01. Aunt Marge

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Warn : Perubahan Timeline berlaku disini. Mungkin awal cerita akan sama, namun tahun kedua Harry dan tahun pertama Lily bukan di timeline Chamber of Secret tetapi Prisoner of Azkaban.

"Harry~"

Harry bahkan baru menyentuh selangkah rumah kediaman keluarga Dursley saat Lily segera menerjang dan memeluknya dengan erat. Meskipun Harry selalu mengirimkan surat padanya setiap dua minggu sekali menggunakan burung putih miliknya bernama Hedwig, tentu ia ingin bertemu dengan Harry secara langsung.

Terutama karena sejak kemarin, Tom sama sekali tidak membalas tulisan yang ia berikan di buku tersebut. Ia cukup kesepian karena itu. 

"Hei Lily, kau sudah semakin tinggi sejak tahun lalu," Harry tersenyum dan mengusap kepala Lily dengan lembut. Lily mengangguk senang, ia memang tidak sabar menunjukkan jika ia sudah bertambah tinggi dan dewasa sejak Harry meninggalkan rumah itu.

"Kau belum melihat kamar yang kita tempati bukan? Mereka memodifikasi kamar Dudley yang lama. Sedikit sempit dengan ranjang dua, tetapi sangat nyaman daripada berada dibawah tangga," Lily membiarkan Harry masuk. 

"Kau sudah datang? Tidak ada sihir yang kau bisa lakukan disini atau aku tidak akan membiarkanmu dan Lilliane pergi ke sekolah itu."

"Aku mengerti paman, lagipula kami tidak boleh menggunakan sihir diluar sekolah," Harry mengangguk dan masuk ke dalam. Lily membawa sangkar Hedwig dengan riang dan menaiki tangga ke kamar yang ia tempati bersama dengan Harry mulai hari itu.

¹¹¹

"Ini," Harry berbisik sambil menunjukkan sesuatu dari balik selimut. Malam itu, tampak Lily tidur satu ranjang dengan Harry karena tidak ingin meninggalkan sisi kakaknya. Mereka diam-diam karena Paman Dudley tidak akan memperbolehkan benda sihir dipertontonkan di rumahnya.

"Apa ini?"

"Foto ayah dan ibu," Lily membulatkan matanya, ia tidak pernah memiliki foto ayah dan ibu mereka. Gelap sekali ruangan saat itu namun Paman Dudley tidak akan memperbolehkan mereka menggunakan listrik terlalu lama. Harry melihat Lily yang kesusahan tampak tersenyum dan mengambil tongkat di dekat ranjang mereka.

"Lumos," Harry berbisik dan mengayunkan tongkatnya. Sinar yang cukup terang terlihat disana, Lily terkesan dengan sihir pertama yang ia lihat dari Harry. Harry memang sering menceritakan mereka mempelajari beberapa mantra, "lihat."

Lily menoleh pada foto yang ditunjukkan oleh Harry, ia bisa melihat foto dari sepasang suami istri dengan satu bayi yang digendong oleh wanita tersebut. Tampak juga perut wanita itu besar, sedang mengandung. Lily bisa melihat persamaan dirinya saat melihat wanita tersebut.

"Mom," Lily mengusap wajah di foto ibunya. Ia bisa melihat bagaimana Bibi Petunia selalu mengatakan jika ia sangat mirip dengan ibunya Lily. Selain warna mata yang mengikuti ayahnya, hampir 80% wajah ibunya menurun padanya.

Suara langkah cepat membuat Harry mematikan cahaya di tongkat tersebut. Lily segera bergerak cepat berpura-pura tidur sepersekian detik sebelum pintu terbuka dan Paman Vernon membukanya. Sepertinya cahaya dari tongkat Harry membuat Paman Vernon terbangun. Lily mencoba menahan tawa saat pamannya terlihat heran, Harry meletakkan telunjuknya didepan bibirnya.

Mereka mengulangi hal itu selama beberapa saat sebelum Lily dan Harry tampak lelah sendiri menahan tawa.

¹¹¹

Lily pagi itu tampak baru bangun dan menguap beberapa kali, ia akan menghabiskan waktu hari ini bersama dengan Harry setelah satu tahun hampir ia menunggu. Ia baru saja akan melangkah melewati telpon rumah keluarga Dursley saat suara dering terdengar nyaring. Lily melihat Pamannya masih bersiap makan, ia mengangkat telpon.

"HALO? HALO? BISAKAH KAU MENDENGARKU?"

Suara keras itu terdengar sangat nyaring membuat Lily menjauhkan telinganya, "I-INGIN-TO-BICARA-TO-HARRY-POTTER!"

Lily bahkan bisa mendengar suara itu dengan jelas dari beberapa meter ia menjauhkan telpon di tangannya. Ia baru saja akan mendengarkannya lagi saat Paman Vernon datang dan merebut telpon itu begitu saja.

"SIAPA INI!?" dia meraung kearah corong, "KAMU SIAPA?!"

"RON-WEASLEY!" pemuda bernama Ron itu balas berteriak seolah dia dan Paman Vernon sedang berbicara dari ujung lapangan sepak bola yang berlawanan, "AKU-SEBUAH-TEMAN-DARI-HARRY-DARI-SEKOLAH-"

Lily hanya mendengar sepatah dua patah kata, namun ia bisa menyimpulkan jika Ron Weasley adalah teman Harry dari Hogwarts. Mata kecil Paman Vernon berputar kearah Harry yang baru saja turun dan terpaku pada tempatnya.

"TIDAK ADA HARRY POTTER DISINI!" dia meraung, sekarang memegang gagang telpon sejauh lengannya seolah takut itu akan meledak, "SAYA TIDAK TAHU SEKOLAH YANG ANDA BICARAKAN! JANGAN PERNAH MENGHUBUNGI SAYA LAGI! JANGAN DATANG DEKAT KELUARGA SAYA!"

Dan ia melemparkan gagang telpon kembali seolah menjatuhkan laba-laba beracun.

"BERANINYA KAU MEMBERIKAN NOMOR INI KEPADA ORANG-ORANG SEPERTI-SEPERTIMU!"Paman Vernon meraung, menyemprot Harry dengan ludah. Ron jelas menyadari bahwa ia telah membuat Harry mendapatkan masalah, karena ia tidak menghubungi lagi. Lily mendengar cerita tentang dua sahabat itu, satunya berasal dari keluarga Muggle dan merupakan penyihir terpintar disana. Hermione Granger.

Sayangnya, Hermione tidak menghubungi juga selama berminggu-minggu ini. Dan ia mengira jika itu karena Ron memperingatkan Hermione untuk tidak menghubungi Harry dulu. Beruntung Lily ada bersamanya, mereka menghabiskan 5 minggu untuk berbicara, melepas rindu selama 1 tahun lamanya tidak bertemu.

Hingga suatu malam, waktu menunjukkan pukul 12 malam Lily terbangun dan melihat Harry tidak ada di ranjangnya. Ia mengerjap pelan, melihat jam di samping ranjangnya dan berjalan mencari Harry, menemukannya di salah satu jendela yang terbuka.

Sepertinya menunggu Hedwig yang sudah absen dari sangkarnya selama 2 malam. Namun Harry tampak tidak begitu peduli dengan itu. Ia bilang Hedwig akan kembali jika menurutnya ia harus kembali. 

"Hedwig belum kembali?" Harry menoleh dan menemukan Lily yang menguap dan berjalan menghampiri membawa bantal miliknya. Harry tersenyum dan menggeleng pelan. Mereka berdua menikmati malam itu selama beberapa saat, sebelum Lily menoleh kearah jam dan tersenyum.

"Selamat ulang tahun Harry," Harry baru menyadari jika itu adalah ulang tahunnya. Ia berterima kasih pada Lily, dan kembali menatap langit malam itu hanya untuk menemukan siluet melawan bulan keemasa yang tumbuh lebih besar setiap saat. Sesosok makhluk besar mengepak kearah Harry dan tenggelam semakin rendah. 

Bukan hanya satu, tetapi tiga burung hantu ada di dekat mereka. Satu tidak sadarkan diri. mereka mendarat dengan flump lembut di tempat tidur Harry, dan burung hantu tengah yang paling besar berwarna abu-abu terjungkal ke kanan dan berbaring tak bergerak.

"Burung milik Ron," Harry menjawab pada Lily yang heran dengan burung aneh itu. Tampak bungkusan besar diikat di kakinya. Lily kasihan pada burung itu segera berlari dan melepaskan ikatan kabel itu, melepaskan bingkisan yang dibawa kemudian membawa burung hantu itu kedekapannya.

Ia mengambil tempat minum Hedwig di dalam sangkar, membiarkan burung hantu bernama Errol itu untuk meminumnya. Tentu dengan segenggam kacang sebagai makanan upah. Satu burung hantu lain adalah Hedwig yang membiarkan Errol meminum minumannya dan mengambil sedikit makanannya. 

Namun, baik dirinya atau Harry tidak mengetahui burung hantu ketiga, yang kuning kecokelatan. Namun ia segera tahu saat melihat surat dari Hogwarts untuknya dan juga paket ketiga.

Setelah selesai dengan upahnya, Errol dan burung hantu ketiga mengepakkan sayapnya dan pergi dari sana menuju malam. 

"Apakah hadiah ulang tahunmu?"

"Kurasa," Harry membuka perlahan kertas cokelatnya, menemukan hadiah terbungkus emas dan kartu ulang tahun. Dengan cepat ia melihat foto bergerak itu, sebuah koran yang menunjukkan jika keluarga Weasley memenangkan hadiah sebulan ke mesir. 

"Ini temanmu?" Lily menunjuk kearah gambar Ron, anak seumur Harry yang tampak membawa seekor tikus, "ew, ia membawa tikus?"

"Kita bisa membawa hewan peliharaan selain burung hantu. Kau ingin membeli hewan peliharaanmu nanti di Diagon Alley Lily?"

"Kurasa aku tidak ingin menghabiskan uang lebih banyak Harry."

"Jangan pikirkan masalah itu, ayah dan ibu sudah memikirkannya sebelum kita lahir," Lily memiringkan kepalanya bingung, namun pada akhirnya mengangguk. Ia bercerita bagaimana ia inginkan seekor burung juga. Tetapi tidak burung hantu. Ia ingin burung yang berukuran lebih kecil.

Harry mendengarkan sambil membuka hadiah dari teman-temannya. Ia menemukan Sneakoscope dari Ron yang bisa digunakan untuk melacak seseorang yang tidak bisa ia percaya. Lalu, ada juga sebuah tas kulit hitam yang ramping dengan kata perak tertera diatasnya.

'Kit Servis Sapu'

Dari Hermione. 

Kali ini paket dari Hagrid juga surat dari Hogwarts yang mengatakan untuk ia meminta tanda tangan wali untuk kunjungan ke Hogsmeade. Harry melihat itu dan menghela napas kecewa. Paman Vernon tidak akan mau menandatanganinya kapanpun.

"Kita tidak akan tahu jika tidak mencoba bukan?"

Harry memikirkannya, sebelum tersenyum dan mengangguk. 

¹¹¹

"Harry, Lily, buka pintunya."

Suara ketukan terdengar, Harry dengan cekatan berjalan dan membuka pintu depan mempersilahkan Paman Vernon untuk masuk. Lily menemani Harry di belakangnya kala itu. Bukan hanya Paman vernon yang masuk, namun juga kakaknya dan juga Bibi Petunia. 

"Paman Vernon, aku ingin kau menandatangani formulir ini."

"Apa itu?"

"Bukan apa-apa, hanya urusan sekolah," Harry menunjukkan kertas itu pada Paman Vernon yang tampak hanya menatapnya tidak tertarik dan menghela napas.

"Aku akan menandatanganinya nanti. Jika kau berperilaku baik," Harry tampaknya tidak begitu memikirkan akan mendapatkan jawaban itu. Ia tampak sedikit senang, akan melakukan apapun agar bisa mendapatkan tanda tangan itu, "yang harus kau lakukan, pertama. Kau akan menyimpan bahasa apapun yang berhubungan dengan dunia anehmu ketika kau berbicara dengan Marge. Dan kedua, karena Marge tidak tahu apapun tentang ketidaknormalanmu, aku tidak mau memberitahukannya, aku tidak ingin ada hal lucu selama dia disini. Termasuk adikmu. Kalian berdua berprilaku baik, aku akan menandatanganinya."

"Baiklah Paman Dursley."

"Oh, dan kami sudah memberitahu Marge bahwa kau menghadiri Pusat Aman untuk Anak Lelaki Kriminal yang Tidak Dapat Disembuhkan di St. Brutus."

"Apa?" Harry dan Lily berbisik sambil berteriak.

"Dan kau akan berpegang pada cerita itu Nak, atau akan ada masalah bukan hanya tanda tangan itu, namun sekolah anehmu itu," sembur Paman Vernon. Lily dan Harry tampak melihat satu sama lain sebelum menghela napas dan berjalan masuk ke ruang dapur.

"Ah, kalian masih ada disini," nadanya datar dan tampak menatap angkuh kearah kedua saudara Potter tersebut.

"Ya."

"Jangan bilang ya dengan nada tidak tahu berterima kasih itu," geram Bibi merge, "Sangat bagus Vernon dan Petunia menahanmu. Tidak akan melakukannya kalau jadi aku, kau akan langsung pergi ke panti asuhan, atau aku sudah buang kalian di depan pintu."

Harry dengan meledak-ledak mengatakan bahwa ia lebih suka tinggal di panti asuhan daripada bersama dengan keluarga Dursley, tetapi pikirannya tentang bentuk Hogsmeade menghentikannya. Lily sendiri juga berhasil menahan dirinya, entah sudah berapa lama Lily mendengar cacian itu dari saudara Paman Vernon ketika Harry tidak ada.

"Jangan menyeringai padaku!" seru Bibi Merge, "saya dapat melihat anda belum membaik sejak terakhir kali saya melihat anda. Aku tidak berharap banyak pada saudara perempuanmu yang tidak berpendidikan itu, ia tidak diajarkan tata krama dan juga pengetahuan seperti keponakanku yang manis."

Harry mengepalkan tangannya, Lily masih bisa menahan senyumannya sambil menahan tangan Harry yang sudah hendak mengepal kearah Bibi Merge, "kemana kau mengirimnya lagi, Vernon? Kuharap sekolah itu memberimu sopan santun."

"St. Brutus, ini adalah lembaga kelas satu untuk kasus-kasus tanpa harapan."

"Begitu," kata Bibi Marge, "apakah mereka menggunakan tongkat di St. Brutus nak?"

"Er," Harry tampak melihat kearah Paman Vernon yang memberikan isyarat anggukan singkat di belakang punggung Bibi Merge, "ya."

Kata Harry kemudian, merasa ia mungkin juga melakukan hal itu dengan benar, "sepanjang waktu."

"Luar biasa," kata Bibi Marge, "saya tidak akan memiliki omong kosong yang membosankan dan plin-plan tentang tidak memukul orang yang pantas mendapatkannya. Perontokan yang baik adalah yang dibutuhkan dalam sembilan puluh sembilan kasus dari ratusan kasus. Apakah kamu sering dipukuli?"

"Oh ya," kata Harry, "berkali-kali." Bibi Marge menyipitkan matanya.

"Aku masih tidak suka dengan nadamu, Nak," katanya, "jika anda dapat berbicara tentang pemukulan dengan cara bisaa, mereka jelas tidak memukul anda cukup keras. Petunia, aku akan menulis jika aku ajdi kamu. Jelaskan bahwa Anda menyetujui penggunaan kekuatan ekstrem dalam kasus anak ini."

Perbincangan setelah itu berjalan lancar hingga Harry meyakini jika ia bisa melewatinya dengan mudah. Harry perlahan mendapati dirinya memikirkan kehidupan disini tanpa dirinya. Paman Vernon dan Bibi Petunia biasa mendorong Harry untuk menyingkir. Bibi Marge, sebaliknya selalu menginginkan Harry dibawah pengawasannya, sehingga ia bisa mengeluarkan saran untuk memperbaikinya. 

Pekikan dari Bibi Marge sedikit membuatnya terdistrak saat Lily tidak sengaja menumpahkan Brandy di pakaian mahal dari Bibi Marge. Lily meminta maaf beberapa kali meski Bibi Marge masih tetap memarahinya.

"Lihat, ia sama sekali tidak terlihat memiliki sopan santun dan berpendidikan. Bagaimana jika ia kau kirim ke rumahku saja, aku akan mengajarkannya tata krama," Lily masih dengan tenang membersihkan pakaian Bibi Marge kala itu. 

"Kau tidak bisa menyalahkan dirimu sendiri atas apa yang terjadi pada anak-anak itu Vernon, jika ada sesuatu yang busuk di dalam, tidak ada yang bisa dilakukan siapapun tentang itu," Lily menahan Harry saat ia kembali sambil membawa sebuah gelas kosong bekas Brandy. Ia mengerti jika Harry marah mendengar itu. 

"Ingat Hogsmeade, jangan katakan apapun. Jangan lakukan apapun Harry," Lily berbisik dan menggelengkan kepalanya.

"Itu salah satu aturan dasar pemuliaan," lanjutnya, "anda melihatnya sepanjang waktu dengan anjing, jika ada yang salah dengan perempuan jalang itu, pasti ada yang salah dengan anjing itu--"

Pada saat itu, gelas anggur yang dipegang Bibi Marge meledak di tangannya. Pecahan kaca beterbangan ke segala arah dan Bibi Marge tergagap serta berkedip. Wajahnya yang besar kemerahan menetes.

"Ya Tuhan!" Bibi Petunia Terpekik, "Marge, kau baik-baik saja?!"

"Tidak perlu khawatir," gerutu Bibi Marge, mengepel wajahnya dengan serbet, "pasti meremasnya terlalu keras. Melakukan hal yang sama di Kolonel Fubster tempo hari. Tidak perlu repot Petunia, peganganku sangat kuat."

Lily dilain sisi tampak menahan Harry, mencoba untuk menenangkannya yang tampak tanpa sengaja menggunakan sihir pada Bibi Marge. Paman Vernon dan Bibi Petunia memandang Harry sudah dengan curiga, Lily mempercepat gerakannya untuk membersihkan piring dan gelas kotor tersebut.

"Hei," Lily memegang kedua tangan Harry dan memandang wajahnya lekat-lekat, "ingat untuk memikirkan Buku Pegangan Perawatan Sapu Lakukan Sendiri. Ingat bagaimana kau akan pergi ke Hogsmeade bersama teman-temanmu..."

"Aku lebih suka dengan anak laki-laki berukuran sehat," ia mengedipkan matanya pada Dudley yang sudah menghabiskan pai keempatnya, "kau akan menjadi pria dengan ukuran yang pantas, Dudders, seperti ayahmu. Ya, saya akan meminta lebih banyak Brandy Vernon."

"Dan sekarang kalian," dia menyentakkan kepalanya kearah Harry yang merasa perutnya mengencang. Ia tidak bergerak atau Bibi Marge akan mengalihkan perhatianya pada Lily. Ia terus mencoba mengingat Buku Pegangan.

"Yang ini terlihat kejam dan kerdil. Anda mendapatkannya dengan anjing. Saya pernah menenggelamkan Kolonel Fubster tahun lalu. Hal kecil yang kotor, lemah, dan rusak," Harry mencoba mengingat halaman dua belas bukunya Persona untuk Menyembuhkan Pembalik yang Enggan.

"Semuanya bermuara pada darah, seperti yang saya katakan. Darah buruk akan keluar. Sekarang, aku tidak mengatakan apa-apa terhadap keluargamu Petunia," ia menepuk tangan kurus Bibi Petunia, "tapi adikmu adalah telur yang buruk. Mereka muncul dalam keluarga terbaik, lalu lari dengan sampah dan merekalah hasilnya. Tepat didepan kita."

Harry menatap piringnya, telinganya berdenging lucu. Pegang ekornya dengan erat, pikirnya. Tapi ia tidak bisa mengingat apa yang terjadi selanjutnya. Suara Bibi Marge sepertinya membosankan untuknya seperti salah sat latihan Paman Vernon.

"Lalu pria itu, Potter itu penganggur. Tidak berguna, pemalas yang malas--"

"Tidak."

"Harry," Lily menghentikan Harry yang tampak membalas omongan dari Bibi Marge. Meja sangat sunyi, seluruh tubuh Harry gemetar. Ia terlalu marah untuk hanya diam saja.

"LEBIH BANYAK MERK!" kali ini Lily berterima kasih pada Paman Vernon yang mencoba mengalihkan pembicaraan dengan wajah yang pucat pasi, "Lily, bawa kakakmu untuk pergi tidur."

"Tidak Vernon," Lily baru saja mengangguk dan akan membawa Harry keluar saat Bibi Marge menatap kearah Harry dengan tatapan menantang, "ayo nak, bangga dengan orang tuamu bukan? Mereka pergi dan terbunuh dalam kecelakaan mobil. Kurasa dalam keadaan mabuk."

"Ayahku bukan seorang pemabuk. Dan mereka tidak mati dalam kecelakaan mobil!"

"Mereka tewas dalam kecelakaan mobil, dasar pembohong kecil yang jahat. Dan membiarkanmu menjadi beban bagi kerabat mereka yang baik dan pekerja keras," Bibi Marge tampak meninggikan suaranya.

"DIAM!" Bibi Marge sepertinya terlalu buta untuk melihat bagaimana lampu berkedip dibelakang Harry yang menatap garang kearahnya. 

"Biar kuberitahu satu hal," Bibi Marge baru saja akan membalas Harry saat ia melihat bagaimana jemari gemuknya semakin mengembung. Bukan hanya itu, namun wajahnya membengkak, dan tubuhnya menjadi seperti balon yang mengembang. Ia baru terlihat panik, terutama saat tubuhnya mengambang dan terbang semakin tinggi. Paman Vernon mencoba untuk menangkap Bibi Marge yang semakin tinggi keluar dari rumah dan melayang kearah langit.

"HARRY!" Lily berteriak sambil berbisik, menyusul Harry yang berlari menuju ke lantai 2. Ia membanting pintu kamar mereka dan menendang ranjang milik Lily dengan kesal. Lily membuka kembali lebih lebar pintu kamar, masuk dan mencoba untuk menenangkan Harry, "Harry, kau tahu bagaimana Bibi Marge bukan...?"

...

"Kemasi barangmu sekarang juga Lily," Harry membantu memasukkan pakaian milik Lily ke dalam koper yang ada didekat sana, ia juga mengemasi barang-barang miliknya. Lily tampak tidak begitu paham, namun dengan segera mengemasi barang-barangnya seperti yang diinginkan oleh Harry.

¹¹¹

"Harry, bagaimana dengan tanda tangan itu? Kau membutuhkannya, mungkin jika aku tidak jadi ke Hogwarts Paman Vernon akan memikirkannya dua kali," Lily mencoba untuk menahan Harry yang menarik tangannya turun kearah lantai satu dimana tampak Paman Vernon menunggu dengan wajah murka.

"KEMBALIKAN DIA SEKARANG!"

"Tidak, ia pantas mendapatkannya," Harry menatap dengan penuh tantang kearah Paman Vernon. Paman Vernon akan memukulnya saat Harry mengeluarkan tongkatnya dan mengancam kearah pria gemuk itu, "menjauh dariku dan adikku."

"Kau tidak boleh menggunakan sihir di luar sekolah."

"Ya? Coba saja."

"Mereka tidak akan membiarkanmu kembali sekarang. Tak ada lagi tempat yang bisa kau tuju," Paman Vernon tampak mendengus dan menatap balik Harry yang balik mendengus.

"Aku tidak peduli. Dimanapun, lebih baik daripada disini," Harry melihat Vernon yang tidak bisa lagi melawan, segera menarik Lily dan berjalan keluar dari rumah itu. 

¹¹¹

Di Magnolia Crescent, sepuluh menit dari rumah keluarga Dursley. 

Disanalah ia baru bisa menguasai emosinya dan berjalan lebih lambat karena mendengar Lily yang terlihat kesusahan untuk berjalan lagi. Ia menghela napas, berbalik dan melihat Lily yang susah membawa kopernya.

"Maafkan aku Lily, ini adalah tahun pertamamu ke Hogwarts dan aku malah mengacaukannya."

"Tidak apa Harry, lagipula Bibi Marge memang selalu keterlaluan seperti itu. Tetapi, sekarang kemana kita akan pergi?" Lily bukan bertanya tentang bagaimana mereka akan pergi ke Diagon Alley. Karena jika kakaknya Harry tidak bisa pergi ke Hogwarts dan dalam keadaan seperti ini, tentu saja Lily tidak akan pergi juga.

Harry melihat Lily yang memeluk lengannya dan mengusapnya. Malam itu memang dingin.

"Sesuatu tidak benar... ada yang salah disini Harry," Lily duduk di pinggir jalan dan Harry duduk disampingnya. Lampu jalan berkedip, angin berhembus semakin kencang membuat ayunan di belakang mereka tampak berdecit begitu juga dengan yang lainnya.

"H-Harry," Lily berbisik, menarik pelan lengan pakaian Harry saat ia melihat seekor anjing hitam besar yang ada diantara semak dedaunan. Harry berdiri, siap dengan tongkatnya kala itu. Ia baru saja akan mengusir saat suara klakson dari bus terdengar bersamaan dengan lampu terang dari bus yang entah sejak kapan bergerak cepat didepan mereka.

"Selamat datang di Bus Kesatria, transportasi darurat untuk penyihir perempuan dan laki-laki yang tersesat," salah satu orang disana tampak membacakan text di dalam kertas kecil dengan nada datar, "namaku adalah Stan Shunpike dan aku akan menjadi kondekturmu malam ini."

Harry dan Lily bertatapan.

¹¹¹

Perjalanan menggunakan bus itu menurut Lily sangat menarik. Meskipun menyeramkan, namun Lily menikmatinya sambil duduk di salah satu ranjang yang bergerak karena kecepatan bus yang tidak masuk akal. Harry sendiri kewalahan karena ia berdiri, sebelum Lily menariknya duduk di ranjang yang sama dengan yang ia duduki.

"Lihat Harry, koran itu bergerak seperti foto ayah dan ibu."

Harry menoleh pada koran yang dibaca oleh Stan, namun bukan gambar bergerak yang membuatnya tampak terdistrak, namun headline dari koran tersebut. 

Kabur dari Azkaban.

Dengan foto dari seorang pria berambut ikal sebahu yang menyeramkan. 

"Siapa itu?"

"Siapa?" Stan menoleh pada halaman yang dituju Harry, "siapa dia? Itu adalah Sirius Black. Jangan bilang kau tak pernah mendengar tentang Sirius Black."

Harry dan Lily menggeleng.

"Ia adalah seorang pembunuh. Ia dikurung di Azkaban karena itu membunuh 13 Muggle dengan sihirnya, juga karena ia adalah pengikut setia dari Kau-Tahu-Siapa."

Lily melihat kearah Harry, tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Stan dan siapa itu kau-tahu-siapa. Namun yang Lily tahu, Harry mengenal siapa yang disebut oleh Stan. Sesuatu yang akan ia tanyakan nanti saat ada waktu untuk mengobrol dengannya.

"Leaky Cauldron. Pemberhentian berikutnya, Knocktrun Alley."

Beberapa menit setelah itu, tampak bus berhenti di salah satu bangunan yang tampak seperti bar. Seorang pria tua bungkuk dan botak seolah tahu akan kedatangan mereka menghampiri dan tersenyum seramah yang bisa ia lakukan.

"Mr dan Miss Potter, akhirnya kalian datang juga."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro