[Todoroki X Chikin] Your Birthday Present

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Your Birthday Present
ⓒ chikindesu

Todoroki Shoto

Aka Chikin

"Hanya untuk hari ini, mari kita lakukan apapun yang belum pernah kita lakukan sebelumnya."

↪◆↩

   MENURUT gadis bernama Chikin itu, hari ini adalah hari paling membosankan yang pernah dia lalui seumur hidupnya.

Kenapa? Tentu saja itu semua karena di hari spesial dimana Chikin berulang tahun untuk yang ke-17, sosok pujaan hati yang dia harapkan bisa meluangkan waktu seharian penuh untuk merayakan hari ulang tahunnya ini justru kemarin siang terpaksa harus pergi meninggalkan Tokyo.

Sehingga mau tidak mau meninggalkannya sendirian di dalam rumah bersama dengan sebuah kotak berisi kue coklat kesukaan Chikin yang dipesan khusus oleh sang pujaan hati, Todoroki Shoto.

Chikin merasa senang karena meskipun Todoroki tidak bisa merayakan hari ulang tahunnya bersama, namun setidaknya pria itu masih menyempatkan waktu untuk membelikannya sebuah kue.

Namun pada saat itu Chikin tidak ingin memakan kuenya seorang diri.

Aneh memang, mengingat betapa sukanya gadis itu dengan makanan manis sehingga jarang sekali melihatnya bisa mau berbagi makanannya dengan orang lain namun kini justru malah menunggu kehadiran seseorang untuk menghabiskan kue itu bersama.

Mungkin alasan mengapa dia melakukan itu adalah karena Chikin tidak ingin merayakan hari ulang tahunnya seorang diri. Selain itu, dia juga masih berharap kalau pada hari ini Todoroki akan pulang.

Chikin memutuskan untuk terus menunggu kedatangannya jadi pada saat itu dia pun memasukan kue tersebut ke dalam lemari pendingin.

Gadis berambut merah itu menghela mapasnya sambil melihat ke arah jam dinding.

Waktu yang menunjukkan tepat pada pukul satu siang itu membuat Chikin berpikir, berapa lama lagi dia harus menunggu untuk bertemu dengan Todoroki?

Gadis itu benar-benar merasa bosan dan kesepian sekarang.

Dia juga baru akan pergi untuk merayakan hari ulang tahunnya bersama dengan teman-temannya nanti malam.

Jadi dia masih memiliki banyak waktu kosong sebelum pergi.

Namun lagi-lagi, apa yang harus dia lakukan?

Chikin juga bahkan sudah mencoba untuk menghubungi Todoroki berkali-kali namun panggilannya sama sekali tidak dijawab.

Puluhan pesan yang dia kirimkan juga masih belum terbaca.

Dan untuk pertama kalinya, Chikin sangat merasa kesepian dengan menghabiskan waktunya sendirian di rumah.

∵●∵

   PERASAANNYA kini jauh lebih baik dari beberapa jam yang lalu sepulangnya dia dari tempat dimana teman-temannya mengadakan pesta ulang tahun untuk dirinya.

Chikin merasa jauh lebih bahagia karena telah dibuat lupa dengan betapa sedih dan kesepiannya dia tanpa Todoroki ketika berada di dalam rumah.

Yah, meskipun memang sangat disayangkan karena kekasih hatinya itu tidak bisa hadir menemaninya di hari yang spesial ini.

Namun apa yang bisa dia lakukan? Sebagai kekasih juga, Chikin harus mengerti bagaimana keadaan Todoroki yang selalu dikekang oleh ayahnya untuk melakukan berbagai macam hal.

Karena bagaimanapun juga, Chikin harus mendukung dan memahami keinginan Todoroki yang ingin menjadi seorang pahlawan nomor satu.

Jadi keadaan seperti kemarin dimana Todoroki mau tidak mau harus pergi bersama dengan ayahnya Endeavor, seharusnya sudah bisa dia maklumi mengingat bagaimana sifat asli dari sosok ayahnya itu.

"Ah... aku lelah sekali," gumam Chikin sambil melepaskan sepatunya dan berjalan memasuki ruang tengah.

Karena teman-temannya tidak hanya mengajak Chikin pergi ke satu tempat saja untuk merayakan hari ulang tahunnya, jadi pada saat itu dia baru bisa pulang tepat pada pukul sepuluh malam.

Seandainya jika Todoroki ataupun orang tuanya ada di rumah, Chikin sudah pasti akan dimarahi karena hal itu.

Namun karena di rumah dia hanya sendirian saja, jadi tidak masalah jika dia ingin datang tengah malam sekalipun.

"Sekarang aku terlalu malas untuk melakukan apapun, jadi kurasa tidur adalah pilihan yang terbaik." Gumamnya pula sebelum akhirnya melangkahkan kedua kaki menuju kamarnya.

Namun tiba-tiba saja pergerakannya terhenti begitu merasakan ada kedua tangan kekar yang melingkar di sekitar pinggangnya.

Beberapa detik setelah itu juga dia dapat merasakan sebuah kecupan manis mendarat pada pipi; buatnya tersenyum begitu menyadari siapa gerangan orang yang telah melakukan hal tersebut padanya.

"Kau sudah pulang, Shoto?" Chikin meletakkan kedua tangannya di atas tangan Todoroki yang masih melingkar dengan erat di sekitar pinggangnya.

"Aku merindukanmu." Todoroki pun meletakkan dagunya pada bahu Chikin.

Kemudian dengan perlahan Chikin membalikan tubuhnya dan menghadap ke arah Todoroki.

Ah, betapa rindunya gadis itu dengan sosok pria yang kini telah ada di hadapannya ini.

Meski keduanya hanya tidak bertemu selama kurang lebih dua hari saja, namun mereka merasa seperti sudah tidak bertemu berbulan-bulan lamanya.

Lalu ketika pandangan mereka akhirnya dipertemukan, Todoroki pun membawa tubuh Chikin mendekat ke arahnya.

Sebuah kecupan manis pun mendarat pada kening Chikin, buat sang gadis kembali tersenyum karenanya.

Todoroki kemudian menempelkan keningnya pada Chikin dan menatap kedua iris dwiwarna milik gadis itu dengan lekat.

"Ngomong-ngomong, kau belum memakan kue dariku ya?" Tanya Todoroki sambil tersenyum tipis.

"...Ah, maaf."

"Hei, kenapa malah meminta maaf?"

"Aku tidak ingin memakan kuenya karena aku ingin menunggumu datang...."

"Ah... Chikin, maaf karena telah membuatmu menungguku...." Ucap Todoroki sambil membawa gadis itu masuk ke dalam pelukannya. "Pak tua sialan itu memang benar-benar menyusahkanku kemarin, lalu karena sudah muak dengan semuanya aku langsung kembali ke Tokyo agar bisa segera menemuimu."

Dengan perlahan pelukan itu dilepaskan, kemudian Todoroki mencakup kedua pipi Chikin dan mengelusnya dengan lembut.

"Aku harap kau tidak marah denganku."

Chikin pun memegang salah satu tangan Todoroki yang diletakkan pada pipinya, kemudian mengecupnya dengan lembut.

"Apa sekarang aku terlihat sedang marah? Aku mengerti dengan bagaimana keadaanmu, Shoto. Aku tidak akan pernah marah denganmu hanya karena hal itu." Jawabnya sambil tersenyum. "Ngomong-ngomong, daripada berdiam diri disini terus bagaimana kalau kita makan kuenya saja sekarang?"

Jauh di dalam lubuk hatinya, Todoroki benar-benar merasa lega karena ia tidak membuat Chikin marah karena telah meninggalkannya dengan tiba-tiba kemarin pagi.

Ia juga merasa sangat beruntung karena telah memiliki seseorang seperti Chikin di sisinya.

Baginya, gadis itu adalah seseorang yang selalu mengerti dengan bagaimana keadaan maupun perasaannya, dan seseorang yang bisa dijadikan tempatnya bersandar kapanpun dan dimanapun.

Pada hari ini, Todoroki ingin membuat sosok gadis yang ia cintai ini merasa bahagia dengan segala hal yang akan ia berikan.

Lalu dengan memberikannya sebuah senyuman yang khas, Todoroki pun menjawab, "Itu ide yang bagus."

Chikin tampak sedikit terkejut begitu melihat Todoroki memberikan sebuah senyuman yang jarang sekali bisa ia perlihatkan.

Sebuah rona merah yang tipis juga seketika muncul menghiasi kedua pipi gadis itu; membuatnya langsung mengalihkan pandangannya dari Todoroki.

"Ka─Kalau begitu, ayo kita memakannya sekarang!" Ucap Chikin, sedikit terbata kemudian perlahan melepaskan kedua tangan Todoroki dari pipinya dan segera berjalan menuju dapur untuk mengambil kue tersebut di dalam lemari pendingin.

Chikin meletakan kue yang pada awalnya tersimpan di dalam sebuah kotak itu ke atas piring putih besar yang telah dia siapkan sebelumnya.

Kemudian dia pun membawa piring berisikan kue coklat itu di atas meja makan.

Todoroki yang pada saat itu terlihat sedang menunggu di meja makan tersenyum tipis begitu kue tersebut Chikin letakan di atas meja.

Gadis itu pun mengambil tempat duduk di samping Todoroki, lalu dia mulai memperhatikan kue coklat berbentuk hati yang di atasnya terdapat tulisan 'Happy Birthday' serta dua buah lilin berbentuk angka 17 itu.

"Apa kau menyukainya?" Todoroki yang sedari tadi sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Chikin bertanya dengan senyuman tipis yang masih terpatri pada kedua sudut bibirnya itu.

"Ya."  Chikin menganggukan kepalanya sambil menatap ke arah Todoroki. "Aku sangat menyukainya."

"Senang mendengarnya kalau begitu."

"Oh iya, Shoto! Bisakah kau hidupkan lilinnya untukku?"

"Hm?" Todoroki kemudian mengalihkan pandangannya dan melihat ke arah kue tersebut. "Tentu saja."

Dengan perlahan, ia menggunakan jari tangan sebelah kirinya untuk mengeluarkan api kecil dan menghidupkan kedua lilin tersebut.

"Selesai."

"Baiklah! Kalau begitu, aku akan buat permohonan terlebih dahulu."

Seraya memejamkan kedua matanya, Chikin mengucapkan permohonannya di dalam hati. Lalu tak berapa lama setelah itu, dia pun kembali membuka matanya.

"Nah. Sekarang ayo kita tiup lilinnya bersama-sama, Shoto!"

"Iya."

"Dalam hitungan ketiga, kita tiup bersama. Satu... dua... tiga!"

Pada saat itu Chikin tersenyum puas begitu melihat lilinnya yang langsung mati karena telah ditiup oleh dirinya dan Todoroki.

Kemudian Chikin pun menatap ke arah Todoroki sambil tersenyum manis selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali melihat kue tersebut dan segera memotongnya menjadi beberapa bagian kecil.

Dengan perlahan Chikin mengambil salah satu bagian kue yang telah dipotong dan memberikannya kepada Todoroki.

Begitu mulutnya terbuka, Chikin pun menyuapkan kue tersebut kepada Todoroki.

"Bagaimana rasanya?" Tanya Chikin sambil menatap ke arahnya.

"Enak." Jawab Todoroki sambil mengunyah kue tersebut di dalam mulutnya.

Lalu pada saat itu giliran Todoroki yang mengambil potongan kue tersebut dan menyuapkannya kepada Chikin.

Kedua mata gadis itu terbuka sedikit lebih lebar begitu kue tersebut masuk ke dalam mulutnya. "Ini benar-benar enak, Shoto!"

"Baguslah kalau kau menyukainya, Chikin."

"Tentu aku menyukainya!" Chikin sedikit menganggukan kepalanya; masih mengunyah kue itu di dalam mulutnya. "Hadiah ulang tahun darimu adalah yang terbaik, Shoto!"

"Kau tau," Todoroki dengan perlahan meletakan salah satu tangannya pada pipi Chikin dan mengelusnya. "sebenarnya, aku masih mempunyai hadiah lain untukmu."

Mendengar hal itu, kedua iris dwiwarna Chikin langsung berbinar-binar dan dia menatap ke arah Todoroki penuh dengan antuasias.

Apakah ia membelikan lebih banyak kue coklat lagi untuknya?

Atau mungkin ia telah membuatkan sesuatu spesial untuknya?

Berbagai macam pikiran muncul di benak Chikin begitu dia mendengar kalau Todoroki memiliki hadiah lain untuk dirinya.

Dan ketika gadis itu baru saja ingin menanyakan hal tersebut kepadanya, tiba-tiba saja dia merasa ada sesuatu yang lembut menempel pada bibir.

Membutuhkan waktu selama beberapa detik baginya untuk menyadari bahwa pada saat itu Todoroki sedang menciumnya.

Meski pada awalnya Chikin merasa malu dengan perlakuan Todoroki yang sangat tiba-tiba itu, namun akhirnya dia memilih untuk membalas ciuman itu dengan perlahan melingkarkan kedua tangannya di sekitar leher Todoroki.

Ciuman yang awalnya hanya merupakan sebuah kecupan manis itu kini berubah menjadi sesi ciuman yang panas.

Chikin bahkan tidak melawan ketika Todoroki meminta akses lebih agar dapat memasukan lidahnya ke dalam mulutnya. Suara desahan lembut yang dikeluarkannya ketika lidah mereka saling terpaut itu juga jadi membuat Todoroki merasa semakin semangat untuk memperdalam ciumannya.

Todoroki dapat merasakan krim dari kue coklat yang tadi dimakan oleh Chikin ketika ia mulai mengecap seluruh rongga mulut gadis itu.

Manis sekali, pikirnya. Sekarang ia merasa jadi ingin melakukan hal yang lebih dari hal ini terhadap Chikin.

Namun tak berapa lama setelah itu, ciuman tersebut diakhiri oleh Chikin dengan sedikit mendorong tubuh Todoroki karena dia kekurangan napas.

Mau tidak mau Todoroki menjauhkan bibirnya dari milik Chikin dan meninggalkan sebuah untaian saliva yang jatuh menuruni dagu gadis itu.

Dengan napas yang masih terengah, Chikin menatap kedua iris dwiwarna Todoroki dengan lekat. Dan dari tatapan itu, Chikin tahu jika pada saat ini Todoroki ingin menciumnya lagi dan lagi.

"...A─Apakah ini yang kau maksud dengan hadiah lain yang ingin kauberikan...?" Tanya Chikin.

Todoroki sedikit menganggukan kepalanya. "Iya. Apa kau... keberatan jika aku melanjutkannya?"

Pada saat itu Chikin dapat merasa jika seluruh wajahnya memanas dan dia langsung mengalihkan pandangannya dari Todoroki untuk menyembunyikannya.

Namun beberapa detik kemudian, Chikin pun menganggukan kepalanya dan kembali menatap ke arah Todoroki.

"...Aku tidak keberatan─kyaah!"

Perkataannya terpotong karena pada saat itu Todoroki tiba-tiba saja langsung menggendong tubuhnya ala bridal.

"A─Apa yang kaulakukan, Shoto?!"

Todoroki hanya terdiam, tidak menjawab pertanyaan dari Chikin dan langsung melangkahkan kedua kakinya menuju kamar mereka.

Sesampainya di dalam, Todoroki pun merebahkan tubuh Chikin ke atas kasur dengan perlahan.

Rasanya jantung Chikin akan meledak pada saat itu juga ketika gadis itu melihat Todoroki berada di atas tubuhnya. Dan dia juga dapat melihat dengan jelas seringaian tipis yang terukir pada kedua sudut bibir sosok pujaan hatinya itu.

Pada saat itu, ketika pandangannya kembali dipertemukan dengan sosok pujaan hatinya, Chikin jadi sadar jika malam hari ulang tahunnya ini akan menjadi panjang sekali.

Dan tak membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya bibir mereka kembali dipertemukan. Kemudian dengan perlahan Todoroki pun mendekatkan mulutnya pada telinga Chikin untuk membisikan sesuatu.

"Sekarang, aku ingin kau menikmati hadiah ulang tahunmu ini, Chikin."

END

Iya, selamat ulang tahun dan selamat hari legal buat diri saya sendiri.

Saya puas dengan asupan yang saya buat untuk diri saya sendiri /IYA.

Udah, itu aja. Terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro