Bab 10 { Kurowaku Island }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Goresan sebuah benda yang terasa mengoyak lengan kanannya membuat Sakura perlahan tersadar. Begitu ia membuka mata, ia sangat terkejut melihat sosok wanita berambut ungu tengah memegang sebuah pisau kecil.

Saat ia akan duduk, seseorang tiba-tiba menahan bahunya. Gadis musim semi itu semakin tersentak kaget saat mendongak, menatap sosok yang begitu ia takuti selama ini tengah menatapnya dengan dingin.

"Lepaskan! Apa yang kalian lakukan!" Berontak sang gadis musim semi, namun tenaga Yahiko ternyata masih lebih kuat darinya, hingga ia tak bisa bergerak sedikitpun.

"Diamlah, atau lukamu akan lebih parah," Ucap Konan yang kini terlihat mengambil sebuah jarum seperti kail lalu menancapkannya pada goresan  tangan kanan Sakura yang sudah ternganga.

Walau wanita itu menjahit lukanya dengan rapih juga sangat berhati-hati. Sakura masih saja meringis karena obat bius yang mereka berikan, terasa tak memberikan efek apapun.

"Konan, apa kau sudah memastikan itu steril?" Tanyanya saat wanita itu tengah mengikat benang yang sudah tersimpul rapih pada kulitnya.

"Ya," jawaban tanpa ekspresi itu membuat sang gadis musim semi sedikit kesal.

"Uhm kenapa kalian menolongku?"

"Perintah Itachi," jawab Yahiko dengan malas.

"Itachi-kun?"

"Ya, siapa lagi. Hanya ada satu nama Itachi di sini dan sialnya orang paling brengsek yang menyandangnya,"

Sakura seketika tertawa mendengar penuturan itu, bagaimana bisa pria ramah itu menjadi pria brengsek. Sekalipun memang dia menghabisi Klannya tetapi itu semua untuk kebaikan seluruh warga Konoha.

"Lalu di mana dia?"

"Entahlah, yang kami tahu ia sedang melakukan mis .... Aw!" Tiba-tiba Konan menusukan jarumnya pada Yahiko hingga ia sedikit terlonjak, untuk menyuruhnya bungkam.

"Yahiko-san, anda kenapa? Itachi-kun sedang melakukan mis apa?"

"Err dia tengah mengintip Misako maksudku,"

"Hah!" Pekik Sakura sembari memberikan tatapan tak percayanya.

Konan seketika menggeleng pelan sembari tertunduk, ia benar-benar ingin meledakan pria itu saat ini juga.

"Ya, tapi jangan bilang aku mengatakan ini karena dia pasti akan membakarku hidup-hidup,"

"Hish, Yahiko-san. Apa kepalanya pernah terbentur hingga kelakuannya jadi seperti Jiraiya-sama?"

"Entah, semenjak ia di paksa menjadi pemimpin pulau ini kelakuannya menjadi aneh. Seperti mengobrol pada gagaknya dan memberi mereka nama Shisui juga Izumi,"

"Sepertinya aku pernah mendengar nama itu. Tapi tunggu, kau bilang ia pemimpin pulau ini? Jadi ini adalah pulau bukan desa biasa?"

"Sakura-san, lukamu sudah di perban. Istirahatlah sekarang nanti kami jelaskan kalau kau sudah sehat," sela Konan sembari menggesturkan matanya agar pria orange itu keluar sembari membawa peralatannya.

Sakura benar-benar bingung pada dua orang yang baru saja pergi itu. Mereka seperti menyembunyikan sesuatu tentang Itachi. Ada yang aneh juga dengan penuturan Yahiko. Tidak mungkin sulung Uchiha itu berani mengintip seorang wanita karena itu bertentangan dengan aturan klannya.

Perlahan Sakura pun mendudukan dirinya dan mulai memperhatikan sekitar. Ruangan itu sangat sederhana karena hanya ada sebuah meja dan lemari kecil. Ia juga bisa melihat padang rumput yang menyegarkan di jendela sisi kanannya.

Tak lama Konan pun kembali membawa sebuah nampan berisi dua jenis makanan, yakni nasi juga sayuran saja. Ia juga terlihat memberikan segelas teh chamomile langsung pada Sakura.

"Maaf kami hanya memiliki ini," ucapnya yang seketika pergi dari sana dengan raut wajah cueknya.

Sakura perlahanmenghirup aroma teh  yang menenangkan itu. Ingatan akan seseorang yang pernah bersin karena menghirup aroma teh chamomile membuat sang gadis musim semi tersenyum tipis.

Ia segera menggelengkan kepalanya pelan, mengenyahkan ingatan itu dan mulai meminumnya. Rasa teh chamomile yang biasa ia cicipi kini berbeda. Teh dari Amegakure sedikit pahit, mungkin karena itu Gaara selalu bersin hanya dengan aromanya saja.

Sakura juga terlihat makan dengan begitu lahap, walau rasa makanan itu terasa hambar. Hingga hanya dalam beberapa menit saja makanan yang di sodorkan padanya sudah habis tak tersisa.

Sakura pun mulai bangkit berdiri saat melihat matahari yang masih berada di puncaknya. ia benar-benar penasaran dan ingin tahu lebih dalam, pulau apa ini sebenarnya hingga Konan tak ingin memberitahukannya.

Perlahan ia berjalan sembari memegang beberapa benda di sisinya agar tidak terjatuh. Hingga saat ia baru turun tangga, deheman Yahiko mengejutkannya. Saat ia menoleh pria itu segera menggesturkan kepalanya ke kiri, mengisyaratkan agar Sakura mengikutinya.

Tanpa banyak curiga atau bertanya, Sakura pun mengekori pria itu dengan jarak yang cukup jauh karena langkah pria itu yang lebar. Juga karena Sakura masih belum pulih total.

Tak lama mereka pun tiba di ujung tebing yang tertutupi rerumputan. Sakura seketika tercengang karena melihat pemukiman yang kumuh di bawahnya. Tak jauh dari sana ada sebuah gerbang listrik besar yang membentang.

Sakura pun memicingkan matanya dan melihat banyak pria juga wanita yang nampak berteriak-teriak pada para sosok prajurit penjaga di gerbang listrik itu.

"Kau bertanya tentang pulau ini kan? Lihatlah apa yang bisa kau tangkap dari pemandangan ini," ucap Yahiko di sisinya yang ternyata sudah duduk bersila sembari memejamkan matanya.

Air mata sang gadis musim semi seketika menetes. Rasa sesak juga sakit juga memenuhi hatinya, saat melihat anak-anak kecil di sana terus memohon juga meminta makanan dengan suara parau di gerbang listrik itu.

Manik emeraldnya seketika terbelalak begitu melihat seorang wanita melempar bayinya hingga bersimbah darah. Ia seketika terduduk dengan mulut ternganga, tak percaya apa yang baru saja ia lihat.

"Yahiko-san, kenapa kengerian ini kau biarkan," Isak Sakura sembari mengguncang bahu pria orange itu.

"Kami para tahanan tidak bisa melakukan apapun Sakura-san. Mungkin inilah cara para Kage menghabisi para missing nin dan penjahat Rank-S,"

"Apa maksudmu, tolong jelaskan Yahiko-san. Tahanan apa? Penjahat apa?"

Yahiko pun menghela napas panjang sebelum membuka matanya dan berkata, "Pulau ini adalah pulau Kurowaku, atau sering di kenal sebagai pulau penjara. Yang tinggal di sini semuanya penjahat, mau itu yang sudah bertobat atau tidak kami di buang kemari. Mereka bilang ini tempat terbaik dari pada penjara desa tapi kenyataannya ini sama saja dengan neraka,"

"Lalu?"

"Pada awalnya memang mereka memberikan sandang, pangan juga papan yang lebih dari cukup. Tapi semakin kemari semakin tidak adanya pemasukan. Chakra kami telah di segel dan di kubur pada tanah pulau ini hingga tidak ada tanaman yang bisa tumbuh selain rerumputan,"

"Dan sebagai pemimpin Itachi-kun diam saja?"

"Ia berulang kali meminta bantuan pada para Kage maupun pemimpin desa lain. Tapi pandangan mereka yang buruk membuat usaha Itachi gagal. Apalagi kini ia tak bisa bergerak bebas karena kasus pemalsuan kematiannya,"

Sakura seketika terdiam seolah memikirkan sesuatu hingga sebelah alisnya terangkat, "Seberapa jauh jarak ke Konohagakure?"

"Aku tidak tahu. Tapi jangan harap bisa keluar dari sini Sakura, penjagaan di sini sangat ketat. Nyawamu bisa melayang,"

"Aku kunoichi terbaik di Konoha. Aku juga murid Tsunade-sama tentu aku bisa lari dari sini, Yahiko-san," ucap Sakura dengan penuh percaya diri lalu pergi dari sana dengan cepat.

Ia segera kembali ke rumah Konan untuk mengambil Hitai-ate nya dan pamit dengan sopan pada wanita ungu itu. Bukan Sakura namanya jika tak suka menantang bahaya. Walau Konan sudah menjelaskan perjalanannya akan sulit, gadis itu tetap tak mendengar.

Sakura mulai berjalan perlahan ke sisi timur pulau itu. Menyusuri pagar listrik yang tak jauh darinya dengan sangat hati-hati.

Hingga tak terasa malam pun tiba, Sakura yang sudah berjalan sangat jauh, kini bisa mendengar suara air tak jauh darinya. Ia mulai merunduk sembari berjalan sesenyap mungkin di sana. Saat cahaya dari beberapa obor mulai terlihat, ia segera bersembunyi diantara sema. Manik emeraldnya kini mulai memperhatikan sebuah kapal tongkang yang baru saja berlabuh.

Saat ia tengah berfikir juga mencari kesempatan untuk mengambil alih kapal itu, tiba-tiba seseorang membekap mulutnya. Sakura pun segera berontak dan mencoba meninjunya, hingga sosok itu membisikan sesuatu yang membuatnya terhenti lalu berbalik dengan cepat.

Bulir bening dari kelopak matanya kembali turun begitu melihat sosok itu adalah Naruto. Ia segera memeluknya dengan erat sembari mengucap syukur dan tiba-tiba sosok lain juga muncul dari balik pohon. Sakura begitu terkejut saat melihat Yamato dan Sasuke terluka begitu parah.

Saat Sakura berinisiatif mengobati mereka. Sasuke segera menahan tangannya dan langsung memeluk gadis itu dengan haru. Hingga tiba-tiba suara lonceng kapal tongkang itu berbunyi dan mengejutan mereka.

Keempatnya segera kembali mengintip dari balik semak dan melihat para awak tengah beristirahat. Naruto, Yamato juga Sakura saling melempar pandang seolah tengah merencanakan sesuatu dengan bahasa kalbu.

Setelah beberapa saat mereka pun mengangguk sepakat dan mulai berpencar. Kecuali Sasuke yang tetap diam di tempat karena tengah terluka cukup parah. Para awak yang berjumlah sepuluh orang sebenarnya bisa di kalahkan oleh Sakura dalam sekejap jika ia memiliki chakra.

Tapi kini keadaan tidak mendukung mereka. Dengan perlahan Sakura mulai mengendap-endap diantara semak, mendekati salah satu awak kapal yang cukup jauh dari rekannya dan langsung membekap mulutnya sebelum pisau yang di berikan Konan menggorok lehernya.

Ia kini memperhatikan Naruto juga Yamato yang sudah melumpuhkan setengah awak kapal itu. Sakura yang tak mau kalah juga mulai melakukannya lebih cepat dan tak memperdulikan rasa sakit pada bekas jahitan lukanya.

Hingga semua awak kapal itu mati, Sasuke segera berlari mendekat dan memberikan beberapa barang penting yang ia dapat dari mayat mereka. Tak ingin mengulur waktu lebih lama, keempatnya segera menaiki kapal dan berlabuh.

Yamato yang mengendalikan kapal itu segera memakai topeng sang kapten kapal sebelumnya saat melewati gerbang penjagaan. Untungnya mereka hanya prajurit serakah yang bisa dengan mudah di sogok dengan beberapa lembar uang.

********

Beberapa saat berlalu, kini hanya ada hamparan lautan di hadapan mereka. Keempatnya kini terduduk melingkari sebuah tungku perapian sembari menceritakan apa yang terjadi.

Ternyata Naruto juga Sasuke juga ikut di culik. Namun, kesadaran mereka tak sepenuhnya hilang hingga masih bisa mengingat setiap benda atau pohon yang di lewati saat para penculik itu membawanya. Naruto juga menceritakan jika seseorang yang menculiknya, menaikannya pada seekor burung lalu melemparnya dari langit.

Sasuke juga menyetujui penjelasannya, pria itu seketika menurunkan sedikit pakaiannya dan membuka perban yang melilitnya. Luka sayatan terpampang jelas di setiap inchi tubuhnya, saat akan membuka perban di mata kanannya Sakura segera menghentikannya karena sudah tak sanggup melihat pemandangan mengerikan lagi.

Kini pandangan mereka beralih pada Yamato, menuntut penjelasan bagaimana bisa menemukan anak-anak asuhnya. Wajahnya nampak ragu namun akhirnya ia mau menceritakan jika Itachi lah yang memberitahunya. Dua orang di sisinya nampak tercengang tak percaya, namun penuturan Sakura yang mengatakan jika Itachi juga menolongnya membuat mereka berpandangan satu sama lain.

Untuk meyakinkan mereka Sakura juga menceritakan segala yang ia alami dan tentang para warga yang sangat sengsar, rupanya Naruto juga sudah tahu itu.

Hingga keempatnya di kejutkan pada perasaan hangat yang menjalar pada tubuh mereka. Tanda byakugou pada kening Sakura juga mulai kembali terukir, Naruto juga seketika menatap tangannya yang kembali mengeluarkan cahaya biru.

Seringai jahil kembali terpancar pada wajahnya, ia berteriak agar semua orang berpegangan dan saat Sakura akan memperingatkan. Sang Jinchuriki sudah mengeluarkan rasengannya, mendorong kapal itu hingga melesat bagai kilatan petir.

Yamato seketika melorot dengan wajah memucat, sementara Sakura tak berhenti memakinya. Namun, jinchuriki itu tak memperdulikannya. Sembari tertawa ia semakin menambah kecepatannya. Hingga tak butuh waktu lama mereka tiba di sebuah pantai.

Naruto nampak berkacak pinggang sembari tertawa dan membanggakan kekuatannya yang semakin meningkat. Sementara ketiga rekannya terus muntah, merasakan badai lautan yang kini berpindah pada kepala juga perut mereka.

"Rupanya kalian bisa keluar dengan selamat," ucap seseorang membuat mereka semua menoleh.

"Nii-san," Gumam Sasuke begitu melihat seorang pria yang berdiri di atas seekor gagak.

"Hai, anak nakal," balas sulung Uchiha itu dengan senyuman jahilnya.

"Baka yaro! Kemana saja kau saat kami kesulitan di pulau itu, Dattebayo!" Teriak Naruto sembari bersiap menghajarnya namun di tahan oleh Sakura.

Saar gagak yang di pijaknya turun, pria itu mulai mendekat pada mereka dengan tatapan serius.

"Aku? Aku mencari tumbal untuk mensejahterakan rakyatku,"

Empat orang di hadapannya seketika ternganga tak percaya apa yang di ucapkannya, hingga Itachi tiba-tiba tertawa.

"Gomen, aku hanya bercanda. Sebenarnya beberapa hari ini aku berpatroli mengelilingi pulau, mencari tahu apakah ada lagi yang tersasar di sana,"

"Ah begitu rupanya. Ku kira ucapan itu sungguhan," ucap Yamato.

"Mana mungkin,"

"Hei, Itachi-san. Untuk menebus kesalahanmu karena meninggalkan kami sendiri di pulau itu, antarkan kami dengan burung kondormu itu sekarang juga!" Teriak Naruto sembari menunjuk burung di belakang Itachi.

"Itu gagak Naruto no baka!" Balas Sakura sembari menjitak kepalanya.

"Ittai! Tapi sama saja Sakura-chan. Mereka berwarna hitam,"

"Beda! Gagak itu tidak botak!"

"Tetap saja akan botak karena dia sudah tua sama seperti pemiliknya,"

Aura gelap seketika menyelimuti tubuh sang sulung Uchiha mendengar penuturan Naruto yang asal jeblak. Dengan seringai aneh ia pun me dekati jinchuriki itu lalu berkata,"Oh, kau bilang aku tua. Baiklah, yang merasa tua boleh naik ke gagakku sementara yang muda berjalanlah ke Konoha,"

"Hah, kawanku masih muda mana mau naik burung kondor tua. Dia akan jatuh di tengah jalan, ya kan Yamato senpai, Sakura-chan, teme?"

Namun, rekannya kini malah berada di sisi Itachi. Sakura  bahkan melambaikan tangan padanya sembari tersenyum dengan begitu lebar.

"Karena Sasuke sedang terluka ia akan ikut kakaknya dan aku akan menjaganya, kalau-kalau ia pingsan di udara," ucap Yamato sembari tersenyum.

"Oi! Kalian tidak bisa seperti ini, Dattebayo. Di mana rasa persahabatan kalian," teriak Naruto sembari menunjuk-nunjuk mereka yang sudah bersiap akan terbang.

"Naruto, anggap saja ini hukumanmu karena telah membuat kami pusing saat berlayar. Jaa!" Teriak Sakura yang segera melesat bersama Itachi.

"Hoi! Baka! Tunggu aku!"

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro