第八章 Bab 8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Now playing: Yi Shi De Mei Hao 遗失的美好 by Angela Zhang

Chen Ai, Yun Xiang, dan Liu Nian memasuki lobi kantor PickUs bersama-sama. Penampilan mereka yang terlihat sempurna sebagai tim public relation perusahaan divisi make-up mengundang perhatian beberapa orang yang melewati lobi saat itu. Orang-orang itu saling bergunjing satu sama lain.

"Siapa web developer beruntung yang dapat bekerja sama dengan wanita-wanita cantik ini?"

"Pastinya web-developer yang sangat berbakat. Aku penasaran apa saja yang mereka lakukan di ruang tamu kantor."

Ada beberapa cuplikan-cuplikan kalimat lain yang terdengar di telinga wanita-wanita itu. Namun, karena itu bukanlah hal yang patut diurus, mereka pun terus berjalan menuju ruang tamu di ujung lantai satu yang sudah pernah mereka datangi kemarin lusa.

PickUs bukanlah perusahaan besar, tetapi mereka memiliki banyak web developer berbakat. Jadi, meskipun tidak ada ruang rapat khusus untuk berdiskusi dengan tamu dari perusahaan lain, berbincang di ruang tamu rupanya juga bukan pilihan buruk. Apalagi web developer yang diajak bekerja sama adalah pria muda yang merupakan orang unggulan PickUs, Zhao Nan. Segalanya seharusnya berjalan dengan lancar.

Hari itu, Chen Ai merasa ia menjalankan kewajibannya dengan sangat baik. Berkat bantuan catatan konsep yang sudah disusunnya kemarin, ia dapat berbicara dengan cukup lancar dan percaya diri di hadapan orang-orang di ruangan itu, termasuk Zhao Nan. Ia juga tidak menghindari kontak mata dengan pria itu dan bersikap profesional selayaknya tim public relation senior. Meskipun dadanya masih terasa sesak setiap ia dan Zhao Nan bertemu pandang, tetapi Chen Ai merasa ia telah melakukan hal yang tepat. Ia berhasil mengalahkan kegusarannya sendiri.

Saat jam makan siang tiba, pertemuan hari itu dijeda sejenak. Chen Ai keluar dari ruang tamu dan duduk di lobi, karena Yun Xiang dan Liu Nian juga duduk di lobi untuk menerima makanan yang diantarkan pacar mereka.

Chen Ai duduk sendirian di salah satu sofa di pinggir ruangan, lalu mengambil handphone dari tasnya dan mengecek WeChat. Ia awalnya hanya berniat melihat moment WeChat teman-temannya, tetapi ternyata ada pesan dari Luo Wang sehingga Chen Ai membuka pesan itu dulu.

Luo Wang: Chen Ai, apa hari ini kau baik-baik saja di sana? Maaf, nanti aku tidak bisa menjemputmu, ya. Aku ada pertemuan mendadak dengan klien dari perusahaan Pao Fou. Nanti kalau Yun Xiang dan Liu Nian tidak pulang bersamamu, kau naik bus metro saja. Jangan naik taksi sendirian, OK.

Chen Ai dengan cepat mengetikkan pesan balasan.

Chen Ai: Hari ini tidak terlalu buruk. Baiklah, nanti aku akan naik bus metro.

Chen Ai memasukkan handphone-nya kembali dan membuka kotak bekal yang ia bawa dari rumah. Ia hanya sempat menanak nasi dan memasak telur omelet tadi pagi. Chen Ai awalnya berniat mencari rumah makan dan membeli lauk tambahan, tetapi ia pun teringat bahwa rumah makan yang paling dekat dengan kantor PickUs berjarak satu kilometer lebih dari tempat itu. Sekali perjalanan memakan waktu sekitar lima belas menit. Chen Ai tidak yakin ia bisa kembali tepat waktu jika ia membeli makanan di rumah makan itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk melahap apa pun yang ada di kotak bekalnya, meskipun sebenarnya ia butuh makanan yang lebih berserat setelah banyak bicara seharian ini.

Chen Ai mengembuskan napas lelah. Yun Xiang dan Liu Nian sudah mempunyai pacar yang dapat membawakan makanan untuk mereka. Sebenarnya, ia juga mempunyai seorang pria yang selalu memperlakukannya bagaikan pacar, tetapi orang itu sedang tidak bisa datang sekarang dan bahkan tidak bisa menjemputnya nanti sore. Ya, sudahlah. Chen Ai tidak pernah benar-benar jatuh hati pada Luo Wang, jadi sepertinya tidak sopan jika ia terus-terusan meminta Luo Wang bertanggungjawab atas dirinya.

Chen Ai berdecak bosan. Saat itu juga, ia merasakan bahwa bibirnya ternyata sudah mengering. Ia mengambil botol minum kecil dan pelembab bibir dari tasnya. Namun, air di botolnya ternyata sudah habis. Chen Ai memandang ke sekeliling ruangan, mencoba mencari dispenser. Namun, pencariannya terganggu karena tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.

"Dispensernya ada di sana."

Chen Ai langsung menoleh begitu mendengar suara itu. Zhao Nan menghampirinya sambil membawa secangkir kopi hangat yang sepertinya barusan diseduh. Kemudian, pria itu duduk di sofa empuk di seberang Chen Ai.

Sebentar. Omong-omong, dari mana pria itu tahu ia sedang mencari dispenser? Chen Ai melirik ke meja di hadapannya, lalu ke kursinya, lalu ke arah tangannya yang memegang botol kosong. Apakah hanya dengan melihat botol ini pria itu langsung mengetahui apa yang dipikirkan Chen Ai? Mengapa pria itu begitu mudah menebak isi pikiran Chen Ai? Apa pria itu pernah membedah isi otaknya saat mereka menjadi teman sekelas sembilan tahun lalu? Jika diingat-ingat, ada kemungkinan juga. Mereka sering belajar bersama dulu, jadi mungkin sudah saling memahami pola pikir masing-masing.

Aish ... mengapa Chen Ai jadi memikirkan hal ini, sih? Chen Ai mengembuskan napas kasar sampai bibirnya bergetar, lalu beranjak dari sofa dan berjalan ke arah sudut yang ditunjuk Zhao Nan tadi. Ia menemui dispenser dan mengisi botol di sana. Sambil terus menekan tombol dispenser, ia memikirkan bagaimana ia bisa berubah menjadi wanita bisu di hadapan Zhao Nan.

***

Zhao Nan tertawa kecil ketika melihat ekspresi Chen Ai setelah ia menepuk pundaknya tadi. Ekspresi wanita itu sangat lucu, antara panik dan terkejut. Namun, wanita itu tidak terperanjat ataupun bersuara sedikit pun. Ia malah menatap Zhao Nan lekat-lekat selama beberapa detik, lalu segera berjalan cepat menuju dispenser.

Zhao Nan pun menyeruput kopi hangatnya perlahan-satu-satunya santapan yang bisa ia konsumsi saat itu, karena ia tidak sempat menyiapkan makan siang tadi pagi dan tidak ada rumah makan dekat kantor PickUs-sambil mengamati Chen Ai dari jauh.

Sepertinya ada banyak perubahan yang signifikan dari diri Chen Ai dibandingkan dengan sembilan tahun lalu. Di mata Zhao Nan, wanita itu semakin cantik, semakin putih, semakin komunikatif, semakin cerdas, dan masih ada banyak perkembangan lainnya. Namun, di balik semua itu, masih ada bagian yang tidak berubah dari diri Chen Ai.

Hatinya. Wanita itu masih mempunyai hati sepolos kelinci.

***

Semua orang tidak menyangka bahwa pertemuan hari itu dapat terus berlanjut hingga matahari tenggelam. Setelah Chen Ai, Yun Xiang, dan Liu Nian menyampaikan fitur-fitur yang diperlukan di website secara rinci, Zhao Nan dan Zhang Huan, asistennya langsung berkutat pada laptop mereka sambil mengetikkan bahasa koding yang tidak dimengerti anggota tim public relation. Mereka bilang mereka akan membuat kerangka garis besar website-nya dulu dan meminta pendapat anggota public relation. Namun, ternyata 'kerangka garis besar' yang disebutkan Zhao Nan tetap bukanlah sesuatu yang sederhana, bahkan sampai memakan banyak sekali waktu.

Pertemuan hari itu berakhir pukul 07.35 p.m. Langit sudah gelap. Yun Xiang dan Liu Nian langsung menelepon pacar mereka masing-masing. Satu persatu dari mereka mengucapkan "sampai jumpa" pada Chen Ai ketika pacarnya sudah menjemput. Sementara itu, di balik pintu kaca PickUs, Chen Ai masih menimbang-nimbang apakah ia harus memanggil taksi atau naik bus metro. Karena sebenarnya, naik bus metro di atas pukul tujuh malam juga bukan opsi yang bagus.

Tiba-tiba, seseorang menepuk pelan pundak Chen Ai. Lagi.

Chen Ai menoleh dan mendapati Zhao Nan berdiri di belakangnya. "Kenapa kau lagi?" protesnya ketus.

"Maaf membuatmu harus pulang sendirian malam-malam," ujar Zhao Nan tulus.

Chen Ai merasa jantungnya berdebar-debar sangat cepat, sampai rasanya ingin terpental keluar. Ini bukan jenis debaran yang dirasakan ketika ia menyukai seseorang. Ini jenis debaran yang akan muncul setiap kali ia tidak sabar ingin memukul seseorang. Namun, Chen Ai mengendalikan dirinya dengan baik. Ia menyunggingkan senyum formalitas, lalu berkata, "Bukan masalah besar."

Zhao Nan memasukkan kedua tangan ke saku. "Kau menunggu pria itu menjemputmu kemarin lusa?" Ia tidak tahu pasti apa hubungan yang terjalin antara Chen Ai dan pria yang menjemputnya dengan mobil kemarin. Jadi, ia menggunakan kosakata paling universal: "pria itu".

Chen Ai menaikkan sebelah alis. Dari mana ia tahu aku dijemput oleh Luo Wang kemarin lusa? Jadi, selama ini aku dimata-matai? batinnya sebal. Namun, Chen Ai tidak tertarik untuk memperpanjang pembicaraan dengan Zhao Nan, jadi ia hanya menjawab apa yang ditanyakan pria itu. "Tidak. Aku pulang sendiri."

Mendengar itu, mata Zhao Nan langsung berbinar. Ia pun mnegeluarkan tangan kanannya dari saku, lalu menarik pergelangan tangan Chen Ai menuju ke garasi mobil karyawan PickUs. "Ayo, pulang bersama aku saja. Hitung-hitung sekalian reuni dengan teman belajar semasa SMA," tutur Zhao Nan bersemangat.

"Hei, Zhao Nan! Lepaskan tanganku! Kau mau apa, sih?" Chen Ai marah dan menarik tangannya dengan kasar. Namun, pria itu malah mempererat genggamannya.

"Berbincang-bincang bersamamu dengan santai."

"Apanya yang-"

Perkataan Chen Ai terpotong begitu Zhao Nan memencet kunci remote mobil dan membukakan pintu untuknya. Pria itu bahkan menggunakan tangan kirinya untuk memberi isyarat yang seolah berkata, "Masuk saja, silakan. Jangan sungkan."

Namun, Chen Ai tentu saja menolak. "Zhao Nan, kau sebenarnya tidak perlu-"

Chen Ai menghentikan ucapannya. Ia merasa dada bidang Zhao Nan menggencet tubuhnya dan memintanya untuk segera masuk ke mobil. "Kita ini teman. Jangan saling sungkan menerima bantuan."

Napas Chen Ai tercekat dan rahangnya mendadak kaku. Wanita itu melihat ke sekelilingnya. Ia berada di pinggir garasi kantor PickUs. Hanya ada mereka berdua di tempat itu. Ia tidak bisa bertahan dalam posisi seperti ini lebih lama lagi. Rasanya terlalu canggung dan aneh. Jadi, daripada memperpanjang masalah, Chen Ai memilih untuk langsung masuk ke mobil dulu.

***

Sebenarnya, Zhao Nan tidak berniat menyudutkan Chen Ai hingga seluruh punggung wanita itu menempel ke pintu mobil. Zhao Nan hanya maju selangkah untuk menghalangi Chen Ai kabur ke tempat lain. Namun, sepertinya wanita itu berpikir terlalu banyak dan langsung bertingkah gugup. Zhao Nan hanya tersenyum tipis, lalu berjalan memutar untuk duduk di kursi pengemudi.

Setelah Zhao Nan menanyakan alamat apartemen Chen Ai, suasana di mobil kembali hening. Saking heningnya sampai Zhao Nan bisa mendengar suara sirkulasi di pendingin. Ia pun menyalakan tape dan menyetel ke saluran radio khusus musik. Hal yang pertama kali tedengar dari tape adalah suara Shen Yue yang menyanyikan lagu I Like You So Much, You'll Know It. Sebenarnya, Zhao Nan merasa lagu itu agak kekanak-kanakan. Namun, ia pikir Chen Ai yang suasana hatinya buruk tidak akan suka jika ia terlalu banyak bergerak dan mengganti-ganti musik. Jadi, ia membiarkan lagu soundtrack itu terus berputar.

Setelah suasana sedikit mencair berkat keberadaan lagu itu, Zhao Nan memberanikan diri mengangkat suara. "Akhir-akhir ini mengapa kau sepertinya tidak senang melihatku?"

"Apakah dulu aku senang melihatmu? Tidak pernah, ya! Jangan terlalu percaya diri," jawab Chen Ai ketus.

Zhao Nan menaikkan kedua alis. Ia tidak menyangka jawabannya akan seketus itu. "Benarkah? Kurasa hubungan kita dulu tidak terlalu buruk juga."

Mendengar kata 'dulu', pikiran Chen Ai langsung melayang ke kondisinya sembilan tahun silam. Iya, sepertinya benar juga kata Zhao Nan.

Sembilan tahun terakhir ini, Chen Ai telah menyimpan terlalu banyak hal seorang diri. Sementara Zhao Nan bahkan tidak tahu apa yang dirasakan Chen Ai dan mengapa wanita itu kelihatan membencinya. Chen Ai merasa sangat tidak logis selama ini.

Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, Chen Ai hampir saja menunjukkan reaksi menangis di depan seorang pria. Matanya mulai berkaca-kaca dan bibirnya bergetar pelan. Kebencian yang tertanam di hatinya selama sembilan tahun inibagaikan sebuah lubang hitam yang dalam dan tak terjangkau. Ia ingin menutup lubang penuh kepahitan itu, tetapi mengapa rasanya sakit sekali? Rasa sakit itu tak tertahankan hingga akhirnya air mata Chen Ai mengalir dan ia terisak pelan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro