1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika terbangun dari nyaringnya suara telepon, entah siapa yang meneleponku pagi-pagi begini, sepertinya aku sedang bermimpi sangat indah. Sangat-sangat indah. Sampai-sampai aku tidak ingin terbangun dari mimpiku!

Di dalam mimpiku, aku menjadi diriku sekitar dua belas tahun yang lalu. Aku masih gadis kecil yang bertatapan polos dengan wajah yang segar. Sangat cantik, imut, dan segar. Tidak seperti diriku yang sekarang akan berumur dua puluh lima tahun. Berkulit putih, namun kusam. Kantung mata tampak menggantung. Dan mempunyai lingkaran hitam di mata persis panda.

Di dalam mimpi itu aku bertemu dengan cinta pertamaku. Aku mengamati dia sedang menerangkan aksara-aksara China dengan sabar dan suara lembut di sebelahku. Tangannya merangkulku agar aku mendekat ke tubuhnya dan terciumlah aroma mint dari tubuhnya.

Tak beberapa lama, dia berhenti dan menatapku dalam. Entah apa yang dipikirkannya, dia mendekati wajahku. Sepertinya untuk menciumku.

"Naegae ippo boinda." Terdengar ringtone handphone ku yang terus berdering.

ARRGGHH!!! Kenapa harus di saat yang bagus kau harus berdering handphone ku, sayang?!

Aku tidak dengar! Aku tidak dengar! Teriak diriku di dalam diriku. Berusaha untuk menghipnotis diri agar aku tertidur kembali dan momen langka di dalam mimpiku itu berlanjut. Akan tetapi, bayangan di mimpiku tidak bisa diajak kerjasama walaupun untuk sebentar saja. Bayangannya menghilang seperti momen dua belas tahun lalu. Hilang begitu saja dalam ingatannya, tetapi tidak dalam ingatanku.

Aku memejamkan mata sejenak. Melukiskan wajahnya yang mulai kabur karena aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Ketika wajah lamanya sudah terbayang dalam ingatanku, jantungku kembali berdetak sangat keras dan cepat.

"Kapan aku bertemu kembali dengannya, Tuhan?" batinku dan seketika itu juga air mata kembali menetes.

Suara ringtone ponselku lagi-lagi kembali berbunyi. Dengan malas dan dengan masih mata terpejam, aku meraba-raba nakas yang ada di sebelah kasurku tepat dan akhirnya mendapatkan teleponku.

Aku belum sempat mengucapkan kata "halo", si penelepon sudah berteriak duluan. "Heh, kenapa kau tidak mengangkat teleponku?! Kau sudah tak ingat kalau punya teman, hah?!" Mendengar teriakannya yang super keras itu, langsung membuatku sakit dan berdenging.

Tiga orang yang berani terang-terangan meneriaku di dunia ini adalah bos, orang tua, dan sahabatku. Lee Yura. Dan itu adalah telepon dari Lee Yura. Teman masa kecil sekaligus teman laknat yang ku punya.

"Maaf, bukannya aku mengabaikanmu. Aku baru bangun dan aku mau mandi."

"HAH, ANAK PEREMPUAN KOK BANGUN SIANG-SIANG?! DASAR PEMALAS!!" teriak Lee Yura lagi.

Pip!

Saluran telepon pun diputus sepihak oleh dia. Terserah dia, terserah. Sebahagianya dia.

Begitu saluran telepon sudah terputus, aku berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Sempoyongan antara setengah sadar karena baru bangun tidur dan bekas mabuk tadi malam. Asal tahu saja, tadi malam aku meminum tiga botol soju karena suasana hatiku tiba-tiba memburuk tanpa alasan yang jelas. Untung saja walaupun aku mabuk, aku bisa berjalan sendiri ke apartemenku dengan sukses tanpa berbuat ulah seperti orang-orang mabuk pada kebanyakan orang.

Sesudah air shower menghujani tubuhku, baru diriku sepenuhnya sadar. Memikirkan mimpiku tadi, membuatku kembali galau dan ingin meminum soju lagi. Walaupun hanya segelas kecil. Tapi ibu tidak memperbolehkanku untuk minum soju di hari yang cerah. Lagipula sebentar lagi aku berangkat kerja. Mungkin nanti malam saja jika tidak ada lembur.

Aku mandi sambil berteriak dan menari-nari seperti orang gila. Aku juga menyanyi di dalam kamar mandi dan suaraku yang keluar dari pita suaraku terdengar sangat bagus! Terdengar seperti penyanyi profesional! Terdengar seperti Ailee! Sepertinya semua orang harus tahu suaraku yang bagus ini agar bakatku tidak sia-sia!

Begitu semua orang tahu akan bakatku, aku akan direkrut oleh agensi terkenal di negaraku ini, menjadi trainee, menjadi solois ataupun idola, dan akhirnya mempunyai fansclub. Tapi aku tidak tahu nama fansclub yang cocok untukku. Apa namanya Chrismast saja, ya? Kan namaku Eve. Jadi Chrismast saja.

Baru aku menuangkan sabun cair berbau wangi ke badanku, telepon berbunyi lagi. Ck, kali ini Lee Yura meneleponku untuk apa setelah menganggu mimpi indahku?

Kali ini aku akan mengabaikan dia sampai benar-benar selesai mandi dan menikmati me time yang tidak akan pernah aku dapatkan setiap hari. Jujur, ini enak sekali.

Mungkin aku tak akan pernah tenang saat mandi karena teleponku berdering terus. Dengan cepat, demi kenyamanan me time-ku, aku membilas tubuhku dengan cepat, menyambar handukku yang ada di jemuran, dan langsung berlari ke arah teleponku diletakkan serta mengangkat telepon yang terus berdering itu.

"Heh, anak sialan! Kau menganggu me time-ku!!" itu adalah kalimat pertamaku untuk menjawab teleponnya. Kasar memang, tapi ini bahasa pertemanan kami jadi aku bisa apa?

Dulu awalnya aku adalah perempuan yang sangat lembut dan sangat polos. Tidak tahu apa itu berkata kasar, minum-minuman keras, pergi ke club malam, dan kenakalan lainnya. Tapi semenjak aku bertemu dengan Lee Yura, diriku berubah seratus delapan puluh derajat. Entah setan milik Lee Yura yang lebih kuat ataupun aku memiliki bibit-bibit badung di dalam diriku. Atau mungkin keduanya.

"Heh, kenapa kau diam saja?! Kebelet boker huh?" tanyaku karena sedari tadi Lee Yura tidak berbicara sama sekali. "Atau mungkin kau kebelet kawin huh?!"

Dari seberang telepon masih diam saja dan perasaan tidak enak sejak awal aku berbicara kasar semakin kuat. Aku pun melihat layar untuk memastikan siapa yang meneleponku karena sepertinya bukan Lee Yura. Dan ternyata benar. Yang menelepon sekarang adalah ibuku. Bodohnya aku tidak melihat layar terlebih dulu sebelum mengangkat telepon.

"Hehehe, ada apa bu?" tanyaku seakan-akan tidak berkata apapun dan baru menerima telepon.

"Apa yang kau katakan tadi?! Apa?! Katakan sekali lagi di telepon setelah itu kau pulanglah dan katakan di depan ayahmu!" teriak ibu dari seberang telepon. Mendengar teriakan marah ibu, aku hanya meringis dan merutuki kebodohanku.

Ibu diam beberapa detik kemudian mengomel dengan suara yang sangat keras selama empat menit hingga telingaku memerah dan terasa sangat sakit. Tahan Eve, tunggu sepuluh menit lagi. Paling telingamu berdarah dan membengkak. Tenang.

Tapi baru enam menit mengomel, tiba-tiba saja ibu berhenti. Aku mengernyit bingung kenapa hanya sebentar mengomelnya. Dan perasaan khawatir merayapi diriku. Takut jika penyakit jantung ibu kambuh. "Ibu, ibu tidak apa-apa kan di sana?" tanyaku dengan nada yang khawatir. Sangat khawatir.

"Ibu tidak baik-baik saja!" teriak ibu lagi. "Ibu tidak baik-baik saja melihat putri ibu di usia yang cukup tua tapi masih belum punya suami atau pacar!  Kau normal atau tidak, hah?!"

"Jelas aku normal, bu. Aku saja suka Oh Sehun dan Kang Minhee. Bagaimana aku ini bisa tidak normal?" jawabku sambil menengok ke arah poster dua orang yang saat ini sangat aku sukai sejak sangat lama. Hanya suka tidak cinta.

"Pria-pria idol itu lagi?! Kapan kau menikah kalau seperti itu?!" ibu mengomel lagi dengan nada suara yang lebih keras. "Banyak anak teman-teman ibu yang sudah menikah dan punya anak, ibu ingin juga kamu seperti itu!"

"Lalu aku harus bagaimana, bu? Aku tidak sempat memikirkan pria saat ini karena aku sangat sibuk untuk bekerja," jelasku pada ibu. Siapa tahu ibu memberi solusi secara bijak. Dan jujur itu adalah fakta aku tidak bisa berkencan ataupun hanya memikirkan pria. Pekerjaan ku sangat menumpuk!

Bukannya memberikan solusi, ibu malah memutuskan secara sepihak. "Kau tidak perlu bekerja hari ini! Lee Yura sudah menyerahkan surat pengunduran dirimu dari ibu kemarin!"

Aku terkejut mendengar perkataan ibu. "Apa?! Bagaimana bisa?!"

"Bisa saja," jawab ibu dengan enteng.

"Lalu bagaimana bisa aku membiayai hidupku jika aku tidak bekerja?" tanyaku dengan selembut-lembutnya atas tindakan nekat ibuku. Kurasakan pangkal hidungku berdenyut.

"Mana ibu tahu? Sudah ya, ayah akan pulang dari kantor dan ibu belum menyiapkan makanan. Selamat tinggal. Jaga diri. Uang pesangonmu sudah ditransfer ke rekeningmu."

Pip.

Lagi-lagi telepon diputuskan oleh secara sepihak. Tetapi kebingunganku masih berlanjut. Bagaimana ini? Aku masih nemiliki tagihan listrik, tagihan air, tagihan mobil, dan aku butuh makanan! Aku juga masih butuh shopping! Dengan hanya berbekal uang pesangon mana cukup?!

Astaga, ibu! Selalu saja memutuskan secara sepihak tanpa diskusi terlebih dahulu!

Setelah menerima telepon dari ibu, bel apartemenku berbunyi. Aku buru-buru menuju ke interkomku dan menyalakannya untuk mengetahui siapa yang datang sesiang ini.

Tidak mungkin Lee Yura. Karena perempuan itu bisa saja langsung menyelonong masuk ke apartemenku. Dia mengetahui password apartemenku. Aku mempercayai dia tidak akan mencuri di dalam apartemenku karena dia dan orang tuanya sangat kaya untuk melakukan hal-hal tercela itu. Dan di dalam apartemenku tidak ada dokumen rahasia. Jadi aman-aman saja Lee Yura mengetahui password apartemenku.

Di layar interkom yang menyala, ada penampakan cowok yang sangat tampan yang terbalut oleh jas serta kemeja putih mahal. Tak lupa rambutnya di sisir sangat rapi dan wajah tampan yang menghiasi. Sungguh pria itu pria yang seperti drama-drama yang sering aku tonton dan merupakan dambaan semua perempuan seumuranku maupun seluruh ibu-ibu!

Dia menatapku dan kemudian menyapaku sambil membungkukkan badannya.

"Annyeonghaseyo, saya Kang Hyunsu."

🐥TBC🐥

ANNYEONG!!!
Ini cerita baruku!!
Kalau kalian tanya kenapa aku jarang muncul, jawabannya di karya baruku ini

Semoga kalian bisa menyukai karyaku yang ini seperti pendahulunya, Lecturer.

Jangan lupa share, comment, dan vote biar authornya rajin lagi buat up💞

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro