8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Nyala alarm itu berbunyi membangunkan si pemilik ponsel silver yang sedang dibuai mimpi di atas sofa sampai berguling ke lantai. Dia mengaduh kala pantatnya baru saja mencium keras dan dinginnya permukaan keramik. Sambil memicingkan mata saat menatap layar gawai yang menunjukkan pukul lima pagi, Eric kembali menguap lebar lalu bangkit perlahan seraya menggosok pantat yang masih sedikit nyeri.

Dia menyeret kedua kaki menuju pantry sekadar membasahi kerongkongan keringnya dengan air. Beberapa saat lelaki bercelana pendek itu membeku mendapati sebuah kertas di atas meja makan bergaya mini bar yang bertuliskan beberapa resep makanan. Eric mengambil kertas-kertas itu lalu menggaruk kepalanya sekian detik sebelum menyadari bahwa semalam Sherly tidur di kamarnya.

Buru-buru lelaki itu berlari dan menerobos masuk ke dalam kamar dan tercengang kalau bantal dan selimut miliknya sudah tertata rapi menyisakan parfum manis buah milik Sherly. Dia menggeram, kenapa mantan tak tahu diri itu tidak membangunkannya sekadar mengucapkan terima kasih justru memberikan beberapa resep makanan di atas meja. Sungguh tidak penting!

Eric kembali ke pantry membaca tulisan rapi tangan Sherly yang mengukir bahan-bahan membuat sup dengan bumbu sederhana, nasi goreng, juga telur dan ayam geprek. Di bawah catatan itu Sherly menulis dengan huruf balok membuat Eric tersipu merasa kalau mantannya masih menaruh perhatian.

"Ck, gayanya aja gengsi, tapi..." Eric tak sanggup melanjutkan kalimat lantaran terkikik tak sabar bertemu Sherly di persidangan.

Kemudian dia menyelipkan kertas itu di bawah cover kulkas dan membuka mesin pendingin. Eric menenggak air sampai habis. Hatinya mendadak panas dan kepalanya makin lama makin membesar. Tapi, dia tidak peduli kalau kepala cemerlang ini meledak akibat perhatian kecil yang diberikan si angkuh.

Boleh dikata Sherly adalah perempuan keras kepala yang penuh gengsi di depan pria, tapi Eric berkelakar bahwa dirinya adalah pengecualian di hati gadis seksi itu.

"Tau gitu mending gue sekamar aja sama dia," gumam Eric membayangkan Sherly memimpikannya semalam.

###

Selagi merapikan setelan kemeja putih dengan blazer cokelat dan celana pipa senada untuk ke kantor dan menata kembali gelombang aneh yang menyergap hatinya sejak semalam. Beruntung gadis yang kini mengikat rambut ekor kuda itu bisa meninggalkan apartemen Eric lebih awal sehingga tak perlu berlama-lama satu ruangan dengan mantan.

Sebelum pergi tadi, dia sempat membuka kulkas untuk meminta segelas air hangat. Kebiasaan yang selalu dilakukan Sherly tiap pagi yang memiliki segudang manfaat, misalnya menimbulkan suasana hati yang baik dan memperlancar pencernaan.

Di sisi lain, Sherly heran melihat isi mesin pendingin milik Eric hanya ada botol air mineral, soda, kaleng bir, dan snack. Penasaran, dia membuka isi lemari dinding dan menemukan mi instan aneka rasa dari berbagai merek membuat Sherly ingin memaki betapa tak sehat hidup lelaki itu. Sherly juga bertanya-tanya dalam hati apakah setiap hari Eric memasak mi instan? Lantas kenapa otot dan perutnya masih terpahat sempurna bukannya menggelambir akibat efek jangka panjang mi instan yang menyebabkan obesitas?

Alhasil, Sherly pun menulis catatan resep makanan yang bisa dimasak oleh pria pemalas seperti Eric. Dia berharap kalau pun Eric tidak bisa memasak setidaknya tahu cara membuat sup wortel. Perlu diketahui, meski Sherly memiliki dua asisten rumah, sedikit banyak masih memiliki keahlian dalam mengolah makanan. Dulu sewaktu hidupnya susah akibat ayahnya meninggal saat kecelakaan, Sherly belajar mandiri mengurus rumah dikala Sarah meninggalkannya untuk bekerja seharian.

Sebuah ketukan terdengar dari luar pintu kamar membuyarkan imajinasinya tentang Eric. Buru-buru Sherly meraih tas kerja lalu membuka pintu kamar dan mendapati sosok ibunya tengah berdiri sambil melekuk kedua tangan di dada. Sorot matanya mencari-cari sesuatu yang disembunyikan si bungsu sampai tak pulang semalaman.

"Dari mana kamu baru pulang subuh tadi?" tanya Sarah.

Sherly memutar bola matanya jengah mendapati pertanyaan yang selalu dilontarkan oleh sang ibu. Dia sudah dewasa bukannya anak-anak remaja ingusan yang patut dicurigai akan melalukan hal-hal tak senonoh. Sekali pun Sherly suka dunia malam dan sering mengajak para buaya kencan buta, dia masih bisa menjaga dirinya sendiri dari jeratan lelaki yang hanya memanfaatkan tubuhnya.

Kecuali Johan. Sherly perlu mencamkan peristiwa memalukan kemarin.

"Ya kerja lah!" jawab Sherly ketus.

"Kerja sampai pagi itu kerja apa Sherly? Dikira Mama enggak tahu apa?" Sarah ikutan emosi dengan pernyataan putrinya begitu santai.

"Sebelum Mama ngomel, tuh ada kaca di kamar Sherly," tunjuk Sherly ke arah cermin dinding. "Mama udah jadi ibu yang bener belum?"

Sarah langsung bungkam, tersudut atas sindiran halus anaknya yang tak lepas dari masa lalu mereka. Salah tingkah sampai tak berani menatap balik sorot Sherly yang menusuk-nusuk sanubari seolah memerintah untuk tidak melupakan apa yang dulu Sarah lakukan pada keluarga kecilnya ini. Tubuh Sarah menggigil, beberapa tahun ditinggal Sherly ke Surabaya nyatanya tidak membuat sang anak berubah seperti masa kecilnya justru makin kejam tak berperasaan walau jutaan kata maaf sudah terungkapkan.

Bukankah manusia selalu memiliki satu sisi kelam? Bahkan Tuhan pun masih memaafkan pelacur dan pembunuh walau ada konsekuensi di akhir. Tapi, lihatlah dia, putrinya menatap tak suka seperti Sarah adalah penghalang terbesar di kehidupannya. Wanita paruh baya itu bergerak mundur, membiarkan si bungsu melewatinya begitu saja tanpa pamitan atau mencium tangan layaknya anak-anak lain.

Tanpa sadar kedua tangan Sarah mengepal kuat, korneanya langsung memerah lalu menengadahkan kepala untuk tidak menangis sekaligus melapangkan dada bahwa semua ini pasti ada akhir. Toh, apa yang dilakukannya dahulu sudah membuahkan hasil sampai bisa menyekolahkan kedua anaknya ke jenjang perkuliahan setelah ekonomi terombang-ambing akibat ditinggal mati suaminya.

Apakah Sarah salah? Tidak juga kan? Orang lain yang menjadi ibu pasti akan memahami perjuangannya demi anak tapi sebaliknya, anak belum tentu mengerti akan perjuangan seorang ibu.

"Aku harus lebih sabar," ujar Sarah pelan memandangi bayangan Sherly yang sudah menghilang.

###

Bisakah Sherly mendorong terdakwa kasus pelecehan seksual ke kawah gunung Bromo atau melemparkannya ke gunung Salak agar dimakan ular atau diculik makhluk astral? Sidang terpaksa ditunda akibat pelaku mengaku sedang dalam kondisi tak sehat setelah masuk ke dalam tahanan. Beberapa kali dia memohon ampun kepada keluarga korban yang didampingi Sherly dalam ruang persidangan agar mencabut tuntutan. Sherly mencemooh lelaki tak tahu malu itu dengan perkataan pedas. Jika tak ditahan oleh ibu klien, mungkin Sherly akan melompat pagar pembatas dan menendang kemaluan terdakwa dengan lutut supaya dua biji yang bersemayam di balik celana selutut itu tak berfungsi lagi.

Sherly menjanjikan kepada keluarga klien kalau terdakwa dipastikan menerima hukuman setimpal bercermin pada kasus-kasus yang sudah dimenangkan oleh seniornya. Bagi gadis itu tidak ada ampunan untuk pelaku pelecehan seksual yang masih bersikeras kalau tindakan mereka didasari suka sama suka. Apalagi stigma perempuan tak boleh memakai pakaian yang mengundang hasrat, sementara korbannya ini mengenakan seragam sekolah. Lantas dari mana sisi memicu gairah mereka jika otak para predator itu sudah dipenuhi hal-hal kotor dari tontonan tak senonoh? Buktinya, di negara timur tengah ada kasus dua anak yang dipenggal ayahnya sendiri akibat mau saja menerima perlakuan asusila dari pemilik toko. Apakah gaya berpakaian perempuan masih menjadi faktor utama?

Melambaikan tangan tuk melepas kepergian keluarga klien yang menghadiri sidang, tiba-tiba bahu Sherly dirangkul oleh Eric yang datang entah dari mana. Masih mengenakan pakaian toga dan simare, tanpa sungkan sang mantan gila menggeret Sherly sedikit lebih jauh dari kerumunan pengunjung yang keluar dari ruang persidangan. Selanjutnya, dia mengedip-ngedipkan mata dan berkata penuh percaya diri.

"Lo masih sayang kan sama gue?"

"Hah?" Sherly mengernyit tidak mengerti. "Ngomong apa sih lo!"

"Daripada duit lo dicaplok tuyul, mending suruh pembantu buat masak makanan lo. Mi instan, bir, soda itu bikin lo mati muda." Eric mengutip isi kertas yang ditulis Sherly tadi pagi. "Ah ... gue kira lo-- ah, Sher!" dia memekik saat Sherly menyikut tulang iganya.

Sherly berusaha menyembunyikan panas di wajahnya yang tidak ingin dilihat oleh Eric. Sial, apakah kemarin dia mabuk sampai menulis surat yang terdengar konyol itu? Harusnya dia biarkan saja Eric menstok makanan instan atau minuman berkarbonasi tanpa memedulikan kesehatannya. Tidak ada untungnya juga kalau Sherly mengkhawatirkan tubuh Eric. Lihat saja sekarang, dia terlihat bugar dan sinar wajahnya juga cerah bukan seperti orang yang kekurangan vitamin. Belum lagi bibirnya mengembang tak memedulikan rasa nyut-nyutan meski tadi menerima sikutan di tulang rusuknya.

"Asal lo tahu." Eric kembali bersuara kembali mendekat dan merangkul bahu Sherly tanpa takut. "Tiap bulan gue selalu pesan makanan katering sehari tiga kali, dari tanggal satu sampai dua puluh lima."

"Buat apa lo bilang sama gue, emang gue bini lo apa," ketus Sherly, "lepasin gue!"

Kali ini Eric tak akan membiarkan Sherly pergi lagi seperti sebelumnya. Mungkin terdengar gila dan nekat, tapi sebagai lelaki yang merasa tidak bersalah yang tiba-tiba diputuskan sebelah pihak, Eric perlu melelehkan gunung es berwujud perempuan berkepala batu di sampingnya. Setelah berhasil menggaet hati Sherly, barulah dia akan tahu alasan kenapa sang mantan mencampakkan begitu saja di masa lalu. Untuk selanjutnya, Eric tidak tahu ke mana arah hubungan ini, apakah mereka akan bisa bersatu atau justru kembali berpisah. Sherly sangat lihai jika disuruh bersembunyi ke tempat terpencil sampai tidak ada seorang pun yang bisa menemukannya.

"Dengerin gue kalau lo resah sama kehidupan bujangan ganteng ini," ujar Eric gemas. "Di atas tanggal itu tadi, gue makan mi instan. Lagian rasanya juga macem-macem, gue pengen soto tinggal ambil mi rasa soto, gue pengen rendang tinggal ambil rasa rendang, gitu seterusnya."

"Apa hubungannya sama gue? Anggap aja gue kemarin mabuk, Ric, udah ah, lepasin gue!" Sherly berusaha melepas tangan Eric di bahunya yang malah dicengkeram seolah pundak itu mudah diremukkan.

"Tapi, gue pengen lo mabuk terus biar perhatian sama gue. Gimana?" pinta Eric memandang lekat ke dalam pupil mata Sherly mencari-cari secuil kenangan mereka yang tersisa di sana.

Pokoknya gue harus tahu alasannya dia ninggalin orang seganteng gue ini.  

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro