-1

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hyun Ae-ya, kau sudah mendapatkan undangan reuni SMA tanggal 14 Februari nanti?" Chae Seo Woo menghampiri Choi Hyun Ae yang tengah sibuk menatap layar laptopnya.

Bola mata kecokelatan itu melirik Seo Woo sekilas, lalu kembali memelototi layar laptop. "Hm, aku tidak berminat untuk datang," ucapnya pelan.

Tatapan sendu dilayangkan oleh Seo Woo. "Karena dia akan datang, kan?" Gadis itu tersenyum miris saat melihat tubuh Hyun Ae yang menegang dan jemari-jemarinya yang berhenti mengetik.

"Tidak," jawab Hyun Ae singkat. "Aku bahkan tidak peduli dia akan datang atau tidak. Bukan urusanku."

Aku tahu kau berbohong, Ae-ya, sahut Seo Woo dalam hati.

Seo Woo mengembuskan napas pelan. "Hm, geurae? Aku rasa, tidak seperti itu. Kau—"

"Berhenti menjadi orang yang sok tahu, Seo-ya!" potong Hyun Ae tak suka. Dia mendelik kesal. "Apa yang kau tahu? Kau bukan Tuhan yang bisa mengetahui isi hatiku. Jadi, berhenti membicarakan hal-hal yang tidak penting!"

Hyun Ae menutup laptopnya dengan kasar dan membawanya pergi dari sana. Hentakan kakinya terdengar kasar sampai akhirnya tak terdengar lagi oleh Seo Woo, bersamaan dengan hilangnya sosok Hyun Ae di balik pintu. Seo Woo merasa bersalah karena sudah menghancurkan mood Hyun Ae hari ini.

"Ah, tidak, tidak. Menyusulnya hanya akan membuat mood dia semakin memburuk," gumam Seo Woo sembari menggigit bibir bawahnya.

Gadis itu mengambil ponselnya yang berdering di dalam tas kuliahnya. Sebuah nama yang tidak asing baginya terpampang nyata di layar ponsel. Dengan gerakan lembut, Seo Woo menggeser ikon berwarna hijau dan menempelkan ponsel tersebut di telinga kanan.

"Yeoboseyo, Kyu Hyun-ah?" Seo Woo mendengarkan dengan saksama lawan bicaranya di ujung sana.

***

Rintik hujan kembali membasahi kota Seoul. Selama beberapa hari terakhir memang cuaca di Seoul sangat tidak menentu. Pagi hari cuaca bisa sangat cerah, tetapi beberapa jam kemudian berubah menjadi mendung dalam sekejap mata.

Hyun Ae terjebak di halte bus dekat kampus karena dirinya memaksa untuk tidak membawa kendaraan ke kampus. Dia menggerutu sejak tadi,ae menyalahkan diri sendiri yang tidak mendengarkan ucapan kakaknya bahwa siang ini akan turun hujan seperti hari-hari sebelumnya. Berulangkali dia mengecek jam tangannya, terhitung sudah satu jam lebih Hyun Ae menunggu hujan seorang diri di halte bus dan sayangnya bus yang ditunggunya belum muncul juga.

"Oppa? Kau di mana? Apa kau sedang sibuk? Bisakah kau menjemputku sekarang?" Hyun Ae langsung menghujani Si Won, kakaknya, begitu lelaki itu mengangkat panggilan telepon darinya.

"Aku sedang berada di rumah sakit, Sweety Ae. Kau terjebak hujan, eo?" Gelak tawa terdengar di seberang sana.

Hyun Ae menekuk wajahnya, merasa kesal mendengar suara tawa Si Won. "Aku menelepon kau bukan untuk mendengar tawa jelekmu."

"Mianhae, mianhae." Si Won menghentikan tawanya. "Apa kau bisa menunggu sekitar dua puluh menit lagi? Aku akan segera menjemputmu setelah pekerjaanku selesai. Eotte?"

"Arraseo. Aku akan menunggu dua puluh menit lagi, tapi kalau sampai dalam kurun waktu dua puluh menit kau belum juga datang ... aku akan mengadukan hal ini pada Appa!" ancam Hyun Ae dengan sedikit nada kesal.

"Yak! Mana boleh begitu?" Di tempat kerjanya, Si Won terdengar panik. "Aku janji, aku akan tiba di sana kurang dari dua puluh menit. Aku akan tutup teleponnya. Ppaii ppaii!"

Dengkusan kesal keluar dari hidung Hyun Ae. Dia memasukkan ponselnya ke tas dan kembali menatap jalanan yang basah oleh air hujan. Kedua kakinya mengayun bosan.

"Sedang menunggu seseorang, Nona Manis?" Sebuah suara menyapa indera pendengaran Hyun Ae.

Hyun Ae yang sedang menunduk langsung mendongakkan kepalanya guna menatap lelaki yang saat ini berdiri persis di depannya. Dia merasa jantungnya berhenti berdetak detik itu juga. Kelopak mata gadis itu bahkan nyaris tidak berkedip saat melihat sosok di hadapannya. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro