Chapter 34

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Klarifikasi Minho]
==========

'Gue sayang lo, Han'

-Minho-

***

Pukul 07.30, Park Corp.
Author's POV


"Hani! Tunggu!"

Suara seorang pria yang coba untuk menghentikanku. Namun aku tetap setia memasang langkah lebar dan memburu. Sesaat tubuhku mematung. Sebuah tangan menahan pundakku dari belakang dan memutarnya ke arah sebaliknya.


"Lo mau kita bahas di sini atau lo ikut gue sekarang", Minho menatapku tajam. Wajahnya memerah dan aku tahu dia sedang menahan amarah.

"Oke!", aku masih waras untuk menghindari pertengkaran kami yang nantinya akan meramaikan lahan parkir ini.

Aku mengikuti jejaknya. Dia berjalan mendahuluiku tanpa menghiraukan apa aku tetap mengikuti atau justru melarikan diri dari dia. Tapi, aku tahu, aku tak bisa menghindarinya terus. Sebenarnya, lebih dari amarah yang menguasainya saat ini--- aku justru mulai tidak mempercayainya.

_________

Author's POV

Suara riuh pertengkaran antar dua manusia memenuhi ruang dalam sebuah Avanza yang berjejer rapi di halaman parkir milik p. Satu pihak tak henti hentinya berbicara sedang satunya hanya sesekali menjawab dengan malas.

"Lo marah karena gue ngak ada saat lo dalam masalah--- saat proyek lo bocor?", Minho kembali bersuara dan sekali lagi Hani hanya menatapnya malas sambil menggangguk.

"Han, just stop it! Berhenti jawab semua pertanyaan gue dengan anggukkan."

"Elo mau gue gimana, Ho?"

"Beritahu gue salah apa, Han? It doesn't make sense jika lo marah karena gue ngilang saat lo ada masalah."

"Lebih dari itu. Lo ngaku kita temenan. Tapi lo nyembunyikan banyak hal dari gue. Lo ngak pernah cerita jika lo dan Chanyeol itu sodaraan. Elo bahkan tega merebut posisi ayah lo dari Chanyeol."

"Han, soal gue dan Chanyeol bersaudara itu benar. Tapi soal posisi yang lo maksud---", Minho membuang arah pandang ke luar jendela mobil, "Itu keputusan presidir. Gue bisa apa, kalau rapat direksi kemaren sudah mutusin hal itu?"

"Tapi lo tahukan betapa kerasnya Chanyeol berusaha. Dan dia pantas untuk hal itu."

"Lantas gue? Gue ngak berhak maksud lo?"

Suara ponsel Hani menghentikan perkataan Minho. Segera gadis tersebut merogoh ponsel itu dari dalam tas. Dia menatap layar ponsel dan nama Chanyeol menghiasinya.


Dimana? Jam segini kok belum ngantor?

-Beruang Kutub


Di saat seperti ini, Hani tak menghiraukan pesan Chanyeol. Hani kembali menatap Minho. Hani tahu dia ingin memperjelas semuanya. Dan Hani pun sama.

"Harusnya lo ngak semarah itu ke gue. Elo ngak tahu gue siapa dan masalah gue itu apa? Yang jelas gue ngak mau kehilangan lo, Han. Gue bahkan ingin mindahin lo ke divisi produksi bareng gue segera setelah tiga bulan. Elo ingatkan gue pernah ngomong gitu di hari pertama pertama lo kerja?"

"Iya", Hani menghela nafas panjang. Dia menyadari dengan pasti arah pembicaraan Minho.

"Gue sayang lo, Han. Gue sakit lihat Chanyeol merebut lo dari gue--- saat Chanyeol kehilangan kesempatan buat posisi itu, gue rasa itu impas. Bahkan gue rela ngerebut lebih dari itu semua. Karena apa yang gue dapat dari dia, jauh tidak sebanding dengan apa yang sudah gue alami berkat dia."

"Minho--- maksud lo?"

"Tinggalkan dia Hani. Dia terlalu egois buat miliki lo. Atau gue perlahan lahan akan buktikan ke lo tentang siapa Chanyeol sebenarnya."

"Minho, elo sadarkan lo bicara apa?"

Pria di depannya hanya diam. Tak bersuara sedikitpun hingga Hani memutuskan untuk meninggalkannya sendiri.


***
-tbc-

Baru bisa update cerita lagi. Sesibuk itukah diriku? Wkwkwk Sebagian iya sebagian karena gak mood mau nulis.

Btw masalahnya mendekati klimaks. Hanya saja misteri bocornya isi proposal proyek rahasia si Chanyeol belum terungkap sepenuhnya di sini. Butuh pengantar buat ke situasi itu. Buset bahasa apaan ini 😰

C.U at 5:69

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro