:dayDreamin'

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng










you walked in caught my attention, luckly ive never seen a man with so much dimension. Jayden Nolands and his absolute exquisite. sejujurnya tidak ada yang bisa menggambarkan betapa menariknya pria itu selain bertemu denganya langsung, bertatapan dengan mata gelapnya yang menarik diriku dalam black hole pesonanya, jatuh dan tersesat didalam dirinya.

semua berawal dari Kalangga, adik bungsu yang memaksaku untuk menjemputnya di tempat latihanya, Jakarta utara, lapangan sirkuti formula E yang begitu panas menyesakan. Menyebalkan ia memintaku menjemput dari pada meminta tolong oleh supir rumah yang menganggur meminum kopi hitam. tapi sekarang aku bersyukur ia meminta tolong olehku, karena disanalah pertama kalinya aku melihat pria yang begitu membuatku gila.

Kala seorang pembalap pemula di arena formula 2, atau sekira formula 3. belum genap satu tahun ia berkecimpung di dunia olahraga mobil jet darat ini, fantasticnya ia bisa menunjukan peforma yang hebat, handal yang mencetak prestasi pertamanya dengan waktu yang singkat. lalu perusahaan asal italia itu berakhir merekrutnya, masuklah Kala dalam jejeran pembalap di bawah akademi perusahaan merah api menyala, latihan yang begitu intensif dimulai sejak 7 bulan lalu, bolak balik singapore dan sejejeran asia untuk mengalahkan pembalap pembalap lainya. walau sudah sehebat itu, tetap saja Kala si bungsu banyak mau tetaplah menyebalkan, ia begitu ramah dan asik oleh semua orang, tapi terhadapku ia bersikap seperti anak anak kecil yang senang sekali membuatku marah. Dan sesaat aku pulang ke indonesia untuk beistirhat sejenak dari pendidikan serta karier actingku di hollywood, si kala ini malah langsung menyuruhku menjemputnya, alasanya;kakinya lelah.

sampai disana dengan emosi yang begitu membundal dalam hatiku, belum lagi cuaca yang sangat menyengat hingga buatku semakin seperti terbakar dalam api, mungkin jika di gambarkan dalam kartun aku adalah seperti dinasaurus emosional yang siap menyemburkan lahar panas dari mulut kapan saja dan dimana saja, begitulah situasiku saat itu. belum lagi effortku yang banyak dimulai dengan harus memakai wig agar tidak begitu mencolok dan menggunadang wartawan disekitar, dan harus terjebak macet di jalanan menuju kesini. kala benar benar ingin aku menjemputnya, menjemput ajal-nya.

memasuki garasi ferrari dengan dua tanduk yang sudah muncul dari kepalaku, tanganku sudah siap siap mengepal untuk menonjoknya hingga babak belur atau setidaknya aku bisa menjambaknya dan menyeretnya pulang. mataku dengan ganas mencari sosok kala disana, diantara staf staf bengkel yang memiliki kesibukan masing masing, emosiku perlahan semakin meningkat tidak menemukan Kala saat itu, detik berikutanya aku membuat keputusan jika kala tidak dimukan dalam waktu 30 detik maka aku akan kembali pulang, persetanan dengan menjemputnya, aku akan mejempul ajalnya di rumah nanti.

"MBAAK!"

sennyumku sudah terukir dengan seringai licik, tanganku sudah siap menjambaknya dengan erat. tapi semua itu harus gagal akibat Kala menghampiriku dengan pria di sebelahnya yang kulitnya sangat putih, saking putihnya aku bisa melihat urat urat bewarnanya di balik kulit tipis lehernya. what the fuck in here? he so so obviously gorgeos, fucking gorgeos. i swear he looks..looks like...like a angle? the fuck what im saying.

"HELLOO BIG SISTY. akhirnya dateng juga, yuk makan siang dulu soalnya Kala Laper."

mataku masih memandang pria di sebelah Kala yang tersenyum tipis kepadaku, saking tipisnya aku tidak tahu ia tersenyum kepadaku atau tidak tapi mari anggap saja ia tersenyum. "and who he is, Kal?"tanyaku dengan kurang sopan, beralih menatap kala meminta penjelasan.

"oh, sorry mbak kala lupa. ini Bang Jayden."

bang? bang is his name or? OH BANG IS MEAN ABANG. oh god, are he have a same age with me? oh that good. we can married. (???)

alis tebalnya terangkat untuk memperjelasnya senyumnya, tanganya yang sedari tadi ia masukan ke dalam saku celananya kini terjulur pada hadapanku dengan sedikit ramah dari sebelumnya. "jayden."

tanganku sedikit bergemetar gugup untuk menerima uluran tanganya, aku tidak begitu mencengkram tanganya sebab takut cenkramanku terlalu kencang atau aneh. mendadak aku seperti orang tolol yang kebingungan, ku ucapkan nama pendeku"ann."

pertanyaanya, kenapa kala tidak memintaku menjemputnya lebih awal?








__________








sebuah angin datang dengan kencang bersamaan melajunya mobil formula bewarna merah orange dengan banyak sekali stiker sponsor disana, di tengah jalanan sirkuit yang panas mobil itu melaju cepat melewati tikungan tikungan tajam dengan lihai, lalu kembali mengencang lagi ketika rute sedang lurus tampa tikungan. Satu dua mobil di belakangnya mengekorinya, berusaha menyalip walau gap antara mereka dengan di pemegang rank pertama terpantau jauh, setiap tikungan yang mereka lewati membuat gap semakin jauh dan jauh, mobil orange kemerahan itu mempimpin balapan dengan cekatan.

aku ingin memberi tahu sesuatu; makan siangnya di tunda. bad, bad news tapi tidak apa sebab aku bisa berdiri sebelahan pada jayden.

"OH YEAAAAH! LETS GO FLYING BABEE!" suara Kala keluar dari headphone yang sedang ku pakai, aku bertaruh kala ini dirinya pasti sedang menyengir kesenangan di dalam mobil orange kemerahan miliknya.

"Good job, baby boot." Ujarku membalas teriakan kemenanganya, tidak memungkiri ikut bangga ketika melihat adik kecilku bisa menjadi berkembang sejauh ini.

Jayden dan aku berdiri di atas stadion untuk menonton akhir dari latihanya bersama teman teman f3 lainya, gladi resik perlombaan di adakan pasca latihan mandiri seharian secara bergantian, penutupan untuk latihan hari senin siang di tengah musim panas. Untungnya aku membawa topi untuk melindungi wajahku dari teriknya matahari, dan sepaket dengan kaca mata matahari serta masker merah menyala milik akademi Kala dan Jayden. Jayden sendiri memilih hanya mengunakan topi putih miliknya yang senada dengan kaos oblongnya, ia memakai celana jeans biru tenang dan menggunakan jaket boomer merah menyala yang kutebak adalah salah satu seragam dari Ferrari juga. setelah ku perhatikan, jayden bukan sekedar tampan, tapi sangat sangat sangat tampan kuadrat.

aku harus bersyukur bahwa Jayden memiliki kepribadian yang ramah untuk orang asing sepertiku walau pada awalnya ia memberiku senyuman tipis yang mudah hilang, tapi sesaat aku mulai berbasa basi denganya ia menanggapinya dengan baik, obrolan kami lancar dan jauh dari kata canggung. Untung lah aku benar benar lega akan hal ini, menyebalkan jika ia bungkam, situasi cangung saling bungkam adalah situasi terburuk bagiku.

Jayden disana memakai headphone menjadi big boss yang berkomunikasi langsung dengan Kala dengan saluran radio yang biasa di lakukan oleh Kak Rio, Jayden juga memberiku headphone lainya untuk mendengar percakapan mereka yang kebanyakan tentang Jayden yang mengingatkan Kala untuk mengecek banyak hal selama balapan.

Kalau tidak salah Kala pernah bercerita jika formula tidak semenyenangkan itu, selama balapan Kala harus di buat pusing dengan pengecekan segala macam mobil dan melaporkanya pada kak rio, lalu tim nya akan mulai ikut mengecek dan memberi arahan untuk Kala selama pertandingan. Kata Kala lebih asik moto2, selama pertandingan hanya dirinya lah di sirkuit, orang di paddock alias tim internalnya hanya bicara seperlunya jika Kala melapor sesuatu masalah. Pertandingan Motor lebih bebas di banding F1 yang punya banyak aturan dan step step yang harus di ikuti keamananya bahkan ketika balapan berlangsung, mulai dari ketebalan ban, bahan bakar, suhu mesin, besaran gas yang harus kala injak, minimal rem yang harus Kala pakai saat belokan, semuanya harus kala pantau setiap saat.

"One last track, Kal. i need u to focus." ingat Jayden berbicara pada mic di headphonenya, suaranya yang terdengar jelas pada headphoneku juga membuatku menahan jeritanku yang meleleh, suaranya begitu jelas.

"Okay, lets do it babyyy! The Last track is ourrss!" Ujar Kala bersemangat.

Lalu dengan sekilas mobil kala melaju cepat melewati garis finish, pelatih di bawah sana mengibarkan benderanya kotak kotak hitam putih menandakan berakhirnya sesi latihan bersama untuk hari ini. Mobil mobil di belakangnya menyusulnya dengan cepat, berwarna warni warnanya. Lalu semua mobil tamiya namun dengan hidung lebih besar akhirnya masuk ke dalam kandang garasi mereka.

"Great races, kalangga. Pertahankan." Puji jayden mengakhiri komunikasi, ia melepas headphonenya di susul oleh aku yang juga melepas headphone berharga ratusan juta itu. Ferrari tidak main main dalam memfasilitasi anak anak pembalap di bawah naunganya, sebanding dengan tekanan yang di berikan.

Manager pembalap lainya ikut melepas saluran komunikasi mereka, kami yang bekerja di samping sirkuit mulai menyudahi aktifitas kami dan segera turun ke garasi, setahuku setiap selesainya acara latihan pada seluruh kru dan pembalap saling menjabat tangan satu sama lain agar rasa dendam ataupun kompetensi lainya ikut terbawa sampai rumah. Apapun yang terjadi di sirkuti, tetaplah berada di sirkuit, aku ingat kak rio bilang seperti itu pada kala untuk tidak memperpanjang rasa sedih dari kekalahan. by the way, kak rio adalah manager Kala.

"Kala dulu pernah terjun ke balapan liar ya?" Jayden bertanya dengan hati-hati di saat kami mulai menuruni anak tangga stadion, ia memandangku dengan lembut seolah tahu ini adalah suatu hal sensitif untuk Kala dan keluarganya. Salah satu alasan juga kenapa pria dengan nilai terbaik itu memilih tidak melanjutkan pendidikanya dan berfokus pada mobil tamiya hobbynya ini.

"kala cerita?" tanyaku, tidak mau membeberkan lebih banyak jika yang punya cerita sengaja menutup cerita itu rapat rapat.

"enggak, tapi bukanya keliatan? has own characteristics when he drive, dia ganas, gak kasih kesempatan buat belakangnya nyalip, tipekal street races. For one reason itu bagus, tapi gak boleh di biasain. Suatu saat di perlombaan F2 dia masih kaya gitu, that's end for everything, crushing. Saya sudah bilang tapi dia tidak mau dengar." Jayden melaporkan tentang kala dengan sopan, sedikit membuatku terkejut bahwa jayden yang terlihat pendiam bisa bicara panjang lebar juga seperti ini.

ada kritik di dalamnya sekaligus pujian. Tapi bukan itu yang aku ingin garis bawahi, its all about his manner. sambil turun dari tangga stadion yang terjal ia bahkan terlihat turun beberapa anak tangga dariku hanya untuk mengulurkan tanganya padaku.

Ow, he's such a gentleman Aku menolak uluran tanganya sebab aku masih bisa turun sendiri tampa bantuan, sepatuku kets jadi tidak mempersulitku untuk menuruni tangga terjal ini. Jadi ku gelengkan kepala dengan sopan juga berterima kasih atas tawaranya. bisa bisa setelah menggengam tanganya aku semakin lemas tidak berdaya, menghirup aroma parfumnya saja membuatku semakin sesak, ingin bertanya parfum apa yang ia pakai sebab membuatku mati dalam hipnotisnya seperti ini.

"emang gak mau denger kalau di omongin doang, coba sedikit di galakin. b the way, kamu juga pembalap? tapi kenapa ikut ngelatih Kala?" Sebab si jayden ini paham betul tentang Kala, aku kira hanya kak rio yang memahaminya sedetail itu ternyata ada orang lainya yang dekat dengan Kala, sedikit sedikit mulai mencari tahu tentangnya.

Jayden tersenyum dengan lembut sambil terlihat berfikir menjawab pertanyaanku. oh sial senyumanya dalam hingga pipinya melebar. "Saya baru tanding bulan lalu, sedang siap siap untuk debut di tingkatan selanjutnya, sambil menunggu debut saya disini melatih kala."

Senyumku mengembang lebar, good job Kala, berkatmu kini aku bertemu dengan pria tampan😈

"Komplit deh puzzle nya, alasan kenapa bisa deket sama Kala." Ujarku dengan singkat.

"kalau kamu?." lanjut jayden menoleh ke arahku, mendadak memberhentikan langkahnya. kami yang berdiri di sebelah samping tangga studio kini saling berhadapan entah untuk apa.

"aku?" Tanyaku sedikit kebingungan

"iya, kakaknya kala?"

aku mengangguk dengan cepat, jangan sampai ia menggangapku pacarnya si bedebah. "iya, kakak kandung." balasku dengan jelas

mata jayden masih menatapku seolah menungguku melanjutkan kalimat, tapi rasanya tidak mungkin juga aku menejelaskan kalau aku adalah actress? dalam hal ini aku sedikit malu sebab ketenaranku tidak menyebar di indonesia sendiri, mungkin ini akibat aku yang terlalu sering berada di new york atau daerah amerika lainya untuk menjadi seniman aktriss disana, memang mungkin di bandingkan celine yang telaten dalam bidang ini, aku baru memulai kembali setelah terjeda dengan pendidikan. "iya, hahaha jadi emang baru balik dari pendidikan di england jadi jarang jemput kala." balasku cangung

jayden menganguk, tapi alisnya yang terangkat belum turun seolah masih menaggih sesuatu untuk aku jelaskan. "pernah main sinetron?"ia bertanya dengan hati-hati

FUCK,

I DUNO, BUT I REALLY WANA CRYY RN.

kepalaku menggeleng dengan menunduk menahan tangis serta tawa yang bersamaan, air mataku ingin jatuh tapi tidak tahu mengapa. pemain sinetron loll, rasanya usahaku memainkan film action di hollywood dan terkenal tajam tidak memiliki prestasi apa apa di bandingkan pemain sinetron. "nooooo" balasku lemas, sedikit terisak juga.

"oh sorrryy, wajah kamu gak asing jaddi saya kira saya pernah lihat kamu di televisi?"

si ganteng ini punya ingatan yang buruk. "noooo, iam an actress but not pemain sinetron."

"so?"

"so u can find about me by your self. i cant tell you." ujarku masih sesengukan dengan lemas,sedikit badmood di sebut pemain sinetron, tanganku bahkan mengengam pagar di samping kami untuk menopang tubuhku yang lemas. sialan pemain sinetron. walau begitu rasa suka ku padanya sepertinya belum menurun.

YEAAAH WHY NOTT? IS THERE ANYBODY WHO DOESNT LIKE HIM? JUST NEED A ONE SLIGHT, I BET EVERYONE INSTANTLY FALLIN WITH HIM! Dan aku termasuk diantara deretan orang orang itu. He's beauty is incomparable. andai saja jika dia tidak mengataiku pemain sinetron, aku akan menancap gas kecepatan penuh untuk mengejarnya, tapi kini kepercayaan diriku di buat hancur oleh dua kalimat saja. Wah aku yakin sekali pemilik agensiku akan heboh ketika bertemu jayden, mendesak supaya jayden ikut masuk dalam agensi kami.

Aku mulai menarik nafasku dalam dalam, "emm lebih baik kita ke Kala? kayaknya Kala udah nunggu?" tanyaku di sela sela isakanku.

pria ini mengangguk dengan senyuman rasa salahnya, still innoncent. "maaf tidak mengenalimu, saya buruk dalam mengingat wajah orang. tapi kalau kamu memang actress make sense sih everyone in here start staring to us."

Wah, perkataanya ada benarnya juga setelah ku perhatikan lebih dalam, beberapa orang mulai melirik ke arah kami dengan ekor matanya, aku sih sedikit santai akibat penyamaranku sudah begeitu menutupiku, salah satu alasan semua orang menatap ke arah kami BECAUSE OF HIM, terlalu naif sampai tidak sadar bahwa dirinya tampan.

Jayden mengajak kami untuk segera masuk ke dalam garasi dan menyusul Kala. garasi terlihat ramai sekali, banyak seluruh anggota tim di balik layar yang ikut turun ke garasi untuk mencoba mengambil evaluasi hasil latihan hari ini. Kami berdua berjalan ke arah Kala dan teman setimnya berkumpul, mudah mencari kala diantara manusia lainya, seragam nya terlalu mencolok—merah menyala, mobilnya juga mencolok. Jadi ketika harus mencari Kala dan teman setimnya cari saja yang warna mencolok dengan lambang kuda jingkrak, sudah di pastikan Kala disana. Ada banyak teman setimnya, tiga dengan kala, lalu anggota staff manager ferrari lainya yang ikut berkumpul disana. Mereka semua menggunakan atribut merah setidaknya satu dalam tubuhnya, kini aku dengan masker merah menyala serta Jayden yang mengunakan jaket merah akan mulai bergabung.

Pak Alderizo, ketua federasi Ferrari di indonesia mulai menyadari keberadaanku, bapa bapa paruh baya asal itali indonesia itu tertawa bak santa clause saat menyambutku. Berbeda dengan Kala yang memicingkan matanya kepadaku dan jayden secara bergantian, senyumnya mengembang dengan licik.tapi aku tidak peduli, aku ingin pulang dan tertawa sendiri.

aku sudah terlalu lemas dan ingin sekali menceritakan hal ini pada celine, wtf pemain sinetron. HELL, I REALLY WANNA CRY AND LAUGH AT TEH SAME TIME. BICTHHH THAT PEMAIN SINETRON. lol.

"kala, lets go out, eat, hurry up." ujarku dengan lemas, memukul pundaknya untuk segera pergi. rasanya benar benar di pukul oleh paku bumi, pemain sinetron kini menjadi trending topik di kepalaku.

kala untungnya menangkap kodeku untuk segera pergi, ia mengangguk sebelum menoleh pada jayden "bang jayden ayo bang!"

aku melirik jayden melewati ekor mataku, ia menggeleng dengan ramah. "di suruh ke kantor dulu, duluan aja kala."

"oke bang, duluan ya."

PEMAIN SINETRON, aku mengusap wajahku dengan kasar.

kini seperti menaiki rollercooster, beginilah jika jatuh jika hanya melalui tampang.

Anehnya aku terus memikirkanya, jayden tidak bermaksud menyebutku seperti itu, tapi entah kenapa rasanya sayang di buat hancur kepercayaan diriku, aku tetap ingin melihat wajahnya, candu dalam anganku.


______

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro