❬ 5 ❭ @RGNyamm - Dio

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi yang dingin.

Di pagi yang dingin ini pula, aku sudah melihat banyak sekali kejadian yang menurutku unik. Contohnya, di bangku depan dekat papan, aku melihat dua orang anak perempuan tengah membicarakan sesuatu yang sepertinya amat menarik untuk dibicarakan.

Lalu, di bangku sebelahnya yang dipisahkan oleh jalan untuk lalu-lalang, terdapat seorang anak laki-laki tengah memakan bekal yang menurutku serba hijau. Warna wadah bekalnya hijau, sendoknya hijau dan makanannya juga hijau. Lantas, anak yang duduk di sebelahku. Teman sebangkuku. Namanya Yossi, dia suka sekali mengobrolkan hal-hal yang berhubungan dengan kakak kelas kami. Sampai-sampai aku jengah mendengar ketika ia berbicara tentang rahasia kakak kelas kami itu. Sebab sebenarnya, semua yang ia anggap rahasia bukanlah rahasia karena aku sudah tahu. Nyaris semuanya aku tahu. Karena selama ini aku memperhatikan apa yang selama ini orang lihat. Maka perhatikanlah kisah ini baik-baik!

❬✧✧✧❭

"Kamu mau kemana?"

Aku menoleh mendengar namaku disebut oleh suara yang tidak biasa kudengar. "Ke kantin. Ada apa, Di?" balasku masih dengan posisi berdiri.

Dio menggeleng. Di bibirnya tersungging senyum kecil. "Gak apa-apa, kok. Aku mau ikut, tapi pasti kamu nolak." Aku tergelak. Ada angin apa tiba-tiba Dio bicara banyak padaku. Bukankah selama ini dia dianggap anak pendiam, misterius dan menyeramkan meski buatku anggapan itu memang tak sepenuhnya benar dan tak sepenuhnya salah. Dia memang lebih pendiam dari anak laki-laki yang lain namun dia tidak seram.

"Ih gak pa-pa, Dio. Ayo kalau mau ikut!" ajakku, melambaikan tangan. Maka, selepas Dio mengiyakan ajakanku kami berdua berjalan berdampingan menuju kantin yang jaraknya lumayan jauh dari kelas kami.

"Eh iya, gue mau nanya, lo tuh kenapa sih di kelas pendiam banget?" Aku memutuskan untuk memulai pembicaraan dengan bertanya soal sikapnya di kelas. Aku tidak salah, bukan? Pertanyaanku mana mungkin bisa melukai hatinya.

Dio mengangkat kepalanya yang sejak lima belas menit lalu tertunduk, entah karena malu atau takut duduk di seberang mejaku. Aku tak terlalu memperhatikan ekspresinya saat tertunduk tadi. Ia lantas menjawab, dengan jawaban yang menurutku relatif singkat untuk ukuran pertanyaan yang membuatku amat penasaran. "Gak pa-pa. Aku gak mau bicara banyak karena itu gak perlu."

Dan tepat ketika aku membuka mulut hendak menjawab dengan kata-kata yang sudah kupersiapkan sebelumnya, makanan yang kami pesan datang. Lengkap dengan minuman segar. Membuat argumen-argumen yang sudah kupersiapkan meluap hilang seiring segelas es teh terhidang rapi di atas meja.

Baik aku maupun Dio tak ada yang melanjutkan obrolan tadi. Kami seakan-akan sudah sepakat untuk memfokuskan perhatian hanya pada bakmi yang nikmat ini. Aku pun tidak menyadari adanya senyuman yang lagi-lagi tersungging dari bibir yang jarang berbicara itu.

Tiba-tiba dehaman kecil memginterupsi konsentrasiku dari bakmi yang sisa seperempat bagian lagi untuk kumakan. Aku mengangkat kepala, mengangkat kedua alis, memasang ekspresi memberi pertanyaan. Apa?

"Aku boleh gak nanti minta bantuan kamu untuk mengerjakan tugas puisi? Soalnya, aku gak pintar buat puisi. Gimana? Kamu mau?" ucapnya dengan cepat sampai-sampai aku tidak bisa mendengar satu per satu kata yang diucapkannya. Lantas, aku mengangguk, mengiyakan ajakannya dan kami pun langsung menetapkan di mana nanti akan bertemu nanti. Lagi pula, apa salahnya membantu teman sendiri? Kusimpulkan, lewat hal-hal seperti inilah, nantinya aku akan tahu mengapa Dio lebih sering diam di kelas. Aku akan menemukan jawaban yang masuk akal dibanding jawabannnya tadi.

❬✧✧✧❭

Akhirnya kami bertemu sekitar jam delapan malam. Aku sendiri tak memakai baju yang mencolok sama seperti Dio yang nampak kasual dengan baju berlengan pendek dan celana selutut. Dan, ya, seperti dugaanku, Dio datang tepat waktu. Dia orangnya amat disiplin. Sesuai dengan segala rutinitasnya di sekolah yang aku bahkan sudah hafal dengan jadwalnya.

"Kamu sudah siap mengerjakan?"

Aku kaget bukan main saat suara lembutnya memecah lamunanku. Buru-buru aku memberi respons. "Iya. Yuk!" Dio membalasnya dengan anggukan. Ia berdiri dari bangku yang kami duduki lantas seakan ia tahu kemana tujuannya, ia berjalan saja di depanku tanpa takut aku tidak akan mengikutinya.

Lima belas menit pun menguap. Aku masih tidak tahu ke mana aku akan dibawa olehnya. Masa bodohlah. Kalau dia berani macam-macam, aku sudah bawa botol pamungkas berisi minyak wangi yang siap kusemprotkan ke wajahnya kapan saja.

Lalu lima belas menit setelahnya, ia bercicit, "Kamu gak apa-apa aku ajak jalan-jalan dulu?" Lucu sekali. Ternyata setelah nyaris setengah jam bungkam, ia sebenarnya sedang menyimpan grogi karena jalan bersamaku. Ada-ada saja.

"Gak pa-pa, kok, Di. Santai aja," jawabku santai, menahan tawa saat melihat Dio enggan menatapku karena malu. Hanya melirik. Tangannya sibuk bergerak sejak tadi. Aku tidak terlalu peduli apa itu.

Akhirnya kami sampai. Setelah menempuh lima puluh tujuh menit yang lambat dan senyap. Aku terkesiap sejenak. Bagaimana tidak? Di depanku, berdiri sebuah rumah. Ah, bukan. Berdiri himpunan rumah yang besar. Bahkan untukku, ini semacam kompleks perumahan elite atau perumahan teruntuk kalangan bangsawan-bangsawan.

Aku lebih terkesiap lagi ketika Dio dengan mudah membuka gerbang besar yang menghalangi kami berdua untuk masuk. Tak butuh lama lantas setelahnya ia menyilakanku masuk. Rasanya, seperti manusia terhormat saat memasuki kompleks rumah besar ini.

"Tunggu di sini dulu, ya," ujarnya pelan lalu beranjak meninggalkanku yang masih terpukau melihat-lihat isi rumah yang spektakuler ini.

Dio lantas kembali dengan membawa buku miliknya. Kami lantas mengerjakannya. Iya, kami. Ternyata Dio memang sungguh-sungguh tidak bisa tugas ini. Kupikir ia hanya becanda.

"Dio udah selesai, nih!" Aku mengacungkan buku Dio tinggi-tinggi setelah beberapa kali memanggil-manggil namanya. Sudah sepuluh menit sejak ia pamit untuk menyiapkan makanan dan minuman untuk menjamuku. Ayolah Dio, tamumu ini hanya satu, kenapa lama sekali?

Cukup lama aku menunggu hingga Dio datang membawa senampan makanan lengkap juga dengan minumannya. Lezat sekali nampaknya. Dio juga baik sekali membawakanku makanan dan minuman. Ia benar-benar tahu bagaimana cara memperlakukan tamu. Baru saja ia menaruh makanan dan minuman itu, aku langsung melahapnya. Sampai habis.

Hingga tak sadarkan diri.

❬✧✧✧❭

"Sudah bangun?" Satu suara menginterupsi kesadaranku yang baru pulih. Lantas, ada sesosok yang aku kenali muncul dihadapanku.

Dio. Ia tersenyum. "Selamat!"

❬✧✧✧❭

Aku tersenyum. Sungguh sebuah mahakarya indah ketika kanvas hidup ini diberi warna yang natural.

Aku tak bisa mengelak jika aku sangat menyukainya.

"Grass, Grass, kamu pintar, tapi sayang kamu lalai memperhatikan betapa uniknya aku. Sekarang menyenangkan, bukan?" Senyumku mengembang. "Kulitmu yang indah ini, harus diberi sentuhan terakhir ..., selesai!"

Oh, jika kalian bisa melihat pemandangan ini, maka beruntunglah kalian. Grassia. Gadisku ini sungguh menawan dengan rambut panjang terurai dan kulit putih bercorak kemerahan. Darah di kulitnya mengalir tak berhenti. Gadis beruntung. Sebab memang tak semua anak perempuan kulitnya bisa aku 'lukis' seperti dia. Bukankah ini sebuah keberuntungan?

"Grassia, kamu memang pengamat yang baik, teliti dan cekatan. Namun, sayang, kamu tak memperhatikan segala gerak-gerik anehku. Kamu sama sekali tak merasa bahwa kamu akan menjadi 'kanvas' milikku selanjutnya. Grass, harusnya kamu melihat segala hal yang aku lakukan dengan saksama. Bukannya terlena menganggapku sebagai anak cupu dan pemalu."

"Kamu ternyata memang tak sebaik aku dalam mengamati." Aku tersenyum singkat. "Tapi tak apa, toh, kamu tetap jadi 'kanvasku', kan?"

"Bagaimana dengan kalian? Apakah kalian sudah menjadi pengamat yang baik sepertiku?"

❬ The End ❭

Assalamualaikum, haii semuaa pengikut Crawili👋💙 Huhu ini cerita psikopat kedua yang aku buat. Semoga lebih memuaskan dan lebih rapi dari yang cerita Fattar dulu ya, aamiin🙏
Cerita ini lagi-lagi terinspo dari teman sekelas. Gak tau deh kenapa, mereka unik banget:v
Semoga feel-feel psikopatnya ngena, ya wkwkw :v
Ya segitu dulu deh.
See u soon.
Wassalamualaikum💙

Rabu, 14'08'19 | 7.55 AM

By RGNyamm

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro