[5] Teman Sekamar yang Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hai, ketemu part 5 jangan lupa vote dulu ya. Happy reading.

***
HEART REFLECTIONS
***

Pingsan tidak membuat Winter bebas dari hukuman. Besok pagi dia akan disikat habis oleh ketua asrama. Seperti biasa, pelanggar aturan akan dihukum setiap pagi. Berjemur di bawah pancaran ganas mentari selama tiga jam. Berdiri tegak menghormat bendera Korea Selatan yang berkibar riang diterpa angin musim semi.

Dihukum seperti itu sebenarnya tak susah-susah amat. Namun, sebuah kalung karton berlabel jenis pelanggaranlah yang memberatkan kepala untuk tegak sempurna. Siapapun pelanggar akan menunduk malu. Kecuali tentunya Cha Aeri yang pamer gusi, bangga karena melakukan pelanggaran. Jangan lupakan pacar Karina. Dia akan melambaikan tangan ke sembarang gadis. Tebar pesona.

Membayangkan hukuman untuk esok hari, jelas merupakan sebuah penderitaan untuk Winter. Gadis itu tersaruk-saruk menuju gedung asrama di lantai tiga. Dia mengekori jejak Karina dan Aeri yang asyik mengobrol, tentunya membicarakan gadis yang sudah pindah ke Jerman. Bagaimana pun juga, sulit bagi Aeri untuk mencari tahu alasan utama Sooji pergi dari kampus.

"Sudahlah, cepat masuk kamarmu, Aeri-ya!" sergah Karina enggan menjawab.

Dari cara bicaranya, Winter meraba ada yang salah. Persis saat Sooji mengajaknya bicara selama pertemuan keluarga Yoon. Kedua gadis itu seperti saling menghindari topik tertentu. Padahal Winter sangat tahu, ke mana-mana, Sooji dan Karina erat bersama, diekori Aeri yang berisik.

"Kata Heesung Oppa, kau kesulitan tidur. Bagaimana kalau malam ini kau tidur di kamarku saja?" tawar Karina sedikit bersahabat.

Mata Winter jatuh ke lutut Karina yang masih ditambal kain kasa. Entah mengapa Winter merasa nyeri membayangkan luka itu. Andaikan mereka tidak terlibat cinta segitiga, tentu akan sangat menyenangkan bagi Winter berteman dengan Karina. Sayangnya sulit bagi Winter membuka hati untuk senior yang berjiwa tsundure itu. Cuek di luar, tetapi peduli luar biasa dari dalam.

"Aniyeyo. Aku bisa jaga diri," tepis Winter seketika. Dia melanjutkan langkah menuju kamarnya yang ada di ujung lorong.

Bodoh!

Winter memaki dirinya sendiri. Dia semakin takut berada di kamar yang dia tempati sekarang.

"Aish... Aku benar-benar sendirian sekarang," gumamnya lekas meringkuk di kasur.

Berbagai pose dia lakukan, tetapi tak kunjung membuatnya terpejam sampai pagi tiba. Saat alarm yang disetel di seluruh kamar asrama terdengar kencang, Winter ikut terbangun. Badannya terasa lelah. Namun, dia harus ikut apel pagi sebelum menjalani hukuman bersama Cha Aeri.

***


HEART REFLECTIONS 

***

Karina berlari seperti biasa. Matanya yang berbingkai kacamata bulat sedang mengabsen satu per satu anggota asrama putri. Setelah itu, dia membubarkan barisan untuk olahraga sendiri. Ada yang melakukan split, ada yang lari dan lainnya. Gadis itu melepas kacamata, lalu memilih duduk di salah satu bangku untuk perenggangan.

"Heol, punggung yang seksi. Jadi ingin memelukmu, Karina-ya." Sunghoon bergabung di sebelahnya. Duduk bertopang dagu dengan mata berbinar. Badannya segar usai mandi. Terbukti dengan rambut basah disisir ke belakang.

"Pergi sana. Jangan ganggu aku!" usir Karina seketika. Dia berkonsentrasi pada aktivitasnya sendiri.

"Aigo... Aku tak akan mengganggumu. Hanya duduk di sebelahmu saja," sangkal Sunghoon keras kepala.

"Matamu yang olahraga. Jelalatan ke mana-mana. Lihat apa kau, hah?" Karina akhirnya sibuk menutupi jaketnya yang tidak di-resleting. Bukan main kesalnya memergoki Sunghoon sedang mengintip belahan dadanya.

"Mati kau, Hoon-ah!"

Keduanya berlari sekencang mungkin. Tawa Sunghoon meledak sampai-sampai semua pasang mata menyaksikan adegan yang sudah biasa, tetapi tak pernah membosankan.

"Ya, berhenti di sana!"

"Tidak, aku mau lihat lebih banyak lagi!" tanggap Sunghoon mengerahkan semua kekuatan untuk berlari kencang.

Dia sedikit berharap Karina bukan gadis atletik. Sayang energi seorang Karina tak pernah habis. Sampai akhirnya Karina berhenti sejenak. Sunghoon mencuri lihat di belakangnya. Betapa kagetnya Sunghoon menyaksikan sebuah sepatu melayang dan menghantam dahinya. Pelakunya malah pacarnya sendiri, yang tak sabar untuk merajam Park Sunghoon!

"Puas kau sekarang?" tanya Karina berkacak pinggang.

"Aigo, Karina-ya, cium dahiku sebelum benjol. Bibirmu adalah kompres paling mujarab untukku!"

Tangan Sunghoon menunjuk bekas ujung sepatu menghantam dahi. Suaranya bergetar. Pening bukan main, tapi dia berusaha menemukan sosok Karina yang mendadak jadi empat bayangan.

"Chagiya, Karina-ya Yeobo, di mana kau? Kenapa kepalaku pengar?" tanya Sunghoon lepas kendali. Akhirnya rebah di kaki Karina. Posisinya tak tertahankan. Sungguh mengenaskan nasib Casanova yang tak kunjung bertobat itu.

Karina menutup mata. Tak tahan menjadi tontonan gratis.

"Lepaskan kakiku Park Sunghoon, atau kutendang kau!" ancam Karina.

"Aniya. Aku tak mau melepaskan belahan hatiku. Shireo! My life, my everything, I am sorry. Seriously." Sunghoon berkata sok kebaratan pakai bahasa Inggris. Persis lakon drama nan tragis ala Romeo. Sayang Juliet-nya tidak bisa mendayu-dayu. Yang ada brutal bukan buatan pada sang kekasih.

"Hana..." Karina mulai menghitung.

"Deul...."

"Baiklah baiklah!" Sunghoon mengalah. Cengiran bodoh menjadi pemandangan terakhir Karina sebelum Sunghoon hengkang dengan riang.

Karina menepuk dadanya, mengontrol suasana hati yang meledak-ledak.

"Aigo.... Aku ingin jatuh cinta sungguhan dengan laki-laki normal. Heran kenapa Sunghoon yang harus jadi pacarku. Ingin kucampakkan secepatnya kalau tidak berubah!" gumamnya tak karuan.

***
HEART REFLECTIONS

***

Karina melangkah gontai. Hari ini dia harus menghadiri latihan. Namun, Nyonya Park mencegatnya di ambang pintu asrama.

"Ada apa, Nyonya Park?" tanya Karina ingin tahu. Manik berbalut lensa abu-abu itu menatap wajah Nyonya Park yang berdiri santai.

"Aku menerima pengajuan salah satu mahasiswi yang minta dicarikan teman sekamar. Kau keberatan menerima teman sekamar yang baru?" tanya Nyonya Park langsung.

"Aniyeyo." Karina menggelengkan kepala. Asal teman sekamarnya bisa disiplin dan bersih, Karina akan baik-baik saja.

"Dia ingin secepatnya pindah kamar. Kau bisa meninggalkan kuncinya pada dia, kan?"

"Tak masalah, Nyonya Park. Aku bisa menunggunya. Kapan dia memindahkan barang? Aku bisa membawakan barang-barangnya," ujar Karina mulai menggulung lengan kemeja.

"Ah itu dia," tunjuk Nyonya Park ke arah belakangnya.

"Winter?" tanya Karina tak percaya pada telinganya. "Winter ingin pindah di kamarku, Nyonya Park?"

Anggukan Nyonya Park merupakan konfirmasi yang valid. Salah satu sudut bibir Karina terangkat tinggi. Dia menyeringai, ingat bagaimana Winter menolak tawarannya semalam. Justru Winter yang masuk ke kandang singa dengan sendirinya.

"Setelah Yoon Sooji, aku sekamar dengan Winter. Rupanya aku berjodoh dengan sepasang saudara sepupu," sindir Karina pada Winter.

Muka juniornya merah padam. Tak tertahankan bagaimana Winter sekarang. Dia ingin punya teman sekamar, tetapi Nyonya Park malah menjebloskan Winter ke kamar gadis yang ingin Winter hindari.

"Nyonya Park, saya—" Winter hendak membatalkan pindah kamar, tetapi pandangan Nyonya Park mengarah pada Karina.

"Baguslah. Karina-ya, temani Winter. Aku mau senam aerobik dulu. Bye!" Nyonya Park pergi sekenanya. Meninggalkan dua gadis itu di ambang pintu gerbang.

"Ayo angkat barang-barangmu. Aku harus latihan setengah jam lagi," ajak Karina menarik lengan Winter.

"Eonni—" Winter tak mampu menemukan kalimat yang tepat. Langkahnya hanya bisa mengikuti jejak Karina menuju lantai tiga.

"Barangmu banyak atau sedikit?" tanya Karina saat sampai di pintu kamarnya.

"Lumayan," balas Winter enggan.

"Chankamman."

Karina mengeluarkan anak kunci dari saku. Dia membuka pintu lalu masuk untuk meletakkan tas. Ketika keluar, Karina menyeret sebuah koper besar.

"Kemasi barang-barangmu dan pindahkan ke sini. Agar tidak repot bolak-balik menuju kamarmu dan kamarku," jelas Karina mengabaikan kecanggungan Winter.

Winter mengutuki diri. Sesal menggerayangi sekujur tubuh. Kenapa dia tak bisa bertahan sedikit saja di kamar horor itu saja? Andaikan tidak penakut, pasti dia baik-baik saja.

"Kalau kau tidak menyukaiku karena Sunghoon, aku tak akan marah, Winter-ah. Perlu kau ingat, aku tak bisa menghentikan perasaan Sunghoon untuk tetap menyukaiku."

Dada Winter berdesir. Ngilu menerima perkataan seperti itu. Tempatnya berpijak seakan berguncang lalu anjlok di inti bumi. Winter hilang keseimbangan. Hatinya longsor akan kenyataan yang pahit itu.

"Kenapa kau begitu peduli padaku, Karina Eonni?" tanya Winter dingin. Bola mata itu menampakkan kilau kristal yang sebentar lagi meleleh.

"Karena kau keluarga Sooji. Jadi kau keluargaku juga. Aku begitu dekat dengan mereka."

"Tapi kau bukan keluargaku," balas Winter. Suaranya bergetar dipenuhi rasa tak suka.

"Memang kau bukan siapa-siapaku, tetapi aku harus menjagamu, karena kau sudah masuk otoritasku. Ingat, aku ketua asrama yang ikut mengawasi gerakan mahasiswi yng tinggal di sini."

Karina langsung pergi ke kamar paling ujung. Pintu kamar Winter tidak dikunci, jadi Karina langsung mengemasi barang-barang Seohyun.

"Jangan sentuh barangku!" hardik Winter.

"Lakukan sesukamu, Winter-ah. Katakan pada Nyonya Park kalau kau ingin sendirian. Semoga beruntung!" tandas Karina segera keluar. Dia meninggalkan koper di ruang yang penuh dekorasi mewah milik penghuni sebelumnya yang tak lain Yura.

Karina memilih pergi ke gedung kampus secepatnya. Tak tahan harus ribut di hari pertama mereka sebagai teman sekamar.

Winter langsung turun ke lantai satu. Dia mencari Nyonya Park. Sayang pembatalan usulan pindah kamar tak bisa dilakukan. Apalagi kamar yang Seohyun tinggali saat ini bakal disegel. Praktis Seohyun tidak punya kamar lagi kecuali di kamar Karina.

Hari yang suram untuk Winter. Dia kembali ke kamar, mengemasi barang. Tiga kali bolak-balik, akhirnya dia bebas menata barang di tempat yang dulunya diisi oleh kakak sepupunya.

Winter mengamati beberapa potret persahabatan antara Sooji dan Karina. Di sana, terselip foto empat orang. Dua pria mengapit dua gadis. Deret mulai kanan terdiri dari Sunoo, Karina dan Sooji, Sunghoon. Keempatnya kompak tertawa menghadap kamera dengan cengiran yang sama. Bahagia menikmati masa SMA yang bahagia.

Winter tersenyum sekilas. Senang melihat foto itu. Sunghoon tidak di sebelah Karina. Sooji pernah cerita, mereka selalu bersama. Padahal Sunoo dan Sunghoon adalah kakak tingkat mereka.

Winter membelalak tak percaya. Di belakangnya, ada wajah kecil tak sengaja tertangkap kamera. Itu wajah Winter, sedang mengamati Sunghoon dari belakang. Winter ingat, itu hari kelulusan Sunghoon. Saat itu, semua siswa SMA diwajibkan datang ke sekolah guna melepas kakak tingkat yang akan melanjutkan hidup.

"Itu aku," gumamnya tersenyum kecil.

"Sedang lihat apa?" tanya seseorang dari balik pintu. Tiba-tiba saja mengakibatkan jantung Winter kaget tak karuan. Karina melempar tasnya lagi. Dia merebahkan diri di kasurnya yang ada di ranjang atas.

"Aniyeyo." Rasa gengsi Winter kembali lagi. Dia langsung melanjutkan aktivitasnya. Menata barang secara terburu-buru.

Karina tak membantu. Kelasnya dibubarkan karena dosen berhalangan hadir. Jadi dia memilih tidur setelah membuka ponselnya. Sunghoon sedang meneleponnya, ingin mengajak makan siang, Lee Jimin terlalu malas bertemu siapapun hari ini.

Teman sekamar itu masih canggung, terutama Winter yang membenci Karina karena menjadi pacar Sunghoon. Hanya waktu yang bisa mengulur hubungan ini. Hanya kejadian yang bisa menarik interaksi. Mungkinkah bila Sunghoon berhenti mencintai Karina, Winter akan bersikap baik pada Karina? Tak ada yang tahu, kecuali Winter itu sendiri.

***
HEART REFLECTIONS
***

Banyuwangi, 13 April 2018 / 01:29 WIB

Same city, Repost 30 Agustus 2021 / 05:45 WIB

Gyuberry92 Storyline

Gimana ceritanya? Geregetan nggak sama dua cewek ini? Sama² judesnya gara2 cowok. Ketemu part berikutnya ya. Vote jangan lupa yes or yes.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro