Gugur 2075

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Buat apa sih nyemprotin rahwana serum ke semua pohon kampus?" tanya Rhama.

Zinta menunjuk menggunakan matanya, sekeliling mereka pohon mengering dan berguguran sesekali seperti musim gugur. "Lagi viral, berasa di eropa. Lagian Istana Presiden juga ikut trennya, masa kampus kita enggak."

"Musim gugur palsu, semoga di masa depan ada yang asli, capek nyemprotin semua pohon."

"Kalau asli, artinya dunia kiamat, bego. Cepat bantu aku, sesudah ini ada tanaman hijau terakhir, masih pakai pot, jadi gampang."

Tak tahan ocehan, Rhama mengalihan perhatiannya ke samping belakang gedung. Ada yang aneh, arah daun jatuh berlawanan dengan angin.

Kakinya pergi memeriksanya, meninggalkan Zinta yang ngoceh kesal sendirian. Rupanya ada bola warna-warni aneh memuntahkan sesuatu-ralat, seseorang sebelum menghilangkan begitu saja.

"Hallo bapak, salam kenal aku anakmu, Kuzia"

Melihat seorang perempuan seusia dirinya ,Rahma terjungkal saking terkejutnya.

"Aku datang dari dunia paralel, di sana sudah tahun 2102. Lihat ini." Monitor hologram muncul berkat smartglasses-nya, banyak foto dan video untuk meyakinkan Rhama.

"Wow, seriusan ini kayak Avengers End Game! Selamat datang di Indonesia 2075! Apa tujuanmu?" Matanya berkilau-kilau

"Pohon terakhir," matanya seolah ke satu tanaman dalam pot yang masih hijau.

"Kenap-"

"Maaf, aku tidak punya banyak waktu."

Ditengah perbincangan, Zinta sudah di tanaman terakhir. Semprotannya sudah mengarah dan disemprotkanlah rahwana-atau itu harus terjadi jika Rhama tidak berteriak.

"Zinta, aku mau ngomong sesuatu!"

"Tapi aku enggak mau dengar."

"Jauhkan dia dari situ." Kuzia berbicara pada bapaknya lewat earpod transparan miliknya.

"Ini serius, sini dulu."

"Enggak mau, kamu yang butuh, jadi kamu yang kemari."

Dia kalah, hanya bisa menggerutu sembari mengiyakan.

"Bapak payah."

"Bacot, betewe aku harus ngapain?"

"Terserah, ceritain aib bapak aja supaya dia syok."

"Aku gak dibayar mahal untuk ini."

"Ayolah, demi anak cantik tercintamu."

Di tengah dialog anak dan bapak, Zinta sudah seperti penembak. Target sudah diarah, jarinya menarik pelatuk. Dor!

Rahwana serum tidak mengenai target. Cairan itu sengaja dihalangi Rhama.

"Woi-"

Rahwana dengan cepat dicuri dari genggamannya. Zinta semakin marah.

"Ini serius, dengar dulu."

Zinta menghela nafas, pasrah. Tanpa sadar, dibelakangnya ada gadis mengintip dari guguran pohon siap menjadi pencuri.

"Em..., aku...." Kebingungan menyerang Rhama.

Dengan mengendap, Kuzia berjalan. Berusaha sunyi, namun dia menginjak daun kering. Zinta spontan menoleh ke belakang-

"Aku sebenarnya suka sama kamu."

Tepat sebelum Zinta menoleh sepenuhnya, dia kaku-termasuk Rhama dan Zinta. Bahkan anak itu sampai mengenakan tudung sebelum mengambil tanaman terakhir, malu dengan pernyataan bapaknya.

"Em... Makasih...." Mukanya tersipu manis.

Kuzia yang berhasil, menjauh meninggalkan orang tuanya.

"Buat mamah bahagia, ya, pak."

Sebelum terkaget, earpod di telinga Rhama terbang dan menyatu dengan smartglasses Kuzia. Terlihat seperti telekinesis, namun sebenarnya itu berkat elektromagnetik.

Gadis itu mengetuk-ngetuk sesuatu di smartglasses-nya. Dengan ajaib, sebuah bola warna-warni seukuran manusia tercipta. Berbekal tanaman hijau yang ia bawa, Kuzia masuk portal.

Kilat cahaya aneka warna, mata Kuzia spontan tertutup. Namun, penciumannya menangkap asap 'tak sedap. Rupanya dia sudah berada di dunia asalnya, Indonesia 2102.

Kuzia segera memakai masker yang terhubung dengan tabung oksigen portabel, lengkap dengan air. Asap menutupi semuanya, kanan-kiri hanya hitam, abu, dan kesepian, tanpa hijaunya daun-daun. Tidak ada satupun pohon, kecuali di tujuan Kuzia-komplek pemakaman.

Kuzia berjalan melewati gapura, dengan tiap langkah yang semakin cepat. Raut wajahnya gembira meski tangannya kotor karena tanah.

Akhirnya, satu-satunya pohon yang bisa ia temukan. Berdiri tegak dengan tanpa daun, terlihat seperti manula yang botak karena penyakit.

Di sampingnya terdapat dua makam bertuliskan orang tuanya-Rhama dan Zinta. Karena tak ingin smartglasses-nya kotor, disimpanlah di keramik makam bapaknya.

Namun ketika mengambil air, smartglasses-nya tersikut, jatuh, dan tanpa sengaja menyalakan proyektor. Monitor virtual muncul, memperlihatkan sebuah berita.

"Pada tahun 2075, tren musim gugur Indonesia muncul. Dari rakyat kelas bawah sampai pemerintah kelas presiden, semuanya berbondong-bodong menyemprotkan rahwana serum pada semua tumbuhan agar gugur seperti di musim gugur.

"Namun, tanpa diduga-duga, itu justru meracuni tanaman dan membuatnya terus gugur. Diperkirakan oleh para ahli, racun ini bahkan dapat tersebar melalui udara dan akan menyakiti tumbuhan yang lain, seperti virus.

"Berkat kejadian ini, konflik beruntunpun terjadi. Sampai pada puncaknya, Indonesia mengalami kepunahan-"

Kuzia menghentikan tayangannya. Lalu lanjut menyiram tumbuhan hijau itu yang ternyata sudah gugur.

"Selamat do'a bapak terkabul, di masa depan ada musim gugur asli di Indonesia," keluhnya pada makam Rhama.

Tamat

Prompt :
Suatu hari, anakmu berkata bahwa dirinya berasal dari parallel universe.

https://www.youtube.com/watch?v=aSPGUd44Tc8

Itu adalah musik yang sempurna buat jadi ending. Coba aja play.

Dan btw, sebenarnya cerpen ini adalah spin-off dari novel yang kubuat, "Indonesia 2075"
Kebetulan promptnya punya konsep yang sama, jadi sekalian aja bikin cerita sampingannya.
Kalau kalian baca Indonesia 2075, pasti nyadar ada sesuatu yang sama.

Terima kasih udah baca cerpen yang cukup ngambis ini. Terutama buat orang yang sampai ngeplay musiknya.

Terimakasih juga buat orang yang sudah dengerin ringkasan cerpennya, meskipun waktu itu belum selesai.

Special thanks buat FLC yang udah bikin eventnya, tanpa kalian aku gak bakal buat cerpen ini.

Kalo kamu bisa ke masa lalu kayak Kuzia, kamu mau kemana—Ralat, maksudku kapan?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro