Bagian X : First Practice Game

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Akhir pekan, enam gadis tersebut memilih menggunakan waktu mereka untuk latihan. Mengingat, hari-hari yang terus berlalu, terkesan tidak lama lagi kejuaraan itu akan datang. Tidak mungkin mengandalkan tiga kali dalam seminggu untuk latihan seperti jadwal, mereka memilih untuk terus latihan. Sementara seperti itu dan akan melakukan analisa setiap saat.

Tempat yang mereka gunakan latihan juga adalah lapangan basket di rumah Zoe yang nyaris mirip lapangan basket seperti biasa dalam bentuk outdoor. Hal itu karena kesulitan untuk menggunakan lapangan basket yang mulai ramai akan pengunjung. Mungkin efek kebijakan yang dikeluarkan oleh Presiden Alinea—itu bisa saja terjadi.

Selama beberapa hari ini, mereka fokus melatih otot dan daya tahan tubuh dengan beberapa olahraga fisik. Bahkan, puncaknya saat kemarin. Ishana dengan mobil milik ayahnya, menjadi supir dadakan dan mengantar semua orang ke Pantai Mandala. Awalnya, mereka kira akan dilakukan liburan sebagai bentuk menetralkan diri dan pikiran. Namun nyatanya, Ishana membalikkan pikiran semua orang kala mereka berlarian hampir seharian disepanjang bibir pantai—tanpa menggunakan sepatu atau alas kaki apapun. Mereka bahkan hanya berisitrihat beberapa saat dan kembali melanjutkannya. Tidak lupa, saat Ishana langsung memberikan perintah untuk mereka melakukan shooting di sekitar area pantai secara kelompok.

Sungguh, saat-saat kemarin membuat mereka nyaris tidak bisa berjalan. Semua tubuh remuk seperti dimasukkan ke dalam mesin penggiling. Deppna bahkan awalnya hanya ingin tertidur dengan pasir putih pantai sebagai alas hingga matahari terbit. Hanya saja, kondisi yang tiba-tiba hujan membuatnya menyeret diri untuk meninggalakn pantai.

Hanya saja, hari ini Deppna sangat semangat setelah Ishana berkata mereka akan bermain. Deppna merasa akan melakukannya banyak shooting. "Kak Ishana, ayolah, kapan kita mulai? Aku sungguh ingin main." Deppna berujar seraya menggiring bola dan dengan gerakan anggun, ia melompat—melakukan lay-up. Bola yang semula ada di tangannya benar-benar masuk.

Ishana yang tengah berbicara dengan Zoe mengenai kesepatan latihan pertama dalam bentuk permainan, lekas menoleh dengan senyum tipis. Terlebih dahulu, memperbaiki kacamatanya yang terasa tidak nyaman bertengger. "Tahan sebentar. Lakukan'lah pemanasan terlebih dahulu. Aku sedang menunggu seseorang."

Alhasil, Gaye yang ada di sekitar Deppna, berdiri juga bersama dengan Avanti dan Elakshi menaikkan sebelah alis. "Daritadi kita menunggu seseorang, ya. Memangnya siapa?"

Ishana memilih untuk tidak menjawab. Begitupun dengan Zoe, hingga suara bel yang bersumber dari pagar rumah terdengar. Buru-buru ia meninggalkan tempat, berpamitan untuk melihat siapa yang bertamu kala Nenek dan Bibi Han tidak ada di rumah. Mereka sedang berkunjung ke rumah salah satu kerabat. Alhasil, hanya ia dan kelima temannya di rumah.

Zeo pun sudah tahu siapa yang menjadi sosok tamunya. Sudah bisa ia tebak setelah Ishana mengutarakan keinginannya menjadikan Yuuki sebagai wasit atau pengamat dalam permainan mereka kala Ishana tidak bisa terlalu mengamati sebab ia juga ikut serta dalam latihan—walau ia bermain akhir atau dalam keadaan darurat saja—layaknya peran seorang pemain cadangan.

Ya, Zoe tidak masalah. Terdengar tidak buruk. Lagipula, balik lagi, Yuuki selalu membantunya dibeberapa kesempatan dan memang dapat diandalkan. Kali ini, lelaki penuh keajaiban itu melakukannya, bahkan tanpa pamrih sama sekali.

"Selamat pagi, Senior. Terima kasih karena sudah datang berkunjung! Ayo, masuk! Semua orang ada di halaman belakang," kata Zoe setelah membuka pintu pagar, menampakkan eksistensi seorang lelaki tinggi nan tampan seperti biasa yang berbalut sweater hitam putih dan traning berwarna krem. Untuk beberapa detik, Zoe dibuat takjub—tak bisa berkata-kata hingga ia memalingkan wajah karena tidak bisa menatap mata Yuuki begitu lama.

Yuuki hanya tersenyum sangat tipis, dibarengi dengan anggukan. "Selamat pagi, Zoe. Senang bisa ikut serta. Aku sebenarnya tidak menyangka akan disuruh ke sini oleh Ishana," kata Yuuki dengan tenang. Saat ini, mereka berjalan beriringan. Selama itu, Zoe merasakan jantungnya yang berdetak tak karuan—seperti ingin meledak, padahal tidak ada yang mereka lakukan atau bicarakan hingga tiba di lapangan basket.

"Astaga, Kapten Yuuki? Aku sangat terkejut! Apa Kapten Yuuki akan menjadi wasit atau ikut bermain?" tanya Deppna dengan suara agak memekik.

Elakshi pun langsung menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak merasa gatal. Hanya sebagai gerakan spontan kala ia kebingungan. "Ya, jika Kapten Yuuki main, kita akan kalah telak. Sudah bisa diprediksi."

"Namun sayangnya, aku tidak sedang ingin bermain. Aku diundang untuk menjadi wasit, tetapi tunggu dulu." Lalu Yuuki menoleh pada Ishana yang hanya mendengus sebal dan Zoe yang diam saja, membuat sebelah alisnya terangkat. "Kalian belum memberitahu, ya?"

Diamnya Ishana dan Zoe sudah menjadi jawaban. Yuuki mengangguk, lantas menumpu kedua tangan di dada. "Oke, biar aku yang menjelaskan. Ini ide dari Ishana dan Zoe," kata Yuuki yang ingin memulai penjelasannya. Zoe bisa melihat tatapan begitu serius yang diberikan oleh Yuuki—benar-benar seperti pemimpin. "Oke, girls! Kalian akan dibentuk menjadi dua tim. Tim A dan tim B dengan melakukan undian. Lalu bertanding sebagaimana harusnya. Ini sebagai batu loncatan sebelum kalian akan melakukan pertandingan persahabatan."

"Pertandingan persahabatan? Apa kita akan melawan tim dari sekolah lain? Bukankah terlalu terburu-buru?"

Yuuki belum menjawab, tetapi Zoe langsung menggelengkan kepala. "Justru melakukan pertandingan persahabatan bisa mengukur seberapa jauh potensi kita setelah melakukan latihan selama beberapa hari ini. itulah kenapa, kita akan membagi dua tim dengan kertas yang sudah aku siapkan. Jadi, murni terbentuk tim tanpa pilih-pilih," jelas Zoe yang membuat yang lainnya mengangguk paham.

"Dan teman-teman sekalian. Apapun hasil latihan hari ini, kita akan melakukan pertandingan persahabatan dengan Galaxy High School. Aku berteman baik dengan kapten mereka karena kita sering bertemu di komunitas. Untuk agenda pertandingannya akan dilakukan lusa, setelah pulang sekolah di sekolah mereka. Jadi, ayo latihan dan buktikan potensi kita!" Ishana menjelaskan lagi sembari memercikkan semangat pada juniornya. Walau mereka tidak tahu akhir dari perjuangan mereka akan seperti apa, semangat yang dibentukan oleh Ishana membuat mereka bergairah.

Pada dasarnya, mereka akan berusaha untuk menang dengan mengerahkan seluruh potensi yang mereka miliki. Hari ini, mereka memulai latihan pertama dalam bentuk permainan. Zoe yang ternyata mengantongi lipatan kecil sebanyak enam biji langsung menaruhnya di telapak tangan—membiarkan teman-temannya mengambil kertas itu untuk memperoleh tim.

Ya, tim A diisi oleh Avanti, Gaye dan Ishana. Lalu untuk tim B ada Zoe, Deppna dan Elakshi. Saat ini, pertandingan hendak di mulai. Yuuki telah mengambil peran dengan sempritan dan bola di tangan yang siap di lempar keudara. Untuk tim A, mereka memilih Ishana dan tim B yaitu Elakshi untuk melakukan jump ball sebagai tanda dimulainya pertandingan.

"Kalian sudah siap?" tanya Yuuki memastikan. Kedua belah pihak mengangguk dengan fokus yang mulai terbentuk. Alhasil, Yuuki mengambil ancang-ancang untuk melempar bola—detik itu juga, bola telah melayang ke udara dengan kecepatan yang cepat, tetapi berakhir diraih oleh Ishana.

Dengan cekatan, Ishana mengoper bola ke Gaye yang sudah berlari terlebih dahulu. Walau ada Deppna di sana, Ishana sudah memperkirakannya. Gaye bisa mencetak poin dan benar saja, Gaye langsung melakukan lay-up dan bola itu masuk.

Sempritan Yuuki berbunyi. Dua poin untuk tim A yang dicetak oleh Gaye. Tim A jelas bersorak. Sementara Zoe langsung mengamati kedua temannya yang tampak gelisah. "Jangan berkecil hati. Ini masih quarter pertama. Kita masih bisa mengejar. Deppna, kau yang melempar," kata Zoe yang memberikan arahan.

Deppna yang memang semula sebal, mengangguk. Lekas ia ke bawah ring, mengambil bola dan melemparnya ke arah Elakshi yang memiliki posisi kuat untuk mencetak angka, karena Zoe yang ditahan oleh Ishana. Ya, mereka mengerti jika Zoe adalah pion di tim B yang bisa mencetak angka—di manapun ia berada. Elakshi memang sudah paham, sehingga ia langsung menangkap operan dari Elakshi dan mempersiapkan kuda-kudanya. Elaskhi perlahan melakukan shooting di area free throw circle, tetapi ketika bola melambung ke udara, Avanti datang merusak rencana Elakshi dengan menyentuhnya, tidak sepenuhya menahan, tetapi berdampak pada ketepatan bola yang akan meleset.

Benar saja, bola tidak masuk. Elakshi cukup kesal, tetapi ia harus menahan diri. Ini pertandingan walau hanya berskala kecil. Akan tetapi, mereka dibuat terkejut kala Zoe ternyata ada di sana. Tanpa pertahanan yang kuat di rumah lawan, Zoe melakukan rebound dengan tenang dan bola itu masuk, mencetak dua poin untuk tim B.

Deppna yang semula kalut, suasana hatinya langsung berubah ceria. "Kamu memang terbaik, Kapten! Ayo menciptakan banyak angka!"

Zoe pun hanya tersenyum tipis. Ia mendekati kedua temannya. "Kalian bermain bagus. Tetap sportif dan jangan langsung putus asa sebelum pertandingan benar-benar selesai. Hal itu karena kita masih bisa membalikkan keadaan!" katanya dengan tenang. Perkataan sama yang ia katakan pada timnya waktu sekolah menengah pertama dulu.

Alhasil, pertandingan terus berlanjut hingga berada di quarter keempat. Semula mereka seri, tetapi Zoe tiba-tiba melakukan shooting di area three-point line didetik-detik terakhir. Bola itu pun masuk, mereka sudah menduganya, sehingga tim B yang keluar sebagai pemenang dengan poin 43 banding 40.

"Wah, permainan tadi sangat seru. Aku jadi penasaran dengan pertandingan persahabatan nanti," kata Gaye tiba-tiba. Ia begitu menantikannya. Semua orang mengangguk.

"Pasti sangat menyenangkan. Jujur, ini permainan baruku kala sebelumnya aku hanya bermain seorang diri, sebagai pelepas penat," sahut Elakshi dengan senyum lebar. Pada dasarnya, ia cukup bahagia.

Zoe sendiri memilih untuk memberikan teman-temannya gelas berisi air mineral lalu membawa cemilan whoopee pie—sandwich kue dengan dua kue lembut cokelat berisi krim yang manisnya sangat pas. Tampak teman-temannya menikmati sajian Zoe seraya mereka bercerita banyak hal.

Namun, mereka dialihkan ketika Yuuki membahas desain seragam tim putri yang sudah diterima, kemungkinan pekan depan, mereka akan menerima seragam baru. Bahkan, Yuuki memperlihatkan desain yang ia buat bersama dengan tim yang memang sudah professional. Bagi keenam gadis tersebut, terlihat begitu mengagumkan.

"Cantik sekali perpaduan warnanya. Simple dan bermakna," kata Ishana yang berterus terang.

Zoe pun bisa langsung mengambil kesimpulan setelah melihatnya. Terdapat warna putih sebagai dominan yang diberikan sedikit sentuhan berwarna merah. Kedua warna yang bermakna kesucian dan keberanian mereka untuk melakukan perubahan. Sangat cantik, Zoe menyukainya. Senyum lantas merekah diparas Zoe, kemudian Zoe mengangkat wajah untuk mengamati teman-temannya yang amat antusias, tetapi ia malah langsung bersitatap dengan Yuuki yang entah kapan memberikan fokus terlebih dahulu kepadanya.

Keduanya saling memandang tanpa mengatakan apapun. Akan tetapi, hal itu membuat Zoe kembali merasakan sesuatu dalam dirinya yang semakin berdebar-debar dan ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

Hola, aku update sesuai jadwal. Makasih sudah mampir ya.

Btw, aku spill dikitlah seragam mereka nanti.

Secara garis besar kek gitu ya. Untuk nomor punggung mereka nanti dispill di ceritanya langsung.

Pokoknya, see u guys!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro