Chapter 41

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Slice of My Life-Part. 1]
=========

'It tells almost all about Yuna'

***

Yuna's POV
Flasback, 2012

"Maaf!"

Satu kata yang merubah segala cara pandangku tentang dia atau bahkan diriku sendiri. Entah sudah berapa kali kata 'maaf' itu terlontar dari mulutnya. Dan akupun hanya diam menatap nanar cicin kecil yang melingkar di jari manisku.

Dia wanita paruh baya yang menangis sendu di sudut ruang, berkali kali memperjelas semua hal yang sebenarnya sudah cukup kumengerti.

Dia merasa bersalah sekaligus tak ingin kehilangan pada satu waktu. Dia wanita yang menolak hubungan yang terjalin antara aku dan Chanyeol.

"Apa yang bisa kulakukan sebagai seorang ibu, melihat masa depan anaknya bersama dirimu. Yuna, saya menolak latar belakang keluargamu. Bagaimana bisa Chanyeol menikah dengan seseorang yang membawa pengaruh buruk untuknya nanti. Saya tidak membecimu, Yuna. Saya hanya merasa apa yang orang tuamu lakukan sangat bertolak belakang dengan apa yang sudah melekat pada diri kami. Mohon mengertilah"

"Itu hanya profesi, tan", aku mengalihkan pandang dari tatapannya. Sedikit menyembunyikan raut wajahku yang terlihat pesimis.

"Kamu juga terlibat, Yuna. Berhentilah mengelak. Jangan berusaha merebut apa yang tidak bisa kamu miliki, sekalipun alasannya hanya sesederhana itu. Cinta--- itu hanya alasan yang bisa mengacaukan jalan pikiran kalian untuk sesaat. Dan pada akhirnya kalian akan memahami, jika cinta hanya akan menghambat karir kalian nantinya. Percayalah! Tak ada gunanya kamu berusaha keras merebut hati Chanyeol. Saya tahu semuanya, Yuna. Apa yang kamu lakukan. Dan sebagai ibunya, saya pun akan melakukan hal yang sama. Saya akan merebut apa yang harusnya bukan jadi milikmu. Saya tidak akan lernah merestui hubungan kalian. Pergilah dari kehidupan kami. Bersatunya kalian, hanya akan menyakiti satu sama lain"

Hanya itu. Itu hal terakhir yang bisa kudengar dari mulutnya. Dan bisa ditebak. Hubunganku berakhir dengan berakhirnya usia ibunya.

Flasback end


"Apa perasaan suka itu masih ada?", Chanyeol seketika menengadahkan wajahnya. Pandangannya jauh menusuk ke dalam tatapanku.

Sejenak aku terdiam. Kembali menenangkan pikiranku yang terus-terusan bergejolak tak tentu. Saat otakku memproses segala tanyanya, dengan rasional aku akan mengelak sebagai jawabannya. Namun apa yang diinginkan terlalu bertolak belakang dengan apa yang dirasakan. Rasa hangat itu kembali menjalar menyelimuti hatiku. Ya, hatiku yang setelah sekian waktu lamanya selalu kosong karena dia.

Aku sedikit bergetar menahan rasa itu. Aku coba menelan semua itu tanpa harus merasa terpaksa. Tak satu kemungkinan pun bisa ku raih untuk kembali bersamanya. Itu adalah satu dari sekian alasan, mengapa aku melepas sosoknya saat itu.

"Tidak ada. Tidak bahkan sedikitpun, Chanyeol", hebat, sangat hebat saat kata-kata itu berbunyi dari mulutku sendiri.

Aku bahkan tak sudi, menyebut diriku sendiri sebagai manusia. Aku yang bisa mengontrol perasaan lebih dari siapapun, bersyukur telah terlatih untuk memiliki sifat tanpa sisi kemanusian.

"Benar yang ibu katakan padaku saat itu. Jika kamu, Yuna--- bisa memanipulasi sifat aslimu sendiri. Aku cukup banyak belajar dari sikapmu. Acuh tak acuh, dingin, dan kadang tak berpikemanusiaan. Mungkin ini yang ibuku takutkan saat dia tahu kita akan bersama. Dia jelas sudah bisa memperkirakan, akan seperti apa kita nantinya", Chanyeol tersenyum sangat tulus.

Dia melihatku, seakan-akan akulah pantulan dirinya di dalam sebuah cermin, "Saling memanfaatkan, membohongi perasaan masing-masing, dan satu hal yang pasti--- cinta kita akan berubah menjadi sebuah alasan untuk saling membodohi, benarkan?"

Kamu benar, Chanyeol.

Kali ini aku sudah benar-benar meyakinkan diriku sendiri. Apa yang kupikirkan bahkan Chanyeol pun telah menyadarinya. Lalu apa lagi yang harus kutakutkan?

"Gue pergi!", sembari meraih handbag disisi kanan, aku berlalu pergi meninggalkan ruangan ini.

-tbc-
CU at 5:69

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro