5. Lari pagi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Malam ini malam minggu jam 19, aku pergi kewarung didepan komplek membeli 3 buah roti gepeng dan 2 buah sosis siap makan, pagi nanti aku mau lari pagi keliling komplek.

Tubuh rasanya mulai kerempeng, pengen juga punya tubuh bagus seperti teman-teman ku disekolah, memiliki tubuh tinggi dan maco, maka dimulai lah sebuah langkah kecil perubahan, lari pagi.

Tanpa pemanasan terlebih dahulu langsung capcus lari, memutari daerah komplek, dijalan ku makan roti dan sosis siap makan, sembil lari-lari kecil aku melihat rumah-rumah bagus dari beton dan mobil, aku berpikir apa bisa nanti dimasa depan aku mempunyai rumah dan mobil, aku ingin membuat orang tua ku bangga dan kelak bisa membahagiakan istri dan anak ku. Seorang teman pernah berkata kepada ku, bila iya sudah bisa beli rumah dan mobil baru dia akan menikah, aku setuju dengan pemikiranya, aku ingin melihat pendamping hidup ku bahagia, aku sangat takut nanti wanita yang ku cintai meninggalkan ku bila aku masih bukan siapa-siapa.

Yang paling tidak ku inginkan untuk di temui didunia ini adalah ditinggalkan dan dihiyanati. Aku paling benci dengan dua hal ini, ini lah yang membuat ku susah menemukan pasangan, membuat ku tidak terlalu berharap pada sebuah hubungan.

Aku juga tidak percaya dengan cinta pandangan pertama, bagai mana mungkin ada orang yang jatuh cinta hanya sekali lihat, cinta itu lama dan sangat tua, dia tumbuh setelah begitu lama.

Eri dia lagi-lagi mengikuti ku dari belakang, dia selalu begitu, ini sudah minggu ke empat, aku singah diwarung dan memesan teh hangan dan beberapa kue, pas sampai diwarung aku tidak melihat Eri, aku juga sempat keluar dari warung tapi tidak ku temukan dia, seandainya dia ada disini pasti sudah ku ajak makan, tapi mungkin dia sudah pulang.

Setelah selesai minum teh dan makan kue aku melanjutkan perjalanan untuk pulang, disebuah terotoar aku melihat Eri.

"Ku kira kau sudah pulang?."

Dia hanya mengeleng, "makan apa tadi?."

"Makan kue."

Kami pun berjalan pulang seperti biasa dia berjalan dibelakang ku, dan seperti biasa kami berjalan beriringan tanpa bicara apa pun, karena tidak ada kata yang bisa dikatakan.

Aku melihat sebuah toko, aku mengajaknya kesana dan membeli dua buah es krim coklat, kami makan sambil berjalan tanpa bicara, lalu kami berjalan kearah jembatan, ada sebuah tulisan disini pernah ku gores, tapi sudah hilang.

Aku mengambil sebuah paku lalu ku gores gambar bintang dibagian tiang jembatan itu, setelah itu ingin ku lempar paku itu kesungai dibawah jembatan,

Tapi dicegah oleh Eri, iya meminta paku itu katanya ingin menulis sesuatu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro