BAB XXIV

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dengan berjalan mengendap-endap bersama sikembar, mereka bertiga menyusuri rumah ini hingga berada dekat dengan asal sumber suara yang tidak lain adalah dapur. Sepertinya, pencuri itu sedang haus dan kelaparan, sehingga menyinggah terlebih dahulu.

Weiwei yang sebagai pemimpin, belum keluar dari persembunyiannya. Ia hanya mengintip, dan tidak membiarkan sikembar untuk melihat si pencuri yang sedang membelakanginya dengan mengenakan pakaian serba hitam hitam dan tudung hoodie itu menutupi kepalanya. Tidak tahu, apa yang pencuri itu sedang lakukan?

"Bibi Weiwei, apa yang akan kita lakukan?" tanya Chanhyuk dengan berbisik. 

Weiwei pun memikirkannya, hingga ia menempelkan jari telunjunknya di bibir sebelum berbisik. "Kalian di sini! Jangan ke mana-mana, ya."

Alhasil, Chanhyuk menatap Yeola dengan dalam, kemudian mereka memberikan anggukan. "Hum, kami akan di sini," balas Chanhyuk mewakili, membuat Weiwei cukup tenang.

Sehingga Weiwei kembali melanjutkan aksinya dan terus menyiapkan diri bersama dengan tongkat bisbol yang dipegangnya. Sikembar masih berada di sana---sesuai titah Weiwei, tetapi keduanya tidak lama saling bertatap muka seraya tersenyum, dan keduanya mengangguk.

"Kita mengintip, Kak. Kalau perlu, kita bantu, Bibi Weiwei. Bagaimana jika Bibi Weiwei dimakan sama pencuri itu?" bisik Yeola.

Sebenarnya, Chanhyuk tidak ingin melakukan itu, karena sudah berjanji dengan Weiwei. Akan tetapi, mereka tidak bisa diam begitu saja. Sehingga mereka mengintip dan melihat Weiwei yang mengambil ancang-ancang untuk memukul si pelaku. Jarak keduanya sangat dekat, tetapi Chanhyuk maupun Yeola langsung membuka matanya dengan lebar, sebab itu adalah Chanyeol.

"Ayah!" 

Weiwei yang saat ini tengah melayangkan tongkat bisbol pun, langsung mendelik manakala sosok yang dianggapnya pencuri ternyata adalah Chanyeol---sesaat pria itu berbalik.

Chanyeol juga pun, sangat terkejut saat Weiwei ingin memukulnya dengan tongkat bisbol, buru-buru ia menahannya, tetapi Chanyeol yang sedang berpegangan pada meja mendadak kehilangan keseimbangan. Sehingga, ia terjatuh dengan memegangi tongkat bisbol ditangan Weiwei dan membuat Weiwei juga ikutan jatuh---menimpa tubuh Chanyeol.

Keduanya sontak tersentak, saat terjebak di posisi seperti itu. Bahkan berbarengan dengan kehadiran Changmin dan Baekhyun yang mendekat karena suara teriakan sikembar, dan amat terkejut melihat posisi Weiwei dan Chanyeol yang bukannya membuat jarak, mereka malah saling bertatapan amat lekat.

Sikembar yang tidak tahu apa-apa, menatap Baekhyun dan Changmin yang tersenyum tipis. Mereka tidak paham.

"Pamam, Kakek! Kenapa kalian tersenyum? Bibi Weiwei dan Ayah sedang---"

"Yeola dan Chanhyuk, Paman ini mengatakan sesuatu!" ucapnya sembari mendekat ke arah sikembar dan berjongkok. "Apa kalian tidak ingin punya Ibu seperti Bibi Weiwei?"

Sungguh, Changmin yang mendengar tutur kata Baekhyun yang mencoba menghasut, hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Anak bungsunya itu memang luar biasa. 

Apalagi, sikembar yang polos terlihat sangat antusias saat mengangguk. Sepertinya, Weiwei membuat sikembar nyaman dengan sifatnya yang sangat keibuan. Changmin tidak melakukan hal apapun, ia memilih menjadi pengamat, hingga Baekhyun dan sikembar berujar sangat keras, berdampak dengan menyadarkan Chanyeol dan Weiwei yang hanyut dalam drama romantis itu.

"Oh, astaga, Yeol! Maafkan aku," ucap Weiwei tidak enak hati dan berusaha untuk bangkit. Sungguh, Weiwei benar-benar tidak tahu jika itu adalah Chanyeol. 

Chanyeol yang jatuh terlentang ditindih Weiwei, merasakan jantungnya yang  berdetak tidak karuan. Ia sungguh tidak tahu harus bereskpresi seperti apa.

Akan tetapi, Chanyeol langsung menoleh---ke sumber suara dan mendapati presensi keluarganya yang menyebalkan di mana mereka sedang tertawa. Ia langsung berdiri---berseberangan dengan Weiwei yang gugup seraya mengusap ceruk lehernya.

"Em, Yeol. Aku … aku kira kau tadi seorang pencuri. Kau … kau tidak mengabari jika akan pulang," ucapnya langsung menyengir.

Chanyeol yang masih bingung, mencoba mengendalikan dirinya, kemudian tersenyum. "Ah, itu … aku lupa. Em, lupakan saja dan terima kasih, karena kau sudah menjaga Yeola dan Chanhyuk!"

Weiwei hanya tersenyum canggung. "Aku harus pergi bekerja. Sampai jumpa, Yeol, semuanya!" Lantas Weiwei membungkukkan tubuhnya, lalu berlalu meninggalkan Chanyeol.

Namun, Weiwei berhenti untuk tersenyum ke arah sikembar, lalu berkata, "Bibi pergi bekerja, ya. Sampai jumpa, Chanyuk dan Yeola!"

"Sampai jumpa, Bibi!" serempak sikembar yang kemudian membungkukkan tubuhnya pada Changmin dan Baekhyun lalu kembali berlalu untuk menuju ke haluannya.

Sementara Chanyeol, langsung saja menyisir rambutnya ke belakang seraya memejamkan mata. Ini masih pagi dan ia harus dihadapkan dengan hal tadi. Sebenarnya, Chanyeol tidak terlalu mempermasalahkannya. Hanya saja, ada ayah, adik dan kedua anaknya yang menjadi pengamat, sehingga muncullah sebuah kesalahpahaman.

"Ayah, kata Paman Baekie, Bibi Weiwei cocok jadi Ibu Yeola dan Kakak. Yeola sangat setuju! Karena Bibi Weiwei sangat baik dan mau menceritakan dongeng," sahut Yeola dengan polosnya.

Serta-merta, Chanyeol memberikan tatapan tajam pada Baekhyun. Seakan berkata; apa yang kau katakan pada kedua anakku?

Namun, Baekhyun malah tersenyum tidak berdosa. "Aku hanya memperjelas, dan sikembar! Pergilah ke kamarmu dulu. Nanti, Paman akan membantu kalian bersiap."

Sikembar pun langsung mengangguk hormat dan berlari dengan gesit. Meninggalkan tiga orang dewasa yang saat ini saling berhadapan.

"Baekhyun, aku tidak suka caramu yang mengotori pikiran mereka," ucap Chanyeol tanpa basa basi saat sikembar langsung menghilang.

Baekhyun berkacak pinggang, sedangkan Changmin masih menjadi pengamat. "Kak, aku tidak mengotori! Aku hanya mengatakan faktanya saja! Ayolah, sikembar pun tidak keberatan, sebab kenyataannya memang seperti itu."

"Kau belum menikah! Kau belum merasakan apa yang kurasakan. Jadi, kau tidak tahu apa-apa."

Baekhyun pun tertawa pelan. Melihat kesengitan itu, Changmin mulai menghentikan Baekhyun yang ingin kembali berujar. "Baekhyun, sudahlah!"

Akan tetapi, Baekhyun mengabaikannya dan langsung membalas tatapan tajam dari Chanyeol. "Aku memang belum menikah, Kak. Akan tetapi, aku memahami apa yang sama sekali kau tidak pahami. Aku memahami, di mana terlepas dari anak yang mendapatkan seluruh kasih sayang dari Ayahnya, tentu masih membutuhkan kasih sayang dari seorang Ibu yang tidak ada dari Ayahnya. Kau! Kau sama sekali tidak memahami soal Yeola dan Chanhyuk yang tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari ibunya sendiri, malah didapatkan dari seorang gadis yang tiba-tiba saja datang di kehidupanmu!"

"Setelah sekian lamanya! Apakah itu kebetulan takdir, Kak? Dan oh iya, apa kau tidak bisa mengerti maksud tatapan gadis itu yang menyimpan harapan kepadamu?" tambah Baekhyun.

"Apa maksudmu? Kenapa kau berkata seperti itu?" tanya Chanyeol dengan tatapan sama dan menuntut jawaban atas kebingungan.

"Baekhyun! Chanyeol! Sudahlah, kenapa kalian seperti ini?"

Namun, Baekhyun menggeleng. "Tidak, Ayah. Dia harus tahu semua ini! Dia harus tahu, dikehidupan ini tidak hanya soal memikirkan diri sendiri dan masa lalu. Lihat dia!" Sambil menunjuk ke arah Chanyeol. "Pernahkah dia memikirkan jika kedua anaknya merasa kesepian saat dia pergi bekerja? Pernahkah dia memikirkan jika kedua anaknya iri melihat keutuhan keluarga temannya?"

"Tidak pernah'kan? Sebab, dia hanya memikirkan masa lalunya dan menganggap masa kini seolah-olah berjalan baik-baik saja. Termasuk, saat dia menghancurkan semua impiannya dan melakukan itu pada gadis yang seharusnya dia lindungi!"

"Baekhyun! Apa yang kau katakan?" tanya Changmin sembari membuat Baekhyun menghadap ke arahnya.

Tidak seperti biasanya, Baekhyun berbicara soal itu dan mempertanyakan tindakan Chanyeol, sebab Baekhyun selalu mendukung kakaknya sejak dulu, tetapi sekarang sepertinya sanga berbeda. Chanyeol pun dapat melihatnya dari pancaran bola mata adiknya yang menahan marah. Bahkan, saat Baekhyun langsung pergi begitu saja. Menyisakan Changmin dan Chanyeol.

Sekejap, Chanyeol memejakan mata. "Ayah, biarkan aku sendirian. Aku membutuh waktu itu untuk bertanya pada diriku sendiri."

Tbc.

Maaf kalau nggak ngesrek dan nggak jelas❤ semoga menghibur❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro