Joko Aira

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aira?" sapa Joko tanpa sungkan.

Tanpa membalikkan badan pun, Aira hafal pemilik suara di belakangnya.

Aira menghela napas. Berat sekali untuknya membalikkan badan, apalagi mendengar pertanyaan dari Joko.

"Kenalin, Ai, cewek baru," pamer Joko antusias.

Wajah Aira memanas, "Ohh, terus?"

Joko tersenyum culas, "Kok gitu jawabannya? Lo jealous ya?"

"Dih, kenapa mesti jealous sama lo?" sanggah Aira. Matanya memicing menatap gadis di samping Joko. Menyusuri tiap detail wajah nya, Cantik.

"Kirain" Joko merangkul mesra gadis itu, sedikit rona merah terlihat di wajahnya yang cantik. "Aira, dia Nandya," lanjut Joko.

Aira memberikan senyuman walaupun terpaksa, kemudian mengulurkan tangannya pada gadis yang berada di rengkuhan Joko.

"Aira," balasnya sambil melukiskan senyum dengan rapi demi menutupi rasa gemuruh dalam dadanya.

"Nandya." Senyumnya bahkan begitu manis saat menyalami tangan Aira.

Namun dalam hati gadis yang mempunyai kebiasaan menggigit kukunya itu meringis dalam hati dan membatin, 'Akhirnya gue bisa ngedapetin Joko!'

"Selamat ya, Nandya. Selamat menikmati bekasku," Aira menekankan perkataanya sambil meremas tangan Nandya.

Nandya hanya mencibir. Saat ini perkataan Aira tidaklah penting. Hubungan dengan Joko lebih utama baginya.

Joko yang sedari tadi menatap mereka berdua pun hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Dalam hati, Joko meringis. 'Kenapa kedua perempuan ini? Padahal aku gak ganteng-ganteng amat.' Tapi, Joko senang karena dia merasa masih dicemburui oleh Aira.

"Sudah, sudah. Kalian tidak perlu memperebutkanku seperti itu," ujar Joko seraya melebarkan senyumnya. Sontak, hal itu membuat Aira dan Nadya mendengus geli saat mendengar ucapan Joko.

"Elo yakin bisa betah sama dia?" Pertanyaan sarkastik Aira tiba-tiba meluncur bebas tanpa halangan.

Kini dahi Nandya berkerut dan menatap lurus Aira yang terlihat menutup mulutnya dan salah tingkah.

"Haha.. jelas lah.. Joko itu orang yang paling konyol... plus romantis buat gue. Gue harap kita bisa selamanya!"ucap Nandya dengan nada begitu ceria dan beroktaf tinggi.
Nandya menatap tajam Aira seolah mengisyaratkan peperangan antara keduanya. Sementara Joko yang berpikir ini adalah tontonan gratis, hanya bisa diam menunggu para gadisnya mulai berbicara.

"Oh ya? Selamanya? Jangan mimpi" Kata Aira ketus.

Mendengar ucapan Aira bernada mengejek membuat letupan api di hati Nandya. Nandya memang wanita kalem yang meskipun sedikit bebal namun kadang-kadang wanita selembut dia juga bisa marah jika ada seseorang yang mengusiknya. Terutama jika berkaitan dengan Joko.

"Well, mimpi atau bukan," ucap Nandya sambil menatap Aira dengan tatapan mencemooh, "kenyataannya Joko sekarang kekasihku dan akan kupastikan ia akan menjadi suamiku," lanjut Nandya dengan seringai kecil.

Aira mendengus kesal, ucapan Nandya bagaikan segalon bensin yang tumpah dalam letupan-letupan amarahnya. Meledaklah Aira.

Namun, Aira sadar jika sikapnya yang gampang tersulut emosi lah yang membuat Joko berpaling. Aira memejamkan matanya kemudian menarik napas dalam sebelum kembali membuka matanya dan tersenyum polos pada Nandya dan berjalan mendekatinya sebelum ia mendekatkan wajahnya ke telinga kekasih baru mantan kekasihnya.

"Ingat, Nan. Joko begitu mudah meninggalkanku yang sudah 4 tahun bersamanya bahkan kami sudah melakukan berbagai macam hal -yang pastinya tak perlu ku sebutkan lagi- saat bertemu denganmu. Jadi jangan terlalu banyak berandai andai, karena aku tahu bagaimanapun Joko akan kembali padaku secepatnya."

Aira kemudian menjauhkan dirinya dan menatap kembali Joko yang saat ini sudah menunjukan wajah kebingungan.

Bagaimana bisa Aira yang selama ini tak pernah bisa mengatur emosinya menjadi selembut ini? Pikir Joko dalam hati.

Hal itu membuat Joko goyah, gengsi, emosi, dan amarah yang dia simpan selama ini untuk Aira itu, mendadak luruh.

"Lo masih cinta kan sama gue?" hardik Joko menahan lengan Aira.

Nandya tersulut melihat reaksi Joko, "Kamu apa-apaan sih,  Beib?"

Suasana makin menegangkan, tiba-tiba datang lah pelayan cafe menghampiri mereka. "Maaf cafenya sudah akan tutup, lanjutkan syuting drama kalian di luar," ujar pelayan itu sopan namun sarkas.

Aira menepis cekalan tangan Joko. Baginya Joko masa lalu yang menyeramkan. Cukup sudah dirinya berhubungan dengan spesies bernama Joko.

Aira bangkit dari duduknya, mengambil tas yang tergeletak diatas meja dengan sedikit kasar.

"Ga perlu mas, mereka aja yang suruh lanjutin drama mereka. Cukup drama dalam hidup saya"

Aira berjalan menjauh, membiarkan mereka berdua menatapnya dengan heran. Bahkan terlihat Nandya berkali-kali menatap Joko meminta penjelasan atas ucapannya barusan.

"Maksud kamu apa?!" pekik Nandya sontak membuat Joko tersentak.

"A-pa? Aku gak maksud apa-apa," ujar Joko seraya melengoskan wajahnya ke sembarang arah.

"Kamu ngga usah pura-pura ngga ngerti gitu deh! Pokoknya kamu ngga bisa balik lagi ke dia sebelum kamu kembaliin semua yang aku kasih kekamu!" Nandya kalap. Dia hanya ingin, Joko tetap disisinya. Bagaimanapun caranya. Iya takkan pernah bisa melepaskan Joko.

Joko menatap Nandya dengan mengernyitkan alis sembari membatin, 'sepertinya gue salah milih pacar.'

Joko yang memang masih menyimpan perasaan pada Aira, cinta pertamanya. Ia pikir perasaan itu sudah pupus seperti debu tertiup angin namun ia salah. Sama seperti debu yang selalu ada dimana-mana meskipun dibersihkan berkali-kali, perasaannya pada Aira pun seperti itu. Tidak bisa benar-benar hilang.

"Nan...," kata Joko dengan suara mantap menatap manik mata Nandya. "Kita putus, ya?"

Mendengar Joko mengatakan kalimat terkutuk itu tentu membuat hati Nandya hancur seperti pecahan kaca kemudian terinjak sehingga membuat kaki kita berdarah. Sakit. Itulah kata yang bisa menjelaskan semua perasaan Nandya.

"Aku bakal kembaliin semua barang barang kamu besok pagi." Lanjut Joko, kemudian sebelum melangkah pergi lelaki itu berbalik kearah gadis yang telah menjadi mantan kekasihnya. "Kamu bisa pulang sendiri kan? Aku masih ada urusan yang lebih penting"

Tanpa menunggu jawaban, Joko bergegas pergi meninggalkan Nandya yang berteriak memanggil namanya histeris didepan cafe menuju tempat yang dikiranya akan di datangi oleh cinta pertamanya.

Sementara itu di lain tempat, Gadis yang dicari Joko sedang berjalan kaki sambil menenteng sepatu hak yang dikenakannya. Sesekali menghapus kasar air mata yang jatuh di pipinya yang sudah menghancurkan maskaranya.

"Bodoh sekali kau, ra! Tak mungkin Joko mengejarnu! Bisa kau lihat sendiri bukan tatapan matanya saat ia melihat Ayam kampus itu!" Omel Aira pada dirinya sendiri.

Tiba tiba, langit yang mendung sudah mengeluarkan tangisannya perlahan. Sama seperti dirinya yang menangis karena kebodohannya.

Mengharapkan cintanya mengejar disaat cintanya berbahagia dengan cinta yang lain.

Membiarkan dirinya diguyur rintikan hujan. Seperti orang bodoh untuk kesekian kali karena satu nama, Joko.

Ya, Joko. Hanya dia yang mampu membuat seorang Aira seperti ini. Berusaha menyimpan tangisnya namun ia tidak sanggup lagi. Bahkan dirinya sudah memeluk lututnya dipinggir jalan.

Membiarkan berbagai tatapan aneh melihat dirinya.

Joko melihat Aira dari kejauhan. Aira,Cinta pertamanya, cinta yang sangat susah untuk pergi dari hatinya. Begitu bodoh ia sia-siakan cinta aira yang sangat berarti untuknya. Jokk bertekad untuk menyelesaikan semua ini.

Joko berlari ke arah aira.

"Aira.." panggil joko seraya berlari ke arah Aira.

Naasnya, sebuah becak melintas dengan kecepatan penuh, menghantam tubuh Joko.

Pria tinggi cungkring itu tumbang dan tersungkur ketrotoar. Aira histeris menyksikan kejadian itu, "Jokoooo!?"

Dengan langkah gontai Aira mendekati tubuh tak berdaya, Joko. "Bangun, Jok.. Bangun! Kalau lo mau mati, setidaknya bayar dulu hutang lo ke gue. Jangan seperti ini," dengus Aira sambil menendang-nendang tubuh Joko.

Tak ada reaksi!

Aira mulai panik 'Mungkinkah Joko benar-benar mati? Tapi kan cuma ketabrak becak?'

Gadis ini kemudian berjongkok di samping, Joko. "Lo seriusan mati?? Yakin?!"

Tak ada jawaban!

Kali ini Aira benar-benar kalut, tangannya gemetar hebat sambil menakup pipi Joko.

"Jangan pergi, Jok. Gue sayang sama lo, gue gak bisa tanpa lo.  Meski lo mandi tujuh hari sekali, meski lo jarang mampu bayar makan kita, meski lo kentut lo bau, dan meski lo nyusahin banget... GUE GAK BISA KEHILANGAN LO!!"

Joko masih belum sadar. Tubuh joko tak bergerak sedikit pun

Air mata aira mengalir semakin deras.

"Joko tolong jangan tinggalin gue, GUE CINTA SAMA LO" ucap Aira sambil memeluk tubuh joko erat.

Joko tetap diam. Nafas Aira semakin mencekat dan tubuhnya bergetar. Tidak, tidak mungkin Joko meninggal. Tidak mungkin!

"Jok.. please.. wake up."

Tak lama tubuh Joko bergertar, suara gelak tawa yang tertahan terdengar di telinga Aira. Sontak ia melepaskan pelukanya dan melihat Joko sedang mengulum bibirnya menahan tawa.

Cowo sialan, Gue di kerjain!

"Cie yang khawatir. peluk lagi dong ra. gue masih butuh pelukan nih." Ujung bibir Joko terangkat membentuk senyuman lebar. Aira mendengus geli. Sial. Berarti Joko denger dong semua yang gue ucapin?

"Ogahhh peluk Jin Tomang, mati sana lo.." tepis Aira kesal.

Joko terkekeh lalu beranjak mendekat ke arah Aira.

"Yakin? Tadi katanya masih cinta?" Seru Joko seraya tersenyum lebar.

"Ga usah kepedean!" Tukas Aira lalu melipat ke dua tanganya.

"By the way, lo ngapain disini?" Tanya Aira kelewat sarkas.

"Ngapain ya? Menurut lo ngapain?" Ujar Joko kembali bertanya.

Aira memutar bola matanya. "Dari dulu emang gak pernah berubah ya. Masih aja pikunan."

"Jangan ngambek lagi ya Ra, udah gak sanggup lagi ini buat kehilangan lo." Yang dibalas dengan dengusan sebal Aira.

"Dasar sedeng lo ya, kalau lo beneran mati gimana?"

"Tapi gue kan gak jadi mati Ra" jitakan Aira mendarat sukses dikepala Joko yang sedang merintih kesakitan.

"Gue cakar juga deh lo, dasar nyebelin." Ucap Aira seraya meninggalkan joko

Joko menarik cepat lengan gadis bertempramen buruk itu, hingga Aira jatuh kepelukanya. "Gue capek kucing-kucingan. Kita masih saling cinta, Ra? Gue bisa lihat itu di mata lo, sekarang jangan pernah lari lagi." Joko mengeratkan pelukannya, "Kita mulai dari awal, please?"

Aira tertegun. Ucapan Joko bagaikan lantunan syair lagu yang dapat menangkan hatinya. Setidaknya ia tahu jika Joko masih mencintai dirinya.

"Nandya mau lo kemanain Jok?" Tanya Aira.

Ia tak membalas pelukan Joko alih-alih takut Joko hanya bergurau.

"Kita udah putus."

Mata Aira membelalak. Apa? Joko udah Putus sama Nandya? Apa gara-gara gue?

"Lo tega banget si Jok! Lo ga mikirin persaanya Nandya gimana?!" Aira melepaskan pelukan Joko kasar dan menatap tajam ke arah Joko.

"Tenang Ra, gue bisa jelasin." Joko mengusap wajahnya berat lalu menangkup wajah Aira seraya menatap lekat manik coklat gadis itu.

"Lo beda Ra. Lo cinta pertama gue. Gue masih cinta sama lo---bahkan saat gue masih sama Nandya. Gue berani sumpah Ra, gue rela putus sama Nandya buat balik lagi sama lo. Apa perlu gue hampir sekarat dulu kaya tadi biar lo mau ungkapin cinta lo lagi ke gue?" Kilah Joko membuat wajah Aira berubah signifikan.

"Tapi Jok---"

"Sst.. Please Ra, kita mulai semuanya dari awal ya?" mohon Joko seraya mengusap lembut kedua pipi Aira.

Dalam hati Aira tersenyum. Cintanya kepada Joko juga masih sangat melekat di hatinya. Dan kini Aira tak dapat menampik lagi perasaanya jika ia mengigikan Joko kembali bersamanya.

Aira menghirup nafas panjang lalu mengulas senyuman ke arah Joko.

"Oke, kita mulai semua dari awal ya. Gue harap mulai dari sekarang lo mampu ya bayarin gue makan ya Jok." Aira tersenyum lebar membuat Joko tertawa singkat.

"Lo mau minta beliin gerobak-gerobaknya pun gue bellin Ra. Apa sih yang engga buat pacar abang tersayang."

Aira mendengus geli namun akhirnya tertawa. Ia tak menyangka jika Joko akan kembali kepadanya.

Aira tersenyum dan akhirnya memeluk tubuh Joko. "Makasih ya Jok, udah milih gue."

Joko tersenyum dan membalas pelukan Aira.

"Sama-sama Ra. You the best for me."

-AND-

*****

Hai all member WWG.

Ini lah hasta karya kita yang absurd no 1.

Admin ga ubah apapun dari story ini, karena apa, kalo sekiranya jelek kita bisa belajar dari kejelekan itu kalo sekiranya Bagus, kita bisa lebih meningkatkan ke-bagus-an itu.

Ini join karya pertama member WWG yang di keep di grup line WWG.

Kenapa admin share di sini?

1. Jelas, untuk melanjutkan tawa akibat story ini.

2. Untuk belajar gimana sih merangkai sebuah ide yang di awali dengan premis ( mau tau premis? Join lah ke grup ini)

3. Semakin memperdalam ilmu (santet, voodoo, guna-guna, aihh admin lo gue lempar balok juga nih)  dalam penulisan ya.

4. Bisa diliat kan dari story ini, tiap kepala memiliki daya imajinasi tak terbatas, awalnya ingin dibuat lurus happy ending, nyatanya harus belok kanan kiri masuk jurang nabrak becak tawa guling-guling, terserah lah. Intinya tiap member punya daya kreatifitas dan imajinasi tanpa batas. Dan, bisa dituangkan dalam kata-kata.
5. Jangan salahkan penulis ya, salahkan pembaca yang memiliki daya imajinasi yang juga luar biasa.

6. Silahkan tinggalkan voment.

This story contribute by:

All member WWG.

(Yang merasa ikutan pasti ngakak baca nya)

Xoxo.

On 01 sept 16.

Admin C.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro