Chapter 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

[Calon Bos]
==========

'Ada baiknya kamu jaga sikap di depan calon bos'

***


Besok adalah hari terpenting menurut Hani, di mana dia harus tampil rapi dan--- yah, tentu saja cantik biar bisa lebih menunjang persentase lolos interviewnya besok.

Hani mendekati sebuah butik dan berhenti di sebuah etalase berbatas dinding kaca di hadapannya. Dia tersenyum tak kala mendapati sebuah manekin tengah mengenakan sebuah kemeja putih berbalut jas merah yang sangat menyatu dengan warna kulit di patung tersebut.

"Sebelas dua belas lah yah sama warna kulit gue. Suka! Suka!", dia melompat-lompat kecil di tempatnya berdiri hingga beberapa mata yang melewatinya, menatap aneh dan geli.

Hani berlari kecil sambil melompat-lompat kegirangan. Dia membawa dirinya masuk ke dalam butik tersebut.

Seorang wanita muda menghampirinya sambil tersenyum--- dan terkekeh. Pramuniaga itu berusaha menyembunyikan tawanya sembari sesekali memalingkan wajah dari salah satu pengunjung aneh-nya kali ini. Namun, Hani tak terlalu menyadari hingga ia berlari melewari wanita itu menuju si manekin yang sempat dipujinya barusan.

Manekin itu mnegenakan bluese putih dengan blazer merah cheery. Hani sangat menyukainya terutama saat ke dua matanya menatap kagum ke arah sepan putih polos yang dipakai benda tersebut.

"Kalau pakai baju itu gue serasa cocok jadi lawan mainnya si Jang Geun Seuk di drama terbarunya nanti. Wuahh!! Oppa, just wait for me!", Hani menatap kagum manekin di hadapannya dengan imajinasi yang sedikit keluar dari realita.

Lima menit penuh, ruangan tersebut hanya dipenuhi oleh suara Hani yanh sedari tadi tak henti-hentinya memekik kagum ke baju itu. Hingga pada akhirnya, suara pekikannya membuat salah satu pengunjung merasa risih.

Dia seorang pria yang berdiri di pojokan ruang tengah memilih beragam motif dna warna sapu tangan di dalam sebuah etalase. Pria itu memandang ke sosok Hani. Matanya menyipit, alisnya berataut. Hingga satu keyakinan, telah melengkungkan sebuah seringai di bibirnya.

"Tragis!", sebuah suara barithon menggema dari ujung sudut lain di ruangan itu.


Hani menegok ke arah belakang dan mendapati satu sosok tengah memandanginya dengan tatapan datar. Dia terlonjak kaget dan menghampiri pria itu beberapa langkah. Dia terhenti tak jauh dari sumber suara hingga ia kembali terpekik setengah berteriak, "Beruang kutub?"

"Hah?", Chanyeol mengerutkan kedua alisnya kebingungan. Dan Hani dengan cekatan menutup mulutnya.

Jelas pria itu bingung. Sejak kapan butik langganannya memajang patung beruang kutub sebesar dirinya?

"Maksud saya bapak kok ada di sini?", tukas Hani.

"Ini tempat umum!"

"Tapi kok  bisa ya, pak? Dari sekian banyak butik, kok bisa saya ketemu bapak di sini?", gadis itu bertanya. "Kok bisa sih gue sial ketemu lo lagi, lo lagi", lanjutnya dalam hati.


Chanyeol menanggapi serangkaian pertanyaan itu makin bingung, karena memang jawabannya tentu saja tidak pasti.

"Lagian apanya yang tragis, pak?", rangkaian pertanyaan itu masih berlanjut.

"Imajinasimu.", suara berat itu sedikit mencemooh.

"Maksud bapak, imajinasi saya?"

"Exactly, ya.", pria itu berlalu diikuti oleh salah satu wanita di belakangnya.

"Apaan sih, pak? Kok saya ngak ngerti?", Hani membututi pria dan wanita itu, yang ia pikir mungkin sekertarisnya.

Chanyeol masih setia diam dengan wajah datarnya. Dia lalu mengeluarkan sebuah kartu kredit dan menyerahkannya pada si wanita, "Miss, kamu antar langsung ke apartemen. Saya masih ada urusan lain".

"Baik, pak!", Chanyeol berlalu pergi meninggalkan si sekertaris dan tentu saja Hani dengan wajah yang masih separuh kebingungan.

Langkah Hani yang baru saja berniat ingin menyusul Chanyeol, terhenti. Seketika sekertaris itu menarik tangannya cukup kasar.

"Siapa?", tanyanya dengan nada sinis.

"Oh! Saya yang bakal ikut interview besok di Park Corp", jawab Hani tak kalah sinis.

"Kalau begitu--- jaga sikap ya, mbak! Jangan menurunkan penilaian diri sendiri dengan bertingkah kekanak-kanakan seperti tadi di depan atasan saya."

"Wuah! Harusnya dia juga bisa jaga sikap, dong. Apa coba maksudnya pakai acara ngomongin imajinasi saya tragis? Sopan, ngak tuh?", Hani menyela tak mau kalah.

"Ya! Beda dong.  Atasan bersikap dingin itu wajar, artinya dia menjaga jarak dengan bawahan biar ngak kelewat batas. Toh dia atasan, dia yang jamin kamu masih bisa kerja sama dia apa ngak. Beda kasta sama bawahan. Mbak-nya bukan atasan bos saya kan?", sekertaris itu pergi dengan langkah memburu setelah empat belas paper bag besar berhasil dia raih dari atas meja kasir.

Hani hanya menatap wanita itu kesal dan sedikit kagum. Tentu saja, kagum karena takjub melihat wnaita itu berjalan anggun sembari menenteng empat belas paper bag yang lumayan besar di kedua tangannya.

***

tbc
c.u at 7:07

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro