42. Bad Dreams 💍

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

💕Happy-Reading💕

Tubuh Adya yang bermandi peluh rebah di pelukan Kyara. Deru napasnya memburu saat kulit wajah mereka saling bersentuhan, mengelitik tengkuk sang istri.

Kyara bergidik, menyambut bibir suaminya yang kembali menyalurkan hasrat. Tangannya menyusup ke sela-sela rambut Adya yang basah oleh keringat, mencari tumpuan untuk mengimbangi pagutan yang semakin dalam tercipta. Suami-istri tersebut menghabiskan setengah malam dengan berbagi kasih lewat sesapan hangat dan belaian lembut.

"Mas ...," panggil Kyara dalam tidurnya. Matanya membuka, menatap langit-langit kamar. Kyara berbalik ke samping tempat tidur yang kosong. Tidak ada Adya di sana. Rasa takut yang memupuk dalam hatinya sejak beberapa hari terakhir semakin bergolak.

Mas Adya!" Kyara menyibak selimut dengan panik. Kaos Adya yang membalut tubuhnya melorot hingga menutupi paha. Dada Kyara mendadak terasa sesak ketika menyadari panggilannya ditelan sunyi. "Mas Adya! Mas Adya di mana?!"

"Kyara!" Adya yang baru keluar dari kamar mandi terburu menghampiri Kyara. Kedua alisnya bertaut khawatir melihat sang istri terduduk di pinggir tempat tidur dengan gelisah. "Sayang, aku ada di sini. Suamimu tidak ke mana-mana."

"Mas Adya!" Kyara melingkarkan tangan memeluk pinggang Adya yang berdiri di sebelahnya. "Mas Adya, jangan pergi ...."

"Aku cuma ke kamar mandi sebentar." Adya mengusap kepala Kyara. Subuh masih beberapa jam lagi dan mereka bahkan masih sempat berbincang-bincang setelah melakukan kegiatan intim sebelum tidur, tetapi Kyara sudah mencarinya.

Kyara tidak bersuara lagi. Ia membenamkan kepala di antara pusar Adya dan dua ligamen yang membentuk ceruk di belahan otot perut suaminya.

"Ada apa?" Adya mengelus pundak Kyara yang bergetar. "Istriku bermimpi buruk?"

"Tidak, Mas," jawab Kyara lemah. Ia tidak ingat mimpinya barusan, bahkan tidak ingat bermimpi atau tidak.

"Hm ...?" Adya membungkuk sedikit, mengecup puncak kepala istrinya.

Kyara mendekap Adya lebih erat. Kyara sendiri tidak mengerti dengan dirinya. Hubungannya dengan Adya sekarang jauh lebih harmonis dibanding kehidupan di awal pernikahan mereka yang serba rumit. Namun, Kyara merasa ada hal yang mengancam mereka. Sesuatu yang bisa memisahkannya dengan Adya, melebihi kecaman Irena.

"Mas ...." Kyara mendongak dengan mata berkaca. Tangannya bergerak ke depan, membelai bagian sensitif di perut Adya. Rambut-rambut halus di bawah pusarnya yang bisa dihitung jari membuat Kyara melipat bibir.

Adya mengulas senyum dan menatap Kyara penuh arti. Dengan satu sentakan, ia kemudian meraih tubuh sang istri dan membaringkannya di tempat tidur.

"Mau lanjut tidur?" Adya berbisik, mengusap anak rambut yang jatuh di wajah Kyara kemudian menghujani wajah istrinya dengan kecupan. "Tanggung sekali, sudah hampir subuh ...."

Kyara membalas cumbuan Adya dengan mata terpejam. Setitik air mata tumpah di sudut matanya saat raga mereka saling menyatu dan menerima. Ada getir yang menyelinap di antara perasaan cintanya yang melambung tinggi. Padahal Adya tidak pergi dari sisinya, tetapi Kyara merasa tidak akan melihat suaminya dalam waktu yang sangat-sangat lama.

🍀🍀🍀

Ballroom utama menara Antariksha Group mulai dipadati tamu undangan. Beberapa di antara mereka dikenali Kyara sebagai keluarga yang hadir di acara pernikahanya dulu. Sedang beberapa yang lain adalah tamu penting yang tidak jarang ia temui di acara-acara resmi. Mereka bergantian menyapa dan saling beramah-tamah.

Pandangan Adya menyapu meja tempat keluarga intinya berkumpul. Selain ayah, bunda, dan Ezra, tidak ada lagi orang lain di sana. Ayahnya adalah putra tunggal sehingga ia tidak memiliki sepupu satu kakek dari sang ayah.

Adya meraih jemari Kyara kemudian menggenggamnya erat. Adya bertekad akan meramaikan meja tersebut di tahun-tahun yang akan datang.

"Ayah, sudah dong bicaranya!" protes Ezra pada sang ayah yang kembali menyapa tamu. "Ini acaranya kapan dimulai! Capek fake smile sana-sini. Gigiku jadi kering lama-lama!"

Seperti biasa, meski sang ayah memberi teguran pada Ezra, pemimpin keluarga Antariksha tersebut segera menuruti keinginan putra bungsunya dengan memanggil salah satu panitia acara.

Tak lama berselang, MC naik ke atas podium, bersiap memandu acara. Bunyi mikrofon yang melengking membuat Kyara berjengit, tetapi bukan melayangkan ungkapan kesal sebagaimana orang-orang, ia tercengang di tempat.

Bulu kuduk Kyara meremang. Firasat buruk yang menghantuinya kembali terasa, membuat jantungnya berdebar kencang. Kyara mengamati sekeliling dengan tatapan cemas. Entah untuk sebab apa, ada rasa takut yang menguasai hatinya.

"Aku ke toilet sebentar ya, Mas."

Adya menekuk dahi melihat gelagat Kyara. "Kenapa?"

"Tidak apa-apa, Mas. Cuma merapikan rambut."

Adya bangkit untuk menemani, tetapi Kyara menolak karena acara sudah di mulai. Diiringi seorang pelayan wanita yang dipanggil oleh ayah mertuanya, Kyara kemudian berjalan tergesa ke toilet dan membasuh wajah. Kyara tahu harus menenangkan diri agar tidak merusak suasana.

"Nona, tuan Adya akan memberi sambutan setelah ini."

"Baik, terima kasih." Kyara menyahut pada pelayan wanita yang menunggunya di luar. Meski sesak di dadanya belum reda, ia tidak boleh meninggalkan bangkunya terlalu lama. Terlebih saat Adya akan memberi sambutan.

Di depan toilet, ketika hendak mengambil haluan menuju lobi yang mengantarai ballroom, seorang petugas kebersihan berjalan terburu-buru, menubruk bahu Kyara.

Kyara yang tersentak langsung menoleh. Kabel earphone milik petugas kebersihan tersebut tersangkut di bajunya.

"Kau petugas yang baru masuk itu, kan?" Pelayan yang membantu Kyara berdiri menatap kesal pada OB di hadapan mereka yang setengah meringis. "Lain kali hati-hati! Kau tahu Nona ini siapa!"

"Tidak apa-apa." Kyara baru ingin melerai ketika bunyi gemerisik yang berasal dari earphone di bahunya sayup-sayup terdengar. Bukan lagu populer yang sedang trend, bukan juga musik energic untuk menambah semangat saat bekerja. Frekuensi suara yang didengar Kyara membut tubuhnya membeku.

"Target sudah menuju posisi. Laporkan keadaan di sana. Ganti."

"Target?" Kyara memalingkan wajah, bertemu mata dengan lelaki berkacama mata yang terbeliak ketika menatapnya. "Apa maksudnya?"

"Ma-maaf, Nona. Lain kali saya akan lebih berhati-hati."

Suara serak yang seakan dibuat-buat membuat kecurigaan Kyara semakin memuncak. Lelaki tersebut membungkuk, menyambar earphone di tangannya lalu dengan tergesa meninggalkan lobi.

"Dasar tidak sopan!" Pelayan yang menemani Kyara mengumpat. "Anda baik-baik saja, Nona?"

Kyara masih bergeming, menyatukan semua praduga yang selama ini menggentayangi pikirannya. "Mas Adya!"

"Kejar OB itu! Jangan biarkan dia kabur!"

Tanpa menunggu balasan dari sang pelayan yang dilanda kebingungan, Kyara berlari sekuat tenaga menuju ballroom. Pintu besi berat dihempaskannya dengan keras, menyita seluruh atensi.

Tatapan Kyara bertemu dengan sorot mata Adya yang menghangat. Suaminya tersebut berdiri dengan gagah di atas podium. Perasaan Kyara berkecamuk dahsyat. Fokusnya tertuju pada dada kiri Adya, sasaran empuk selongsong peluru. Mengikuti instingnya sebagai seorang istri, Kyara menatap ke jendela kecil di atas balkon. Ada bayangan gelap di sana yang sudah siap membidik.

"Tidak! Mas Adya!"

Di atas podium, Adya yang semula merasa khawatir karena Kyara belum kembali dari toilet, akhirnya mengembuskan napas lega. Sengaja Adya menunda pidatonya barang beberapa detik, agar ia bisa menyebut nama Kyara dan memaklumatkan pada orang-orang sosok istri yang memberi kemajuan besar pada proyeknya.

Akan tetapi, kelapangan hati Adya tidak berlangsung lama ketika Kyara tiba-tiba menerobos panitia di pinggir podium dan berlari merentangkan tangan ke arahnya. Pikiran Adya berputar cepat, ia menghadap lurus ke depan saat udara terdengar berdesir, melontarkan sebuah proyektil padat yang mengarah tepat di jantungnya.

Dalam hitungan mili-sekon setelahnya, Adya merasa tubuhnya berputar, punggungnya jatuh pada lantai berbahan pualam yang dingin. Aroma mesiu yang menusuk dada menguar bersama pekat bau karat besi, menyatu dengan semerbak menenangkan yang Adya kenali sebagai wangi tubuh Kyara, istrinya.

💍💍💍
TBC

These bad dreams are more than true
And they'll get you
💔💔💔

-Faouzia, Bad Dreams-

.

.

.

Dear Readers, terima kasih bagi yang sudah ikut PO. Mari kita tunggu Adya dan Kyara sampai ke rumah masing-masing
🙆🏻‍♀️🤗💕

Aku belum punya jadwal update ke depan karena ada pekerjaan penting di RL. Belum memutuskan akan lanjut di sini juga atau tidak. Kalau rame dan masih banyak yang menunggu, akan kupertimbangkan nanti.

Fully love, Kireiskye~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro