Bab 18 { A Glimmer of Light }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dua cangkir teh panas kini sudah berada di tengah meja. Kakashi juga Sakura yang duduk bersebrangan masih menatap satu sama lain tanpa berbicara.

Keheningan di flat itu membuat suasana semakin dingin. Sakura terlihat masih kesal karena ulah pria perak di hadapannya yang selalu menghindari segala pertanyaan.

Sementara Kakashi malah terlihat menatap gadis musim semi di hadapannya dengan tatapan senang. Ia begitu terhibur dengan ekspresi gadisnya yang tak pernah berubah saat marah.

Perlahan tangan Kakashi bergerak menyodorkan salah satu cangkir ke hadapan Sakura, tanpa mengalihkan pandangannya. Lalu bertopang dagu sembari tersenyum hingga matanya menyipit. Aura jahil sangat terasa menguar ketika Kakashi menunjukan senyuman itu tanpa maskernya.

"Gomen, hehe." Ucapnya sembari terkekeh, membuat perempatan di pelipis Sakura hampir saja terbentuk karena pria itu berbicara dengan enteng tanpa menunjukan penyesalan.

Perlahan Sakura mengambil cangkir di hadapannya sembari terus menatap pria menyebalkan di hadapannya.

"Kau benar-benar pria tua menyebalkan." Jawabnya sembari menyeruput teh yang masih panas itu sedikit demi sedikit.

Perlahan Kakashi menggenggam cangkir yang tengah di pegang Sakura dan mengambilnya. Manik onyxnya nampak memperhatikan setiap inci cangkir itu dan saat menemukan bekas lipstick dari  bibir Sakura ia segera minum dari sana hingga tandas tanpa merasakan panas dari teh itu.

"Kakashi, tenggorokanmu bisa terbakar!" Bentak Sakura namun pria itu tak menggubris, ia kembali tersenyum saat meletakan cangkir yang sudah kosong itu.

"Benar, kata anak muda itu. Saat seseorang minum atau makan dari bekas bibir kekasihnya, apapun itu akan terasa nikmat," ucapnya yang membuat Sakura seketika mematung.

Fikirannya seketika melayang pada kata anak muda yang di ucapkan Kakashi. Tidak salah, ia merujuk pada sikap Gaara yang selalu makan atau minum dari bekas Sakura.

"Apa kau mabuk, Kakashi?" Tanya Sakura berpura-pura tak mengerti apa yang ia ucapkan.

"Mabuk? Tidak. Aku hanya bicara seadanya,"

Sakura mulai merasa aneh karena pria perak di hadapannya terdengar asal berbicara.

"Kakashi, boleh aku bertanya?"

"Ya,"

"Kenapa kau bersikap seperti itu pada Sasuke tadi?"

"Aku hanya tidak suka pada orang yang mengingkari janjinya. Ia bilang akan menjaga Kurenai, tapi nyatanya dia malah pergi,"

"Aku yakin bukan hanya itu, Kakashi," ucap Sakura sembari menggenggam tangannya.

Pria perak itu kini kembali menatapnya dengan serius, ada rasa percaya juga tak percaya dalam tatapannya.

"Apa kau bisa menjaga rahasia jika aku mengatakannya?"

"Kapan aku membocorkan rahasia?"

Kakashi nampak mencoba meyakinkan dirinya, perlahan ia menghela napas sembari berkata, "Rumor reformasi yang sempat muncul kemarin perlahan tak lagi terdengar. Aku khawatir akan adanya serangan dadakan, karena biasanya ketenangan merupakan pertanda akan adanya badai,"

"Rumor reformasi? Apa ini tentang menjadikan seluruh desa menjadi satu dan yang memimpin adalah kage?" Tanya Sakura yang seketika membuat Kakashi melepas genggamannya.

"Dari mana kau tahu? Rumor ini hanya beredar di kalangan pemerintahan,"

Tatapan Kakashi kini benar-benar mengerikan seolah ia akan mencekik Sakura karena tahu hal yang begitu di jaga kerahasiaannya. Gadis musim semi itupun mulai memutar otak siapa yang harus di kambing hitamkan, karena tak mungkin ia memberitahu Baki yang melaporkan rumor itu.

Jika ia memberitahukannya maka Sunagakure akan di tuduh sebagai dalangnya dan perang tak kan bisa di hindari lagi. Ia harus mencari siapa orang yang berpengaruh cukup kuat hingga seruan perang tak bisa di lesatkan begitu saja.

"Kenapa kau diam? Katakan,"

Desakan itu semakin membuat Sakura tak bisa berfikir jauh hingga ia terpaksa menjawab, "Orochimaru-sama."

Salah satu sannin legendaris itu cukup berpengaruh sekalipun kini hanya memimpin desa kecil. Tidak ada yang berani mengganggunya atau menyerukan perang karena sikapnya yang begitu mengerikan.

Kakashi seketika menyandarkan tubuhnya dan mendongak, menatap langit-langit sembari menghela napas.

"Dia berkata apa saja padamu?" Tanyanya sembari memijat keningnya.

"Dia hanya berkata seperti itu dan ... Katanya jika ada apapun jangan menyalahkan Sasuke, karena dia tidak tahu apapun,"

Bohong, Sasuke kini tangan kanan Gaara dan pastinya dia tahu segalanya. Demi menyelamatkannya ia harus mengorbankan nama gurunya yang semoga saja mau mentolelir masalah yang Sakura buat.

"Orochimaru?" Tanya Kakashi yang kini kembali duduk normal dan menatapnya dengan sedikit tenang.

"Apa dugaanku salah?" Gumamnya yang membuat Sakura semakin penasaran.

"Dugaan apa, Kakashi?"

"Dugaan jika Sasuke tengah berkerja sama dengan seseorang. Tapi jika Orochimaru-sama mengatakan Sasuke tidak tahu apapun, berarti itu benar. Sekalipun ia seorang monster, ucapannya selalu mengandung kebenaran,"

"Atas dasar apa kau bisa menuduh Sasuke?"

"Atas dasar hubungannya dengan Kurenai,"

"Kurenai?" Tanya Sakura yang segera di jawab anggukan pelan.

"Sasuke baru saja dua bulan yang lalu kembali dari penebusan dosanya. Tetapi ia mampu merebut hati Kurenai dalam waktu satu bulan saja, apa itu tidak aneh?"

"Tentu tidak Kakashi. Bisa saja mereka sudah lama berhubungan tetapi tidak di umbar,"

"Tapi Kurenai begitu mencintai Asuma. Ia mencintainya sejak kecil dan tak mungkin bisa pudar hanya dalam waktu empat atau lima tahun. Kecuali ...."

"Kecuali Kurenai-sensei, main belakang dengan Sasuke?" Sela Sakura yang membuat Kakashi menggeleng.

"Kurenai bukan tipe wanita seperti itu. Besar kemungkinan ia terkena genjutsu, tetapi itu juga tidak mungkin karena Sasuke maupun Itachi telah kehilangan kekuatannya,"

"Mungkin Kurenai memang mencintainya, sudahlah biarkan saja Kakashi,"

"Tapi aku juga punya kekhawatiran Kurenai hanya di manfaatkan oleh Sasuke. Karena si sialan itu terlihat sangat patuh pada Kurenai,"

"Itu wajar, setiap pasangan punya caranya masing-masing untuk mempertahankan hubungan." Ucap gadis musim semi itu sembari bangkit dari duduk dan berjalan ke dapur untuk mencuci sisa makan mereka.

"Apa kau tahu Itachi telah merestorasi pulau itu dengan cepat dalam waktu sangat singkat?" Perkataan Kakashi seketika menghentikan aktifitas mencuci piringnya.

"Sudah berapa persen kemajuannya?"

"60%,"

"Apa! Bagaimana bisa? Harusnya merestorasi butuh waktu lama,"

"Itu yang ku khawatirkan, Sasuke bisa saja menguras habis harta mendiang Asuma dan ..."

"Dan?"

Sakura kini melihat ke belakangnya dan menemukan pria perak itu sudah tertidur di meja. Dugaan jika Kakashi mabuk sepertinya benar, karena wajahnya terlihat semerah kepiting rebus.

Ia lupa jika Kakashi selalu memakai jutsu khusus untuk menutupi wajah mabuknya atau untuk menutupi kekacauan tindak tanduknya saat mabuk. Sakura pun perlahan menopangnya untuk bangun dan memindahkannya ke ranjang.

Setelah menyelimutinya, Sakura berjalan ke arah jendela dan duduk di ambangnya. Kakashi sudah pasti menuduh Sasuke yang tidak-tidak. Tapi jika di fikir lagi, ucapannya bisa saja benar. Apalagi kini Itachi telah berhasil merestorasi pulaunya dalam sekejap.

Gaara tidak mungkin memberi biaya yang banyak karena pernikahan kedua saudaranya saja sudah cukup membebaninya. Kage lain juga belum tentu mau membantunya karena statusnya sebagai pemimpin para mantan penjahat.

Tiba-tiba saat ia tengah berfikir sebuah ketukan yang sangat kencang mengagetkannya. Ia segera berlari ke arah pintu dan sangat terkejut melihat Shikamaru terlihat panik.

Tanpa memberi jeda untuk bertanya ia segera menarik pergi Sakura dari flat itu.

************

7

Brak.

Pintu gawat darurat rumah sakit di dobrak dengan kencang oleh Shikamaru. Sakura begitu terkejut melihat sosok ular hitam besar juga Sasuke ada di dekat Shisounya.

Ia yang masih terpaku segera tersadar begitu Tsunade meneriakinya. Manik emeraldnya kini beralih pada wanita paruh baya itu lalu mengarah pada Shizune yang terlihat kelelahan. Sakura segera berlari ke arahnya dan menemukan sesosok pria yang terluka begitu parah pada brankar.

Darahnya terus mengucur deras hingga menetes ke lantai. Sakura pun segera mengaktifkan segel byakugounya agar luka sobekan pada perut pria itu segera kembali tertutup.

"Tsunade-sama, sepertinya situasi sudah terkendali. Saya pamit pergi." Ucap Sasuke yang segera menghilang dari sana bersama ular hitamnya.

Sakura yang masih melirik kepulan asap di sisi kirinya segera kembali berfokus mengobatinya. Perlahan sedikit demi sedikit setiap lapis daging juga kulitnya mulai menyatu, hingga dalam waktu satu jam luka itu kini hanya menyisakan bekas garis putih memanjang.

Kakinya begitu lemas karena terus berdiri sembari mengeluarkan chakra yang sangat banyak. Saat ia akan mundur, Tsunade malah menyuruhnya mendekat dan memperlihatkan luka yang sangat mengerikan pada mulut pria itu.

Cahaya dari senter kecil yang di pegang Tsunade memperlihatkan lidahnya terpotong juga tenggorokannya yang terlihat melepuh. Ia kembali menyuruh Sakura memakai ninjutsua medisnya untuk menghentikan pendarahan pada mulutnya sementara ia akan membuat laporan.

"Siapa yang melakukan hal sekeji ini," Gumam Sakura begitu Shisounya keluar dari ruangan itu.

"Shikamaru, apa kau tahu siapa dia?" Tanya Shizune pada pria nanas yang ternyata masih bersandar di sisi pintu.

Ia perlahan mendekat, membiarkan cahaya lampu yang lebih terang di tengah ruangan menyinari wajahnya yang terlihat sangat serius untuk menutupi kepanikannya.

Pria Nara itu perlahan mengambil alih kain kompres di tangan Shizune dan membersihkan percikan darah yang sudah mengering pada wajah pria yang hampir mati itu.

"Fukuro-Haru. Saudara dari Tsuchikage dan calon suami Temari," Ucapnya dengan nada yang sangat serius.

Kedua wanita itu seketika memperhatikan tiap inci wajahnya. Dua garis memanjang pada alis kirinya mulai menarik perhatian mereka.

Parasnya cukup rupawan bahkan bisa di katakan cantik jika tak memiliki jakun. Seperti Kakashi ia memiliki tahi lalat kecil di bawah bibir. Tato berbentuk seperti burung hantu dengan ukiran simbol lain juga terpatri jelas di pinggang kirinya.

"Mata-mata aligator ini sepertinya salah makan," ucap Shikamaru yang seketika melempar kain di tangannya pada nakas secara kasar.

"Untuk sementara rahasiakan keberadaan juga kejadian malam ini, kita harus mengungkap maksud dan tujuannya mendatangi bunshin Sasuke dalam keadaan terluka,"  ucap Shikamaru sembari berlalu pergi dari sana.

"Mendatangi bunshin Sasuke?" Ulang Shizune yang seketika di jawab dengan gelengan Sakura yang masih belum tahu apa yang tengah terjadi.

Dari sikap Shikamaru, gadis musim semi itu bisa menebak jika Haru sudah melakukan sesuatu yang sangat tidak di sukai oleh sang pria Nara. Seperti mengganggu Temari atau lebih parahnya Haru bisa saja mencoba mengusik ketenangan Konohagakure.

Setelah beberapa menit akhirnya tugas mereka selesai, Sakura pun segera memanggil beberapa anbu khusus dengan jentikan jarinya lalu berjalan pergi dari sana.

Baru saja ia akan naik ke ruangannya tiba-tiba seseorang memanggil. Suara itu begitu halus, hingga membuatnya selalu mati rasa jika mendengarnya, apalagi dalam suasana sunyi juga sedikit gelap seperti ini.

"Sakura ... Chan?" Lagi, suara itu semakin dekat tapi Sakura benar-benar tak punya niat untuk menoleh, seakan semua beban pikirannya telah memuncak di atas kepala. Juga tubuhnya terasa memaku di sana.

Sebuah cengkraman pada bahunya sukses membuat langkah Sakura terhenti.

"Sakura-chan atau Sakura. Aku dengar tadi di rumahmu, kau menyebut namaku? Kenapa kau mengaitkan namaku pada sesuatu yang tak ku ketahui?" Ucapnya lagi yang kini membuat Sakura semakin sulit bernapas, seingatnya Kakashi selalu menyegel setiap sudut rumahnya agar tidak ada yang mendengarkan pembicaraannya tetapi orang ini sepertinya tak terpengaruh dengan segel itu.

"O ... Oro ... Orochimaru, Sama. Di sini masih ada banyak anbu, ayo ke ruanganku," Cicit Sakura yang tiba-tiba fikirannya menjadi macet, karena panik. Ia tidak tahu harus menjawab apa selain mengajaknya ke ruangan kerja Sakura yang baru.

Mereka pun berjalan diantara remangnya lorong rumah sakit. Karena masih pukul dua dini hari, lampu jarang sekali di nyalakan agar pasien bisa tertidur nyenyak.

Saat Sakura menggeser pintu ruangannya, Orochimaru segera menghentikan tangannya yang akan menyalakan lampu.

Saat Sakura berbalik ia sangat terkejut dan mundur dengan cepat hingga punggungnya menabrak tembok, begitu melihat wajah Orochimaru tersinari cahaya lilin dari bawah dagunya.

Sakura benar-benar ingin mencekiknya tetapi untuk saat ini ia masih butuh suara dari pria ular itu. Ia pun segera duduk sembari menarik napas berulang kali untuk menstabilkan detak jantungnya yang masih terpacu kencang.

Orochimaru yang duduk di hadapannya nampak tersenyum sembari meletakan dengan hati-hati lilin itu di meja kerjanya, seperti meletakan seorang bayi.

"Orochimaru-sama, ini masih dini hari Ada apa anda kemari?" Tanya Sakura sembari memijat keningnya yang mulai pening karena terlalu kaget tadi.

"Aku sudah mengatakan alasannya tadi, aku dengar pembicaraanmu dengan Kakashi-kun. Ada apa dengan anak sialan itu? Apa dia berulah lagi?"

Sakura kini menundukan matanya, dari pada melihat mata menyeramkan Orochimaru ia lebih memilih menatap lilin yang membosankan di hadapannya.

"Anda mau minum?" Tanyanya mencoba membuat pria menakutkan di hadapannya merasa nyaman, agar ia bisa sedikit di ajak bicara tentang isu yang di katakan Baki.

Siapa tahu pria ular itu tahu sesuatu tentang masalah yang terjadi, karena ia selalu berkelana ia pasti tahu banyak hal.

"Aku ingin air di galon itu," ucapnya sembari menunjuk ke sudut ruangan dengan sunggingan senyum aneh, yang sukses membuat bulu kuduk Sakura kembali bangkit.

Gadis musim semi itu segera mengangguk dan berjalan ke sana, saat ia mengambil gelas sang pria ular tiba-tiba menghentikannya.

"Jangan pakai gelas, bawa saja galonnya kemari," ucapnya yang membuat Sakura mengernyit bingung.

Sekalipun chakranya tinggal sedikit ia masih bisa mengangkatnya hingga ke meja. Orochimaru segera berdiri dan membuka tutupnya, Sakura yang akan duduk seketika terhenti sekaligus ternganga melihat pria ular di hadapannya minum dengan sekali teguk dari galon itu.

Setelah kosong ia segera menyimpannya di bawah meja lalu mengelap bibirnya dengan tisu di meja Sakura. Ia seketika tersenyum sembari tak sengaja menjulurkan lidahnya yang panjang membuat Sakura kembali tersentak dan menjatuhkan dirinya ke kursi.

"Gomen. Aku sangat haus, seharusnya aku minum setengah air bendungan Konoha tetapi aku tadi tak melewatinya," ucapnya yang membuat Sakura reflek mencubit tangannya sendiri.

Ia terus meyakinkan diri jika ini bukan mimpi,  Orochimaru memang bukan manusia ular biasa. Ia bisa makan atau minum semaunya, tetapi ia tak menyangka akan menyaksikannya langsung.

Setelah pria itu kembali duduk, Sakura pun menghela napas pelan dan menceritakan segalanya juga rahasianya tentang Gaara juga Baki-sama. Sekalipun Orochimaru mantan penjahat tetapi mulutnya tidak seember Ino.

Ia adalah orang yang selalu menjaga rahasianya sampai mati, jadi Sakura tidak ragu menceritakan segalanya pada pria setengah abad itu.

"Aku tidak tahu pihak mana yang benar,  tetapi yang aku tahu sejak rumor reformasi itu redup. Setiap kage mulai mencari tangan kanan bayangan, seperti yang kau sebut. Sasuke berada di kubu Sunagakure dan di bawah naungan Kazekage. yang ku tahu Tsuchikage  juga telah merekrut Shii dari Kumogakure dan Kakashi juga merekrut Sai, sementara yang lain aku belum mendapat informasi dari Karin maupun Suigetsu. Intinya setiap kage memiliki minimal lima tangan kanan bayangan untuk memberi informasi atau menjaganya,"

"Aku tidak mengerti, Orochimaru-sama. Mereka hanya mendengar sebuah isu tapi menanggapinya seperti akan terjadi perang,"

"Seperti bara api, semakin di tiup semakin besar apinya. Seperti itulah sebuah isu. Apalagi fikiran mereka sangat kolot hingga menanggapinya dengan berlebihan. Tinggal memantik api kecil pastinya akan meledak dalam sekejap mata," ucap Orochimaru sembari memainkan api lilin di hadapannya.

Sakura terdiam mencerna setiap penjelasannya hingga tiba-tiba pria ular itu mendekatkan wajahnya di depan Sakura, "Mau aku bantu memantik apinya, agar dalang utamanya keluar?" Ucapnya dengan sangat pelan hingga Sakura seketika memundurkan kursinya.

"Tidak. Aku tidak mau ada peperangan lagi. Apa tidak ada cara lain untuk menghapuskan isu itu?"

"Ada, yaitu memadamkan api utamanya,"

"Tapi, apa kau tahu siapa?"

"Orang yang sangat di percaya dan memiliki segala hak kebebasan pada setiap langkahnya,"

"Kepalaku mulai sakit Orochimaru-sama. Tolong jangan main tebak-tebakan seperti anak kecil,"

"Aku beri satu petunjuk," ucapnya sembari memanjangkan lehernya dan berbisik di telinga Sakura, "Sosok itu bisa saja laki-laki atau perempuan. Dia bukan kage, bukan Shinobi maupun Kunoichi, bukan anbu dan bukan warga sipil. Cukup cerdas, pandai memutar fakta dan pandai bersandiwara. Dekat dengan para kage juga sannin legendaris,"

Sakura kembali terdiam sembari berpangku tangan dan mengetuk-ngetukan telunjuknya pada dagu.

"Jika tidak ada yang di tanyakan lagi, aku akan pergi," sambungnya.

"Tunggu, apa kau tahu kenapa mereka ingin melakukan reformasi?"

"Aku tidak tahu. Tapi kau jangan khawatir selama Itachi-kun masih bernapas, dunia ini aman. Orang itu tidak akan berani menggali kuburnya sendiri dengan menantang salah satu malaikat kematian Konoha,"

"Bagaimana dengan Sasuke?"

"Bocah itu tidak akan macam-macam selama tali kekangnya di pegang oleh orang yang benar. Jika dia membuat onar, aku akan turun tangan dan membunuhnya dalam sekejap mata karena segel kutukan yang ku tanamkan masih bekerja,"

Sakura pun seketika mengangguk mengerti dan cukup lega dengan penuturannya. Setidaknya orang yang sangat di percayainya kini bisa melindungi Konoha. Saat Orochimaru baru saja menggeser pintu ia kembali berkata, "Sakura, apa kau yakin akan menikah dengan Kakashi-kun?"

"Orochimaru-sama. Tolong berhenti memanggilnya dengan suffix Kun, aku menjadi geli mendengarnya,"

"Haha, baiklah. Ah ya, Sakura ada satu hal yang belum ku beri tahu, jika masa itu datang dan kau di suruh memilih. Diam saja jangan katakan apapun, jaa"

Setelah mengucapkannya, salah satu sannin legendaris itu tiba-tiba berubah jadi ular besar lalu keluar dari sana dengan cepat. Pandangan Sakura kini beralih pada api lilin di hadapannya.

Fikirannya kembali terpusat pada penuturan Orochimaru. Dalang dari semua ini tidak di ketahui gender maupun jenisnya. Jika bukan anbu, kage atau warga sipil, pilihan terakhirnya hanya setan, iblis atau dewa saja.

Sakura benar-benar sakit kepala saat ini. sekalipun mahluk astral yang mendalangi isu itu, untuk apa? Gadis musim semi itupun bertekad begitu Itachi datang ia akan menyekapnya dan mengintrogasinya agar mau bicara apa yang tengah terjadi.

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro