnya juga, bisa kembali tertawa setelah sekian menit tertunduk malu di hadapan Chanyeol cuma karena merasa aneh menyadari bahwa mereka pria remaja yang doyan setengah mampus sama tuh coocies Kokola.

Chanyeol yang merasa bersalah dengan diamnya dua spesies yang ributnya ngalahin dengungan tawon, berinisiatif membayar semua belanjaan kami tadi.

Dasar dua bedebah perhitungan. Di sogok traktiran, malu malunya langsung ngabur.

-tbc-

'It goes down down baby. We're going KoKoBop'

.
.
.

Wuahhhh 😄 EXO'comebaaaack.
Setelah sekian lama menunggu, akhirnya abang-abang EXO ngeluarin album ke empatnya.

Style mereka di MV KoKoBop itu loh--- masyallah!! Tuh wajah tambah ganteng aja, makin johaa 😘
Apapun itu, wellcome back Chanyeol, D.O, Kai, Chen, Suho, Xiumin, Baekhyun, Sehun, dan Lay (pali dorawa ya Lay, we miss you)

Specially for this part, I really want to say thank you so much to someone who had did a nice reviews on my story. Terima kasih banget buat literallynatasha24, berkat semua ulasan terkait cerita Goodbye Oppa. Sarannya banyak banget, mulai dari cover yang simple banget sampai typo yang bertebaran dibahas abis sama si Natasya. Gomawo 😊

Akhirnya berbekal saran itu, cerita mulai direvisi dari chapter awal. Masalah utama yang paling diperhatiin--- masalah typo dan hole plot (*khusus hole plot, baru ngeh maksudnya apa wkwkwk)

Baru nyadar kalau typo-nya ngerusak mood baca banget. Gue aja yang baca, kesel setengah mampus tuh ngedit si typo. Kalau masalah hole plot--- banyak banget nemu jalan cerita yang nonsense. Dan pada akhirnya, gue ubah dikit dialognya, narasi juga gue buat biar lebih masuk akal. *perhaps muehehehe

CU at 17:30

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro