[12] Janji 20 Tahun Lamanya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Karina bangun lebih awal. Dia segera membersihkan diri dan melakukan pemanasan seperti biasa. Untungnya jadwal latihan yang akan dia lakoni berlangsung jam empat sore. Masih ada waktu untuk pergi ke rumah sakit.

Usai memimpin apel pagi, dia melakukan jogging. Dia mengarahkan kakinya ke luar gerbang asrama. Sengaja menggunakan baju training olahraga agar tidak ada yang tahu. Gadis enerjik itu menyimpan ponsel dan dompetnya di balik saku celana.

Lebih baik berangkat lebih awal. Siapa tahu Pelatih Shin memajukan jadwal latihan. Karina ingin berlatih nanti saja. Tangannya masih susah digerakkan. Bakal bermasalah kalau Pelatih Shin menemukan tangan Karina yang terkilir.

Ia berlari sampai menemukan blok pertokoan yang ramai. Setelah memastikan tak ada siapapun yang melihat, dia segera mencegat taksi yang akan membawa ke rumah sakit.

Betapa tercengangnya atlet muda itu setelah serangkaian tes dia lakoni. Dokter menjelaskan tak ada masalah apapun terhadap Karina. Otot lengannya terlalu lelah menahan beban. Tulangnya baik-baik saja. Dia hanya butuh istirahat untuk memulihkan ototnya.

"Kenapa kau belum juga datang, Park Sunghoon?" dumel Karina tak karuan.

Di gerbang rumah sakit itu, Karina sudah menunggu Sunghoon. Pesannya sejak subuh pun belum terbaca. Lima belas menitnya telah terbuang sia-sia.

Ini sudah hampir jam dua siang. Semestinya Sunghoon sudah menjemputnya sekarang.

"Ah sudahlah. Mungkin sedang latihan."

Karina memilih berpikir positif. Akhirnya Karina singgah di sebuah kafe yang menjajakan sandwich enak. Hari ini Karina melanggar janjinya. Lidahnya tak bisa menahan godaan seperti itu. Dia harus berlatih lebih keras lagi demi menurunkan berat badan.

"Karina, kau Karina, kan?" sapa seseorang dari arah yang berlawanan.

Senyum memikat, tampilan segar dengan aroma wood lembut. Setelan kemeja berbalut jas putih membuat mata Karina memicing heran.

"Nuguseyo?" tanyanya.

"Eo. Kau tidak ingat? Jay. Ini aku, tetanggamu. Aku tinggal di bawah rumahmu. Ingat, kan?"

Karina tercenung sejenak. Dia tak pernah merasa punya tetangga. Gadis itu bahkan tidak kenal dengan anak laki-laki itu.

"Aku Jay. Aigo... Sebelum keluargaku pindah ke Amerika, aku tinggal di Paju." Jay bersemangat menjelaskannya. Sementara gadis di depannya malah membeku.

"Kita pernah berjanji bakal menikah bila bertemu lagi saat itu. Kau menangis tak rela melihatku pindah. Ingat?"

"Neo?!" Karina kali ini terkejut menyadari siapa laki-laki bersetelan jas dokter itu. "Neo?" ulangnya masih tak percaya. Lantas Karina terbahak-bahak mengenali Jay.

"Astaga aku baru ingat. Kau yang selalu bermain dengan saudaraku. Mengomeli betapa joroknya Jungwoon. Jay Oppa, mianhae. Aku benar-benar lupa."

"Tak masalah. Astaga... Sudah lama sekali. Hampir dua puluh tahun. Kau masih kecil sekali saat itu. Apa kabarmu, Karina-ya?" Jay memangkas sikapnya untuk bersikap formal setelah sekian tahun tak berjumpa.

"Kabarku baik. Kau kerja di sini?"

"Tidak. Aku melanjutkan magang di sebuah klinik universitas. Kebetulan hari ini aku hendak menemui kenalanku."

Karina mengangguk kecil. Sangat luar biasa Jay mengenali Karina. Sekian tahun semestinya mereka tidak saling mengenal. Sebab wajah bisa berubah.

"Aku sebenarnya ingin mengobrol banyak denganmu, tapi kenalanku sedang menunggu. Boleh meminta nomormu Karina-ya. Sekalian saja ajak saudaramu. Kita reunian."

Senyuman Karina mengembang. Dia mengeluarkan ponsel dari saku. Dicatat nomor yang Jay dikte. Jay sangat puas karena akhirnya mereka terhubung kembali.

Mereka berpisah dalam lambaian kecil. Minhyun melanjutkan langkah, semakin masuk ke bagian rumah sakit.

Dada Karina berdesir hebat. Tak menyangka melihat tetangganya menjadi dokter. Dulu sekali dia selalu berebut teman dengan Jungwoon. Jungwoon ingin bermain mobil-mobilan. Karina tak mau kalah. Dia mengamuk, padahal Jay sudah janji bakal menemaninya main sebagai pengantin. Karina sangat suka melihat orang yang menikah. Jadi Karina dan Jay bakal menjadi pasangan, sementara Jungwoon menjadi pendeta.

Sayang sekali Jungwoon sedang bosan. Ini sudah belasan kali mereka melakukannya. Hari ini Jungwoon ingin adu balap dengan Jay.

"Hari ini aku mau main dengan Jungwoon dulu, Eunbi-ya. Nanti saja ya," kata Jay kecil berusaha menengahi pertengkaran saudara itu.

Nanti sekadar nanti. Bibi Park memanggil anaknya pulang ke rumah yang ada di lantai bawah. Kemudian ibu si kembar menggiring Jungwoon dan Karina keluar rumah. Keluarga Jay sedang menyampaikan salam perpisahan. Ayah Jay dipindah-tugaskan di Amerika oleh perusahaannya. Jadi anak dan istrinya ikut menyertai.

"Katanya kau mau main bersamaku, Jay-ah?" protes Karina tak rela melihat Jay menarik kopor kecil. Dia tampak ceria hendak menaiki pesawat.

Karina berderai air mata. Kesal harus kehilangan teman bermain.

"Aku akan datang menikahimu nanti. Tunggu aku, eo?"

Para orang dewasa terkekeh mendengarnya. Sementara Karina masih terisak-isak tak mau ditinggal.

Masa itu sangat menyenangkan. Karina memiliki Jay sebagai teman. Keluarganya utuh. Sampai usia sepuluh tahun, Karina amat bahagia. Tetapi rekaman manis masa kecilnya terkubur secara menyakitkan.

Orang tuanya bercerai. Ayahnya dipenjara, ibunya menikah lagi. Karina lupa pada segala yang manis. Kesendirian menjeratnya sedemikian rupa. Pertengkaran demi pertengkaran menjadi saksi hidupnya.

Dia terlibat sebagai bagian iljin semasa SMP. Melakukan banyak masalah. Barulah saat SMA dia menutup dirinya yang kacau. Energi dia lampiaskan menjadi atlet karateka. Bosan bermain karate, dia membanting minat ke jurusan senam indah. Sangat jauh antara perangai beringas menjadi sosok anggun.

Tetapi dia gigih melakukannya. Sebab tipe ideal Sunoo adalah gadis anggun.

Pudar. Usahanya terbuang sia-sia. Sunoo tak bisa dia raih. Justru Sunghoon yang senang tak kepalang melihat pakaian ketat Karina selama pertandingan.

"Astaga, Jay semakin tampan saja," pujinya mulai bermonolog. Karina tersipu-sipu menutupi pipinya.

Karina memutuskan pulang saja ke asrama kampus. Percuma menunggu Park Sunghoon datang menjemputnya. Dia menggunakan taksi lagi dan memintanya turun di sebuah gerai makanan cepat saji.

"Karina-ya, mianhae aku lupa!" ujar Sunghoon tiba-tiba dari belakang Karina.

"Eoh. Gwaencanha," sahut Karina enteng.

Sunghoon menghentikan langkah. Bingung. Biasanya Karina bakal mengomelinya bila alasannya lupa.

"Apa kata dokter?" kejar Sunghoon penasaran.

"Tidak apa-apa. Aku hanya harus mengompres siku dengan air hangat."

"Itu melegakan sekali," kata Sunghoon ikutan senang.

"Hei, Park Sunghoon," panggil Karina tiba-tiba. Sunghoon menoleh ke Karina antutias. "Sepertinya aku jatuh cinta lagi," ucap Karina semringah.

Dada Sunghoon berdesir. Dia ikutan tersipu. Pasalnya hari ini Sunghoon sudah memakai pakaian terbaik. Senang bakal kencan dengan Karina, meskipun dia terlambat menjemput Karina di rumah sakit.

"Padaku?" tanya Sunghoon hendak membentuk hati lewat kedua jari telunjuk dan ibu jari.

"Tidak. Aku jatuh cinta ke Park lain. Park Jeongsong. Jay."

Dada Sunghoon mencelos. Sejenak dia bertanya-tanya apakah Karina lupa bahwa dia sudah menjadi pacar Sunghoon. Apakah gadis itu masih menganggapnya sebagai teman yang bisa mendengar apa saja.

"Jay siapa?"

"Cinta pertamaku. Hari ini dia bertemu denganku. Astaga, menyenangkan sekali." Karina larut dalam angannya. Lupa bahwa Sunghoon dirundung cemburu yang memuncak.

Baru kali ini Sunghoon terbakar. Saat Karina menangisi Sunoo pun, Sunghoon tidak merasakan apa-apa kecuali iba. Namun, mendengar nama pria asing disebut, mendadak saja semuanya terasa merah di mata Sunghoon.

"Ya, kau punya aku. Jangan lihat siapa-siapa kecuali aku!" dumel Sunghoon.

"Astagaaaa... Doa-doaku terkabulkan. Aku bakal punya pria yang menarik."

"Ya!"

"Mwo?" Karina kembali ke sosok galaknya lagi. Sunghoon mendadak menciut. Tangannya merangkul Karina hati-hati.

"Aku ikut senang," katanya tak jujur, tetapi Sunghoon memutuskan tertawa seolah tak mendengar apa-apa. Tragis sekali memang nasibnya.

***

Banyuwangi, 20 April 2018
Gyuberry Storyline
[

Repost] Same city
16:01 WIB // 09 September 2021

Finally, Jay nongol. Maafkan typo yang bertebaran. Silahkan vote komen ya. Terima kasih.

NOTE :

Iljin itu sebutan untuk anggota geng yang suka mem-bully orang. Hobinya mengganggu dan memeras.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro