Chapter 55

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Chanyeol!]
========

Apa begitu sulit mengatakan yang sebenarnya?

***

Hani's POV

Mataku sudah sembab saat kotak yang berisi barang-barang ini jatuh tergelatak di sebelah mobil yang kuparkir di sebelah gedung tadi pagi.

Aku masih tak percaya pagi  itu mereka meminta surat resignku terkait masalah proyek rahasia  yang bocor itu. Tidak perlu menunggu besok. Saat itu juga aku membuatnya dan meyerahkannya langsung ke direksi.

Flasback

"Saya tidak bisa toleransi kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh Chanyeol, anak saya. Apalagi kamu", lelaki paruh baya itu memasang senyum tulus di wajahnya.

Sangat keras aku berusaha menyembunyikan rasa sesak ingin menangis, "Sebenarnya masalah ini sangat tidak jelas buat saya, pak. Bukti bahwa saya yang membocorkan proyek itu, apa ada?"

"Ada? Kamu punya bukti bahwa kamu tidak terlibat?"

"Belum ada. Saya hanya belum mencari buktinya"

"Kenapa belum? Kamu loh yang diputuskan terlibat dalam masalah ini?"

"Saya hanya tidak menyangka akan seperti ini akhirnya. Makanya saya tidak memperpanjang masalah itu"

"Artinya kamu hanya berhenti berprasangka saat anak saya yang terbukti bersalah? Apa kamu hanya diam saat saya juga membiarkan kamu bebas dari masalah ini?"

Aku kembali terdiam karena memang aku sendiri tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Air mataku menetes keluar saat mendapati diriku yang tampak bodoh berdiam diri ketika apa yang ada di benakku ingin meronta keluar. Namun pikiran dan mulut tidak bisa terkoordinir sesuai peritah otak.

Flasback end


"Hani!", sebuah suara mengalihkan pikiranku.

Aku memalingkan wajah ke samping hingga mendapati Minho berdiri di hadapanku.

Dia lalu membungkuk meraih kotak yang tadi kujatuhkan dan merebut kunci mobil dari tanganku. Dengan sigap dia membuka pintu bagasi dan menaruh benda tersebut di dalamnya. Dia lalu menarikku dan mendudukkanku di kursi depan.

Kami berdua terdiam dengan tangisku yang masih sesegukan. Dia hanya diam menatap lurus ke arah depan.

"Gue ngak bisa janji bakal balikin keadaan lo ke semula. Keadaan gue juga lagi sulit, Han", aku melihat Minho merebahkan kepalanya di senderan kursi seraya menutup mata.

"Gue ngak salah, Min", kali ini tangisku mulai mereda. Aku kembali mengontrol diri.

"Gue pikir ada baiknya juga lo keluar dari sana. Artinya lo sudah ngak berurusan lagi dengan mereka"

"Sayangnya gue ngak sepemikiran dengan lo. Gue ngak bisa, Min. Resign dengan meninggalkan nama baik gue yang rusak akibat  kesalahpahaman. Gue ngak mau orang-orang berpikir, kalau gue resign karena gue berbuat yang ngak semestinya"

"Han, Hani. Tolong tenang dulu", Minho memposisikan badannya ke samping menghadapku. Tangannya tergerak membelai lembut helaian rambutku yang agak berantakan.

"Masalah itu, gue pikir bakal kembali membaik. Ini hanya masalah waktu. Gue bakal berusaha  memperbaiki ini semua. Hanya saja, gue ngak mau lo kembali ke sana. Gue punya banyak kenalan yang bisa gue mintai tolong hanya untuk nerima lo kerja di perushaanya. Tapi itu nanti. Saat gue berhasil kembaliin nama baik lo ke semula, Han".

Aku kembali menangis dan segera Minho menarik tubuhku dalam pelukannya. Tangisku seakan tak terbendung mengingat akan sulitnya Minho berupaya melakukan hal itu demi diriku.

Mataku yang basah menangkap satu sosok yang menatap kami dari kejauhan. Dia berjalan terburu-buru keluar dari gedung kantor. Wajah amarahnya sangat terlihat jelas. Aku mengamatinya hingga pandangan kami berhenti.

Aku melepas pelukan kami. Minho cukup terkejut namun kembali tenang saat pandangannya tertuju ke arah yang sama dengan yang kulihat.

Aku segera berlari menghampiri hingga terhenti tepat di depannya. Chanyeol hanya diam tanpa ekspresi. Wajah dingin yang kurindukan itu menatapku biasa.

"Chanyeol!", aku merutuki mulutku yang tak mampu berkata banyak.

Chanyeol tak merubah ekspresinya, "Apa yang terjadi denganmu sudah bukan jadi urusan saya. Kamu keluar dari perusahaan juga bukan atas kemauan saya. Mulai saat itu, kita sudah berjalan masing-masing. Dan tolong jangan pernah muncul di perusahaan ini lagi, jika saja kamu masih punya otak", Chanyeol berjalan menjauhiku. Dia berjalan lurus tanpa memalingkan wajah.

Apa begitu sulit mengatakan yang sebenarnya. Mengatakan rindu, rasanya sangat berat saat ini. Untuk kesekian kalinya aku kembali menangis. Dan untuk kesekian kalinya juga Minho datang dan memelukku kembali.

_________

-tbc-

C.U at 6:48

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro