BAB XV

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Musim semi datang begitu cepat, terlihat saat bunga sakura bermekaran di sepanjang jalan dan sejuknya udara pada pagi ini. Gadis berambut pendek itu mendapatkan ketenangannya, setelah ia berkutat pada pelajaran yang membuatnya sangat tertekan. Mengingat, ujian tidak lama lagi.

Pada akhir pekan ini pun, Weiwei lebih memilih untuk mengamati pemandangan taman kota yang amat sejuk. Lebih tepatnya, ia kini berakhir di tribun basket---melihat beberapa orang yang tengah memantulkan bola dan memasukkannya ke dalam keranjang basket. Itu sangat menyenangkan, sembari menyeruput cokelat hangat yang ia beli beberapa saat lalu, sebelum ke berada di tribun basket.

"Pash!"

"Oper ke dia!"

Weiwei kembali melihat orang-orang yang terlibat dalam permainan itu, kini berpelukan menyalurkan rasa bahagia. Ia hanya tersenyum tipis, sebab ia terhibur dengan penampilannya. Manalagi, Weiwei harus mendapati sebuah kejutan saat ada dua orang temannya yang ikut dalam permainan itu.

Ya! Weiwei dapat melihat eksistensi Chanyeol dan Sehun yang sekarang, berjalan meninggalkan lapangan dan berhenti dibibir lapangan.

Tanpa memikirkan hal apapun, Weiwei langsung menuntun dirinya untuk mendekat ke arah dua lelaki yang menjadi temannya itu. Dengan kekesalan yang langsung saja membuncah, sebab dua lelaki itu berbohong. Katanya, mereka lebih memilih untuk memperpanjang masa hibernasi daripada menerima ajakannya untuk mencari udara segar. Bukankah, Weiwei patut kesal? Untung saja, sesuatu dari dalam dirinya, tiba-tiba saja menuntunnya untuk ke sini. Kalau tidak, Weiwei pasti tidak akan tahu kebohongan kecil ini.

"Sehun, bagaimana kalau kita mengabari Weiwei untuk ke sini---"

"Tidak perlu, Yeol. Weiwei sangat lelah, setelah dia belajar sangat keras. Dia perlu istirahat untuk merestart isi kepalanya," balas Sehun sembari membuka botol air yang diberikan oleh Chanyeol.

Chanyeol pun mengangguk setuju. Weiwei memang harus istirahat, walau alasan yang mereka berikan saat Weiwei mengajak sebelumnya, tidaklah benar. Ini ulah Sehun, dan ia malah mau-maunya ikut andil.

"Baiklah." Hanya itu yang dikatakan Chanyeol, dan dapat didengar oleh Weiwei yang berada di belakang kedua lelaki itu. Walaupun begitu, ia tetap kesal! Lagipula, ia sangat ingin menghirup udara segar. Lebih seru, jika pergi bersama-sama.

Alhasil, dengan rasa kesal yang bersamanya, Weiwei mendekat dan langsung menjewer telinga dua lelaki itu yang sontak sangat terkejut. Bahkan, Sehun langsung menyemburkan isi mulut ke wajah Chanyeol.

"Wow, Chanyeol dan Sehun sedang hibernasi," ucap Weiwei dengan kekehannya. 

Bagi Sehun dan Chanyeol, itu penuh makna. Namun, mereka harus keluar dari jeweran Weiwei dulu, sebab hal itu sangat menyakitkan. Bahkan, saat mereka berhasil meloloskan diri, telinga keduanya serasa memerah.

"Pembohong!" ucap Weiwei dengan kesal, lantas duduk di antara dua pria itu dengan wajah dongkol. Chanyeol dan Sehun belum berujar. Mereka lebih memilih untuk mengusap sebelah telinga mereka dan melempar tatapan untuk menjadi orang yang mengatakan sesuatu.

Lihat! Inilah yang tidak disukai Chanyeol kepada Sehun. Sebab, ialah yang akan memberikan penjelasan yang sepenuhnya bukan salahnya.

"Kau saja!" ucap Sehun dengan suara pelan.

Alhasil, Chanyeol menghela napas. Lantas, menatap Weiwei yang tengah memasang wajah dongkol. "Ayolah, Weiwei! Jangan kesal seperti itu. Memang, kita berdua salah. Namun, kita melakukannya, karena ingin kau beristirahat saja---"

"Tetapi bukankah aku yang mengajak kalian, tadi? Ah, kalian membuatku kesal saja!" pangkas Weiwei, membuat kedua lelaki itu menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

Sungguh, mereka kurang paham mengatasi jika seorang gadis tengah merajuk.

"Iya, kami mengaku salah. Untuk itu, maafkan kami. Pulang dari sini, Sehun akan mentraktirmu ice cream!" tambahnya. Sekilat, membuat Sehun mendelik, sembari menunjuk dirinya sendiri.

"Aku?"

Chanyeol mengangguk polos. "Ini bermula dari dirimu. Aku hanya mengatakan kebenarannya saja," jawabnya. 

Sehun yang ingin protes, terhalang saat Weiwei langsung mengangguk dengan mantap. "Baiklah, aku menerima permohonan maaf kalian," ucap Weiwei dengan senyum bahagia. Ia sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan ice cream saat ini. Namun, ia ingin mengerjai kedua temannya itu---terlebih bagi Sehun yang menjadi akar dari semuanya.

Alhasil, Sehun hanya mengangguk pasrah. Beruntung, ia membawa uang lebih saat mengajak Chanyeol ke taman kota. Sehingga, masalah di antara mereka, telah usai sampai di sana. 

Saat ini, mereka memilih untuk terduduk di atas lapangan basket---mengamati beberapa orang yang tengah bermain. Itu tidak membosankan, sebab Sehun terus saja berbicara, kala Chanyeol tengah fokus pada ponselnya. Namun, Weiwei harus mati dalam suasana itu, karena Sehun harus menuntaskan panggilan alamnya.

Itu hal gila. Tidak ada yang bisa ia lakukan, dan lagi, ia tidak bisa jika hanya berdua saja dengan Chanyeol, karena ia merasakan sesuatu serasa bergejolak dalam dirinya. Bahkan, ia tidak bisa mengungkapkan gejolak itu.

"Sehun, kau seharusnya tidak meninggalkanku!" ucapnya dalam hati. Terlebih, Sehun pergi begitu lama.

Dengan rasa canggung, Weiwei memilih menatap sekumpul orang yang bermain basket. Akan tetapi, ia tetap saja akan menoleh ke arah Chanyeol yang fokus pada ponselnya---sepertinya, Chanyeol sedang bermain game. Hingga, tidak lama dari itu, Chanyeol mengalihkan tatapannya pada Weiwei dan Weiwei buru-buru mencari pemandangan lain. Untung saja, Chanyeol tidak menyadari jika ia terus menatapnya.

"Weiwei, di mana Sehun?" tanyanya sembari celingukan.

Mendengarnya, membuat Weiwei berdecak, padahal sangat jelas Chanyeol memberi dehaman sebagai balasan saat Sehun pergi.

"Oh, kau lupa atau bagaimana? Padahal, kau berdeham tadi. Memangnya, kau sedang apa di ponselmu? Bermain game?" celoteh Weiwei.

"Aku lupa. Aku sangat fokus untuk menaikkan peringkat---"

"Itulah dampak negatif dari game! Membuat semua orang lupa akan dunia nyata dan malah berlabuh pada dunia game. Oh, kau harus menghilangkan kebiasaan buruk itu!" ucap Weiwei, kemudian menarik napas.

"Bermain game, tidak ada gunanya, Yeol. Bahkan, akan membuatmu menjadi bodoh dan menyia-nyiakan waktu berharga di dunia ini. Kau seharusnya paham akan hal ini. Bahkan, di Beijing, aku punya tetangga yang sangat candu dengan bermain game---setiap saat, dia bermain game. Alhasil, berdampak buruk dengan dirinya. Untuk itu, hilangkan kebiasaanmu ini yang menjadi kerikil saat kau ingin menggapai impianmu," tambahnya tanpa memberi jeda. Bahkan, Weiwei melakukannya dengan sangat cepat, dan Chanyeol dibuat terpukau dengan bakat Weiwei yang bisa melakukan rap.

"Darimana kau belajar rap---"

"Yak! Aku berbicara serius denganmu, Yeol!" pekik Weiwei kesal. Chanyeol kalau sudah seperti ini, membuat naik pitam.

Chanyeol hanya tersenyum tipis. "Kenapa kau harus serius sekali? Ini hanya sebuah hiburan, aku bermain untuk menghilangkan stresku. Kupikir, itu tidaklah masalah," ucapnya yang membuat Weiwei berdecak. Ia tidak suka alasan Chanyeol.

"Akan tetapi, apa yang kukatakan memang benar, Yeol."

Chanyeol mengangguk. "Kau memang benar, aku tidak pernah mengatakan jika kau salah. Namun, kau harus menggunakan sudut pandangmu dengan benar. Jangan mengambil satu sisi pandang saja, di mana game akan merusak diri seseorang. Itu tidak benar."

Akan tetapi, Weiwei sama sekali tidak mengerti. Terlihat, ia yang menggeleng dengan wajah memelas dan membuat Chanyeol hanya tersenyum. "Bagiku, game sangat bermanfaat kala dunia nyata membuatku tertekan, aku akan melampiaskan semuanya di dunia game. Aku bisa melakukan banyak hal yang bisa membuat otak dan ototku bekerja. Itu berguna, dan lagipula, itu tergantung dari diri masing-masing orang memanfaatkannya."

"Memang, kecanduan dalam game sangat membahayakan. Untuk itu, kita harus bisa menyeimbangkan antara kesenangan dan kewajiban. Menurutku seperti itu. Jadi, jangan beranggapan salah dulu terhadap game," jelas Chanyeol. Sangat jelas, hingga meresap ke dalam otak Weiwei.

Chanyeol bahkan dapat melihat Weiwei yang tengah terdiam menatap ponsel miliknya. Hal itu, membuat Chanyeol kembali tersenyum---menatap objek yang sama.

"Kau tahu, Weiwei. Aku sangat suka game, dan aku punya minat dalam game. Maksudku, aku memiliki impian untuk menjadi ahli game yang dapat membuat karya yang tidak hanya menghibur, tapi juga menjadi pelajaran. Itu sudah kupikirkan, dan aku berharap itu dapat terjadi di masa depan nanti."

Alhasil, membuat Weiwei langsung mengalihkan tatapannya untuk menatap Chanyeol yang benar-benar berharap akan hal itu. Weiwei sontak tersenyum dan mengangguk.

"Aku yakin, kau bisa, Yeol! Itu pasti!" Lantas Chanyeol mengalihkan pandangannya untuk menatap Weiwei. Kedua mata mereka saling beradu dan Weiwei dapat merasakan gejolak itu lagi. Buru-buru, ia mengalihkan pandangannya dengan gugup dan kembali terpusat pada ponsel Chanyeol.

"Ka--kalau begitu, ajari aku main game yang kau mainkan. Aku ingin juga!" katanya dengan gugup. Pun, membuat Chanyeol terkekeh dan mengangguk.

"Oke!"

***

"Sekarang, aku juga memiliki minat yang sama denganmu, Yeol. Sangat disayangkan, saat kau tidak bisa menggapai impianmu," ucap Weiwei sembari merapatkan mantel ke tubuhnya.

Weiwei sontak tersenyum tipis menatap pemandangan yang ada di hadapannya. Di malam hari, saat ia melarikan diri dari kedai bibinya, ia memilih untuk berjalan-jalan dan berhenti di taman kota. Lebih tepatnya, lapangan basket di mana apa yang baru saja menjadi lamunannya, terjadi.

Weiwei benar-benar memakan omongannya sendiri. Penjelasan Chanyeol pada waktu itu, terus tersimpan dalam otaknya saat seseorang mengatakan minatnya hanyalah sampah. Oleh karena itu, keluarganya tidak lagi mempermasalahkan minatnya dalam ilmu komputer, walau ia dulu ingin fokus pada sains.

Mengamati pemandangan di hadapannya, membuat Weiwei kini menghela napas. Masa-masa sewaktu sekolah menengah atas, adalah yang terbaik. Ia tidak bisa melupakannya.

Sekarang, udara dingin terus menggelitikinya, tetapi ia enggan untuk meninggalkan tempat ini. Ia masih ingin di sini, hingga tanpa ia sadari, seseorang menyedorkannya segelas cokelat hangat.

"Minuman ini akan menghangatkanmu, Weiwei!"

Sontak, Weiwei terpaku saat mengalihkan tatapannya dan mendapati presensi Chanyeol yang peduli kepadanya. Untuk sekian kalinya, ia kagum pada Chanyeol.

Tbc.

Maafkan kalau ada typo😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro