Misteri Ruang Gaib

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suasana malam hari di lapangan asrama WGA HightSchool teramat padat dengan berkumpulnya siswa-siswi mulai dari kelas 10-12. Mereka semua berdiri tegak dengan wajah yang bingung.

"Ada apa ini? Kenapa kita dikumpulkan di tempat ini?" bisik-bisik mulai terdengar dan semua sibuk mempertanyakan hal yang sama.

"Gak tahu," jawab yang lainnnya.

Tiba-tiba mikropon di atas podium panggung berbunyi, seorang wanita setengah baya dengan seragam petugas asrama datang.

Bisik-bisik kembali terdengar.

"Ehhh kenapa ada Madam Winny?" tanya salah seorang siswa berambut sebahu itu.

"Ehhh iya, aduh! Gawat nih! Biasanya ada hal yang penting!" celetuk siswa yang lain.

"Suttt! Berisik! Dengerin aja dulu, kali aja Madam Winny cuma mau bilang besok kita libur," balas yang lainnya.

Madam Winny, guru BK sekaligus pengawasan asrama di SMA WGA HightSchool, seorang wanita yang terkenal dengan ketegasan dan kedisiplinan. Kini berdiri tegak dengan memegang mikropon hitam itu.

"Jadi begini anak-anak dua hari lagi kalian akan melakukan studi tour ke salah satu museum yang ada di kota ini. Saya harap semuanya bisa ikut. Kalian akan dibagi menjadi beberapa tim, jadi harap perhatikan dengan baik! Daftar tim kalian ada di mading pengumuman besok bagi. Catat baik-baik apa saja barang yang harus kalian bawa juga nama anggota tim kalian, jangan sampai tersesat apalagi melakukan tindakan yang melanggar aturan museum yang akan kalian kunjungi. Nama baik sekolah kita ada di tangan kalian. Sekarang kalian bisa kembali ke kamar masing-masing."

Setelah menjelaskan semua itu, para siswa-siswi mulai kembali ke kamarnya masing-masing, termasuk Lili, Anne dan Win.

Dua hari begitu cepat berlalu. Kini mereka telah bersiap untuk melakukan perjalanan studi tour.

Bus dibagi berdasarkan kelas. Beberapa murid yang memiliki teman dekat di luar kelas sempat memprotes kebijakan tersebut, tetapi setelah kepala sekolah WGA Highschool turun tangan, keributan teratasi. Semuanya pun mau tak mau menuruti aturan itu.

Bus itu melaju dengan cepat menuju salah satu museum yang ada di kota ini, museum yang terkenal dengan koleksi utama yang berupa alat-alat untuk menjaga kesehatan juga digunakan sebagai dalam penyembuhan berbagai jenis penyakit.

Museum itu memiliki sejarah yang panjang dan terkenal dengan berbagai misterinya juga kisah horor lainnya, tapi terlepas dari semua itu kini mereka hanya akan berkunjung sebagai turis yang jelas tidak akan terlibat terlalu jauh dengan sejarah di balik museum itu.

Itu rencana awal, tapi saat mereka sampai di sana. Beberapa siswa dibagi menjadi beberapa tim, tim infus berjumlah 10 orang dan diataranya terdapat Lili, Anne dan Win.

Awalnya mereka hanya melihat-lihat seperti kebanyakan pengunjung lainnya, ada beberapa foto tokoh penting yang tergantung disana. Juga beberapa koleksi lainnya, seperti alat medis juga hal yang paling menarik perhatian khalayak ramai yaitu boneka santet. Hal yang dizaman sekarang dianggap tabu, tapi ketiga remaja yang terkenal dengan kepintarannya itu justru terpisah dari rombongan tim mawar karena pintu kayu yang dikenal dengan ruangan gaib.

Ruangan yang begitu terkenal dengan misterinya. Entah ada apa di dalam sana, tak seorangpun yang berani, kecuali petugas atau penjaga museum ini.

"Ayo jalan!" ajak Lili.

"Iya ayo!" imbuh Anne.

"Kalian gak penasaran sama ruangan ini? Ayolah! Dari berbagai perjalanan kita, juga berbagai percobaan yang berhasil kita lakukan, ruangan ini sangat menakjubkan karena belum dijamah banyak orang. Apa kalian tidak tertarik melihat-lihat? Mungkin saja di dalam sana ada berbagai benda yang jauh lebih menarik untuk kita pelajari dibandingkan hanya berkeliling mengitari museum ini!" jelas Win.

Kedua temannya saling tatap, mereka juga penasaran dengan ruangan ini, tapi bagaimana cara mereka masuk?

Lili yang terlebih dahulu melangkah mendekati gagang pintu ruangan itu. Pria dingin ini selalu bertindak selangkah lebih maju, sikap cueknya selalu membuat dua gadis yang ada di dekatnya geram. Tapi mau bagaimana lagi, mahluk langkah harus dilestarikan bukan.

Beda halnya dengan Anne dia pendiam, sering kali menurut dan ambil jalan tengah, jika Win dan Lili setuju maka Anne setuju, jarang membantah dan membuat masalah. Beda dengan Win, gadis ceplas-ceplos itu sangat mudah tertarik dengan hal baru, spontanitas dalam bertindak dan karena hal itu pula perjalanan mereka menyenangkan.

Ketiganya saling melengkapi satu sama lain. Hingga sekarang ketiga manusia itu berdiri tepat di depan pintu ruangan yang tiba-tiba menutup.

"Ehhh! Astaga kita gak sadar udah masuk aja! Btw ini pintu siapa yang tutup?" celoteh Win.

Lili yang cuek justru mengabaikan kalimat Win barusan, dia yang lebih dahulu mengitari ruangan itu. Mencari benda atau apa saja yang bisa ia pelajari atau mungkin hanya sekedar melihat-lihat.

Ruangan itu pengap, menunjukkan jarangnya pengunjung yang masuk, ketiga manusia itu mungkin salah satu pengunjung yang berhasil masuk ke ruangan itu.

Tidak banyak benda di ruangan itu, bahkan terkesan biasa saja. Jadi apa yang dimaksud dengan ruangan gaib? Apanya yang gaib? Ruangan ini sama saja! Tidak menunjukkan hal-hal yang berbau mistis atau hal gaib lainnya.

Tapi tunggu sebentar, ada hal lain yang mencuri perhatian ketiganya, sebuah lemari kayu yang tampak usang.

Dengan ragu Lili mendekati lemari itu, membukanya perlahan dan bugh!

Seorang wanita dengan tubuh yang kaku bahkan pucat keluar dari lemari itu. Pakaian yang ia kenakan sudah berubah warna menjadi merah. Bercak darah itu bahkan kering dan menempel di tubuhnya, beruntung Lili dapat menghindar sehingga sidik jarinya tidak menempel di tubuh wanita itu, juga saat membuka pintu, Lili memilih membuka dengan sarung tangan karet dari laboratorium yang kebetulan ia bawa.

"Astaga!" teriak Anne kaget.

Win menutup mulutnya rapat-rapat. Lihatlah di depan sana ada seorang wanita berambut panjang dengan tubuh yang dipenuhi darah, tangan terikat juga mata tertutup kain.

"Gawat! Kita harus bisa keluar! Atau masalah akan semakin rumit dan studi tour kita berubah jadi adegan penangkapan pelaku kejatahan!" cicit Lili memperingatkan.

Anne dan Win serempak mengangguk. Masalah ini jelas bukan masalah yang kecil, ini bukan ranah mereka, mereka hanya tiga remaja yang tersesat dengan rasa penasaran mereka hingga berakhir di sini dan tentunya tidak ingin berakhir di penjara.

"Tapi gimana kita bisa keluar pintu itu tertu..." belum habis Anne berbicara, Lili sekali lagi maju lebih dulu. Membuka pintu itu dengan mudah.

Anne dan Win diam mematung. Astaga! Jadi pintu itu tertutup tiba-tiba hanya karena angin dan bisa dibuka!

"Ayo keluar tunggu apa lagi!" bentak Lili.

Ketiga bergegas keluar, mengabaikan mayat wanita muda itu. Ada rasa iba dalam hati, tapi mereka tidak berani mendekat dan terjebak lebih jauh. Biarlah polisi yang mengatasi hal ini.

"Kita harus lapor ke polisi atau nanti dia jadi hantu  gentayangan!" celetuk Win.

Lili dan Anne mengangguk, ketiganya kini berlari menuju pos utama penjaga museum. Melaporkan hal yang baru saja mereka lihat.

Setelahnya acara studi tour mereka berubah kacau dengan datangnya beberapa anggota kepolisian terutama bagian porensik. Mereka bergegas mengidentifikasi mayat wanita itu, memeriksa sudut-sudut ruangan dan kembali bertanya pada ketiganya.

Kasus ini belum usai, bahkan baru dimulai, tapi ketiga remaja itu hanya bisa menyaksikan dengan beberapa pertanyaan yang berkecamuk di kepala. Siapa yang membunuh gadis itu? Kenapa dia di kurung di ruangan gaib ini? Jadi apa yang dimaksud dengan ruangan gaib? Apa arti dari semua ini?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro