17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Sepertinya luapan amarah yang sempat menguasai Sherly lenyap entah ke mana. Bahkan dewi batinnya juga bertanya-tanya kenapa cepat sekali dia berubah bak bunglon minta kawin, seakan gadis itu bara api yang padam oleh guyuran air seperti Eric. Sherly memandang ke arah luar jendela dengan hati dongkol kenapa hatinya terlalu mudah luluh. Dia juga tidak mengerti hubungan macam apa yang dijalaninya sekarang. Selain itu, untuk pertama kali dia menolak ajakan kencan buta dari seorang kenalan Sandra. Lelaki berusia setahun lebih muda dari Sherly yang memiliki paras tampan seperti Ali Syakieb dan bekerja di perusahaan pertambangan.

Gue kayak buang berlian demi si kunyuk ini, batin Sherly. 

"Lo mau yang anget-anget enggak?" tanya Eric tiba-tiba ingin seporsi bakso yang dijajakan di pinggir jalan. Selain makanan pemersatu rakyat, bagi Eric semangkok bakso bisa memikat hati terlebih sewaktu kuliah dulu Eric dan Sherly sering makan bakso berdua sambil mengerjakan tugas. Mungkin saja mengulang kebersamaan mereka dulu bisa membuka pintu hati Sherly. 

"Terserah!"

Eric mesam-mesem menahan rasa gembira yang membumbung tinggi di dada. Seraya meminggirkan mobil di emperan jalan setelah melihat ada gerobak penjual bakso tengah melayani seorang pembeli. Tak berapa lama, ponselnya berdering menampilkan kontak 'Mami'. Eric langsung keluar dari mobil dan menjawab panggilan dari ibunya itu. 

"Ada apa, Mi?"

"Papi kamu sakit. Dia stres semenjak jadi tahanan kota," ungkap Eveline cemas.

Eric menghela napas, memijit keningnya dan berpendapat kalau kesalahan yang dilakukan Gatot memang terlampau fatal. Dia ingin sekali membalikkan pertanyaan kepada Eveline mengapa saat Gatot menggelapkan uang tidak merasakan stres? Atau tidakkah ada rasa simpati Gatot terhadap kalangan bawah ketika dia mengutil uang-uang tersebut?

Namun, Eric hanya memendam kalimat-kalimat itu dalam benak daripada menambah beban Eveline yang sekarang menjadi saksi karena di rumah mewahnya terdapat beberapa buku rekening juga tumpukan uang dalam brankas rahasia. Di siaran berita juga masih terus menyiarkan perkembangan kasus yang sudah merugikan negara juga kursi direktur Asa Sehat yang kosong dan belum ada kandidat yang menggantikan Gatot. 

"Beberapa aset udah disita sama polisi," tambah Eveline. "Mami enggak tahu kenapa Papimu bisa kayak gini. Kalau kamu ada waktu jenguklah dia, Ric."

Ah, ini tidak enaknya menjadi putra pertama keluarga Prasaja yang harus maju di saat masalah datang. Padahal masih ada adik kembarnya, Farrel dan Farah yang tinggal serumah. Apakah mereka tidak bisa menjalankan tugas sebagai anak? Manalagi Farrel merupakan manajer personalia yang lebih tahu seluk-beluk Gatot di perusahaan. Apakah adik lelakinya itu tutup mata dan telinga setelah Gatot memberinya jabatan?

"Mami baik-baik saja kan?" tanya Eric alih-alih mengkhawatirkan Gatot. 

"Enggak. Gimana mau baik kalau Papimu di penjara? Semua orang di rumah sakit juga ngeliat Mami beda," keluh Eveline. 

"Besok Eric pulang, ini lagi sama Sherly," kata Eric. 

"Apa! Sherly? Sherly mantan kamu itu?" pekik Sarah hampir merusak gendang telinga Eric. "Kok kamu bisa ketemu? Bukannya dia udah--" Eveline tak melanjutkan kalimatnya, memilih mendinginkan kepala yang sudah berasap mendengar nama Sherly kembali disebut. 

"Apaan sih, Mi? Orang dia kerja di kantor hukum ya wajar kalau ketemu lagi. Udah ah, Eric sibuk. Besok Eric pulang, suruh tu si Farrel sama Farah di rumah juga. Ada yang mau aku omongin," tittah Eric memutus sambungan telepon itu. 

Sherly yang sedari tadi mengamati Eric dari belakang berfirasat kalau Eveline kaget mendengar anaknya kini bertemu dengan sang mantan pacar. Ini yang tidak disukai Sherly sekali pun dia dan Eric akan CLBK, Evelina sedari dulu tidak menyukai Sherly terutama Sarah. Seberkas ingatan kemurkaan Eveline kepada keluarga Sherly sampai-sampai hubungannya dengan sang ibu merenggang hingga sekarang. Sementara Eric berdiri di sana bak orang bodoh yang tidak tahu-menahu masalah lain yang menimpa keluarganya.  

"Ayo, duduk!" Eric menyuruh Sherly duduk di atas kursi yang disediakan penjual bakso. 

"Ric," panggil Sherly. "Gue enggak bisa selamanya sama lo."

Eric mengernyitkan kening tidak mengerti. "Lo ngomong apa sih?"

"Lo enggak paham kalau nyokap lo bencinya minta ampun sama gue?"

Yang ditanya menggeleng lemah lantas bertanya-tanya apakah ada hal yang tidak diketahuinya selama ini. Dia juga tersadar akan sikap Eveline yang geram saat Eric menyebut nama Sherly. Padahal dulu ibunya sangat menerima kehadiran Sherly bahkan berharap kalau mantan kekasihnya ini bisa menjadi menantunya di masa depan. 

"Lo punya rahasia apa lagi?" tanya Eric yang sudah kehilangan selera makan diganti dengan rasa penasaran memenuhi kepala. "Apa cuma gue yang bodoh di sini?"

"Emang," jawab Sherly kesal. "Lo enggak baca situasi? Kita enggak bisa bersama sampai kapan pun, Ric. Lo harus nyadar itu. Sekarang, please jangan ganggu hidup gue lagi. Hubungan kita sebatas ada di pengadilan selain itu ... kita cuma orang asing."

Sherly bergegas pergi seraya membuka aplikasi ojek online di ponselnya. Eric mengejar dan menahan lengan gadis itu agar menjelaskan semua yang dirahasiakan. Sungguh Eric benar-benar menjadi manusia dungu yang tidak memahami duduk masalah antara Sherly dan Eveline. Apakah ini ada hubungannya dengan menghilangnya Sherly lima tahun lalu?

"Cuma orang asing kata lo? Terus yang kemarin apa? Lo cuma manfaatin tubuh gue? Gila lo ya, Sher," tuduh Eric dongkol. "Gue udah menaruh harapan--"

"Harapan? Sampai kapan lo menggantungkan harapan yang enggak pernah bisa terwujud, Ric? Gue udah bilang kan, gue udah enggak suka sama lo. Kalau lo ngejar gue, ya jangan salahin gue kalau manfaatin lo."

Bagai dihantam sampai ke dasar bumi, tubuh Eric serasa remuk redam hingga tak bertulang. Hatinya ngilu setengah mati dan lidahnya tak mampu mencegat kepergian gadis itu darinya. Mata Eric berkaca-kaca tapi butiran kristal di sana dipaksa untuk bertahan agar tidak menunjukkan betapa kecewanya sang jaksa. Selama ini dia mengira kalau malam-malam penuh gairah yang memabukkan mereka berdua bisa memunculkan perasaan Sherly terhadapnya dulu. Nyatanya tidak. Eric terlalu percaya diri.

Tangan kanan Eric terulur ingin sekali meraih bahu gadisnya, pujaan hatinya untuk memohon bahwa masih ada harapan kalau cinta mereka ada peluang diselamatkan. Tapi pijakan aspal yang merekatkan kaki yang terbalut sepatu Nike itu tak lantas membuat Eric bergerak menghampiri Sherly. Dadanya mendadak kosong seperti ada lubang besar yang muncul dan mengeluarkan semua ekspektasi berganti kenyataan pahit yang terasa menyiksa. Eric menengadahkan kepala, mencari-cari udara yang bisa menyelamatkan diri agar tetap sadar. 

Rumit banget kisah cinta gue, Tuhan ...

###

 Jakarta, 2016

Wanita berpotongan pendek ala Demi Moore melempar segepok uang tepat mengenai wajah Sarah yang dirundung rasa bersalah sekaligus ketakutan. Pipinya memerah bekas tamparan, begitu juga rambut tebal sebahu yang biasanya ditata rapi kini awut-awutan setelah dijambak sampai ke akar. Riasan yang menampilkan kecantikan pegawai karaoke itu luntur karena derai air mata setelah rahasia yang disimpan erat selama bertahun-tahun akhirnya terendus. 

Sarah seperti ditelanjangi di tempat kerja tempatnya mencari uang sekaligus menemukan belahan jiwa usai ditinggal mati suaminya. Berpuluh-puluh mata menyaksikan kemurkaan Eveline juga mengolok Sarah sebagai perempuan tak tahu diri. Hingga sang manajer yang notabene teman semasa sekolah Sarah turun tangan dan menyuruh mereka berdua menyelesaikan masalah pelik di ruangan khusus. 

"Ngapain harus sembunyi-sembunyi!" seru Eveline tak terima. "Wanita seperti dia enggak pantes ditutupi aibnya, biar semua yang ada di sini tahu kalau pegawai mereka itu ada yang hobi merebut suami orang!"

"S-Saya minta maaf, Mbak," kata Sarah gemetaran. "Ampuni saya ..."

"Ampuni kamu?" Wanita berpakaian serba bermerek itu melotot lalu meludah tepat mengenai rambut Sarah. "Saya enggak sudi!"

Kemudian dia pun mengeluarkan segepok uang lagi seperti membuang daun busuk ke tempat sampah ke arah Sarah dan berkata, "Ambil uang ini. Pergilah dari kehidupan suami saya."

"Ta-tapi--"

"Mama!" pekik Sherly tiba-tiba datang setelah mendapat telepon dari sang manajer tempat ibunya bekerja. Dia tercengang bukan main dan langsung bersimpuh memeluk tubuh Sarah yang sudah menjadi bahan tontonan gratis. "Tante apaan sih! Mama ada apa ini?"

"Cih! Goblok banget kamu enggak tahu busuknya Mama kamu, Sher. Ya ampun ..." Eveline mengibaskan tangannya jijik. "Ah, iya ... mulai sekarang jangan deket-deket Eric ya, saya enggak sudi dia punya cewek anaknya wanita simpanan. Kasian Eric."

"Apa?" Sherly menganga tak mengerti. "A-apa maksudnya?"

Sarah tak berani berkata-kata tentang apa yang terjadi kepada Sherly. Dia hanya bisa menangis menutupi wajah dengan kedua tangan seolah dosa yang dilakukannya teramat buruk. Sarah memang sadar atas skandal cinta terlarang yang melibatkan dirinya dan suami Eveline. Tapi, dia juga tidak bisa menyangkal atas pesona Gatot juga janji-janji manis lelaki itu untuk membiayai kehidupan Sarah beserta dua anak. Terlebih mendiang suami Sarah ternyata memiliki hutang besar yang tidak pernah diketahui selama mengarungi pernikahan. Akibatnya, Sarahlah yang harus menanggung beban itu sebagai orang tua tunggal. 

"Matamu enggak lihat?" tunjuk Eveline dengan dagunya ke arah lembar-lembar foto berserakan di mana Sarah dan Gatot tengah bermesraan di sebuah restoran hingga hotel layaknya pasangan suami istri.

Jantung Sherly rasanya berhenti berdetak saat itu juga ketika mengetahui ibunya menjadi simpanan Gatot entah sejak kapan. Tangannya gemetaran mengambil selembar foto Sarah tengah dirangkul Gatot dengan wajah sumringah seolah dunia hanyalah mirik mereka. Sebongkah batu besar langsung menghantam dada Sherly, menyesakkan jiwa tak menyangka kejadian ini akan menimpa keluarganya. Selain itu, kenyataan memilukan ini menampar Sherly yang sedang menjalin asmara dengan putra pertama Eveline. Dia tidak bisa membayangkan kalau Eric yang menyayangi dan menghormati Eveline apa pun yang terjadi menemukan fakta bahwa Sarah adalah wanita simpanan Gatot. 

"Ma ..." Sherly memandang ibunya yang masih terus menangis. "Ini bohong kan? Mama enggak selingkuh kan?"

Sarah membuka kedua tangannya menatap takut-takut ke arah sang anak. "Mama ..."

"Ayo dong, jujur aja kalau kamu nikah siri sama suami saya demi duit, Sarah," ujar Evelina makin menghujani dada Sherly dengan ratusan bilah pisau. 

"Nikah siri?" Sherly mengulang kalimat itu. 

Jadi, secara tak langsung ... kami adalah saudara tiri kan?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro