13. Di Ujung Tanduk

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kabar mengenai ada seorang manusia yang ditangkap oleh penjaga menyebar dengan cepat, semua penduduk elf meminta kepala desa untuk menghukum dan menginterogasinya.

Bahkan beberapa penduduk elf menginginkan eksekusi langsung, saking bencinya mereka kepada ras manusia.

Mendengar banyaknya protes yang masuk, membuat kepala desa harus bertindak cepat. Padahal belum satu jam dia mendengar kabar ini dari penjaga di luar, namun banyaknya penduduk elf yang resah membuat situasi semakin tidak terkendali.

Kepala desa meminta para penjaga untuk membawa manusia itu ke alun-alun, dia meminta agar manusia itu diikat di tiang pancang dan di bawahnya akan dipersiapkan kayu bakar.

Rencananya dia akan melakukan interogasi terbuka, kalau dia memang ketahuan adalah mata-mata, maka proses selanjutnya adalah eksekusi berupa pembakaran hidup-hidup.

Kepala desa segera datang ke alun-alun, sudah banyak elf yang hadir di lapangan, para laki-lakinya membawa senjata tajam, mereka berniat untuk menguliti dan mencincang manusia itu sebelum pembakaran.

Padahal interogasi belum berjalan, kepala desa menyadari bahwa interogasi akan berjalan alot jikalau para elf sudah terbakar emosi duluan.

Dia memberikan titah kepada para penjaga untuk memundurkan penonton paling jauh seratus meter dari lokasi, sekaligus meminta penjaga untuk membuat barikade agar tidak ada orang yang menerobos.

Datanglah manusia itu dengan dibawa oleh penjaga dengan tangan dan kaki terikat, dia diperlakukan sangat buruk bahkan sebelum keputusan diperoleh.

Mereka masih belum tahu apakah manusia itu adalah mata-mata atau bukan, namun sebagian besar penduduk elf sudah membulatkan tekad bahwa manusia itu harus mati sekarang juga.

Manusia itu diikat di tiang, dengan telanjang dada, dia hanya bisa pasrah dengan seluruh kejadian di depannya.

"Bunuh manusia itu!"

"Sudahkah kalian lupa, kaum kita dibunuh dan diperbudak oleh mereka!"

Protes yang dilontarkan membuat penjaga juga ikut terpengaruh dan mulai melonggarkan penjagaannya.

Kepala desa mengetahui bahwa interogasi ini akan sangat berbahaya, tetapi dia tidak memiliki opsi lain untuk saat ini, dan memulai perkara ini.

* * * * *

Meski sudah diikat di tiang pancang sambil bertelanjang dada, tidak membuat Baha gentar. Saat ini dia berpikir dengan sungguh-sungguh bagaimana cara dia melepaskan diri dari situasi ini.

Mau tidak mau, dia harus memenangkan duel mulut dengan kepala desa, dan mencari kata atau kalimat yang bisa mengambil hati banyak orang.

"Aku adalah kepala desa, di desa persembunyian elf, boleh kutau siapa namamu?"

"Baha, panggil aku Baha."

Baha berkeringat dingin karena gugup, dia bahkan hampir tidak bisa berkata-kata karena aura intimidasi dari penduduk elf.

"Ceritakan kronologi lengkap, bagaimana kau bisa mengetahui lokasi persembunyian kami."

Baha agak bingung dengan maksud kepala desa, namun menjawab dengan jujur semua pertanyaan yang dilontarkan.

"Kau bilang, kau penasaran karena baru pertama kali melihat elf, jadi kau mengikutinya sampai kemari?"

"Benar, dan elf tadi adalah salah satu orang yang pertama kali aku temui setelah sampai di wilayah ini. Sebelumnya aku tidak menemukan penduduk asli dari ras manapun."

Kepala desa mencoba menenangkan penduduk, situasi semakin tidak kondusif.

"Katakan dengan jujur, apa alasanmu kemari, apakah kau mata-mata kerajaan. Aku tidak bisa menahan amarah publik lebih lama lagi, aku akan menyelamatkanmu, katakan dengan segera."

Kepala desa menekan Baha, Baha bergidik ngeri untuk beberapa saat, dia benar-benar korban yang terjebak dalam situasi ini.

"Sudah kubilang bahwa aku cuma ingin menanyakan lokasi dimana aku berada kepada elf yang lewat itu! Namun, kalian langsung menangkapku dan ingin mengeksekusiku tanpa adanya bukti."

Baha tidak ingin kepala desa memainkan ritme percakapan, dia harus bertindak proaktif.

"Kalaupun aku seorang mata-mata, kalian tidak bisa membunuhku. Karena kalau kalian membunuhku pasti kerajaan akan mengetahui lokasi kalian karena kerajaan telah menanamkan sihir pelacak di badanku! Mereka bisa mengetahui tentang lokasi persembunyian kalian!"

Baha semakin terdesak, sampai-sampai dia mengarang cerita.

"Semoga di dunia ini ada konsep sihir," batinnya.

Semua penduduk yang mendengar perlataan Baha mencoba menghentikan penduduk lain yang terbakar emosi, meminta mereka untuk tidak mengambil keputusan tergesa-gesa.

Apa yang Baha ungkapkan masuk akal, sehingga membuat para elf berpikir.

"Semua ini percakapan sia-sia kalau kau tidak menunjukkan bukti apapun. Apa yang bisa kau lakukan untuk membuktikan bahwa kau bukan orang kerajaan?"

Pertanyaan yang Baha takuti muncul, kalau berbicara masalah bukti, dia sama sekali tidak memilikinya.

"Umm... Aku tidak mengenal nama kerajaan, raja, bahkan dunia ini..." Baha meneguk ludahnya.

"Itu tidak membuktikan apapun," ujar Kepala desa dengan wajah dingin.

Baha memutar otaknya, sembari melihat kesekitarnya, siapa tahu dia menemukan jawaban dari kesulitannya.

Mata Baha menegang tatkala melihat sesuatu yang bisa menjadi bukti otentik bahwa dia bukan orang kerajaan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro