아홉 (Nine)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bakalan aku kasih sedikit spoiler. Bakal ada tokoh ini di cerita HIDDEN FEELINGS:

Myoui Mina (peran penting)

Jessica Jung (peran sampingan)









Aku tidak berselera memakan masakan Tante Yoona. Aku tidak menghabiskan dimsum itu, dan menyisakan satu biji. Aku benar-benar tidak berselera. Mulutku terasa hambar, lidahku terasa sensitif akan rasa pedas. Namun aku tetap berusaha normal dan mengatakan pada Tante Yoona aku sudah kenyang. Setelah meletakkan segelas susu di nakasku, Tante Yoona keluar.

Aku menghela napas, memilih untuk berbaring dan menenggelamkan badan di dalam selimut. Ponselku bergetar, menyanyikan lagu Monster. Aku mengambil ponselku. Satu direct message dari Seulgi.

@SeullbearGi : Hei kenapa tidak berangkat sekolah?

@KimSowon__95 : Aku sakit 😷

@SeullbearGi : Oh ya? Sakit apa?

@KimSowon__95 : Demam dan sakit perut. Jangan bilang klise. Atau akan kubunuh kau

@SeullbearGi : Hahahaha 😂 tidak akan. Apa kau nanti akan berobat?

@KimSowon__95 : Kalau sampai jam 5 sore belum mendingan mungkin aku akan berobat.

@SeullbearGi : Kalau begitu aku akan ke rumahmu bersama Nayeon. Bolehkah?

@KimSowon__95 : Tentu saja. Aku akan sangat senang. Kapan?

@SeullbearGi : Mungkin nanti sepulang sekolah langsung ke rumahmu.

@KimSowon__95 : Oke.

@SeullbearGi : Kalau begitu aku sudahi dulu, ya. Setelah ini jam pelajaran ayahku. Aku bisa mati kalau ketahuan memainkan ponsel waktu pelajaran. Bye~

Aku tersenyum, kemudian kembali meletakkan ponselku, memutuskan untuk kembali tidur. Namun sepertinya tidak bisa. Aku akhirnya menghabiskan waktu di kamar dengan memakan camilan (kecuali macaroon itu), membaca buku, ataupun bermain SNS. Aku baru saja mengupload fotoku berbaring dan hanya kuperlihatkan mataku. Kutulis : "Aku sakit." Dan dalam sekejap mata, komentar-komentar itu muncul.

Mulai dari 'semoga cpt sembuh', 'get well soon', 'aaa... Tuan putriku sakit! :'''(" sampai 'walau sakit ttp cantik kok'. Aku terkadang tertawa sendiri membaca komentar para pengikutku di SNS. Aku kemudian membuka explore, tertegun ketika kulihat sebuah foto yang dikirim dari akun Taehyung. Sebenarnya ia hanya mengirim foto tangannya yang sedang memakai gelang.

Aku menggulir layar ke bawah. Kulihat apa yang dia tulis di caption-nya.

미안해 I'm sorry.

Seketika aku mengernyit. Kenapa dia menulis minta maaf dengan foto tangan yang memakai gelang?

Penasaran, aku membuka akun SNS miliknya, kemudian kembali menggulirkan layar ke bawah. Mataku kembali terfokus kepada sebuah foto Taehyung dari belakang. Ia berdiri di sebelah kiri, kakinya nyaris menyentuh jalan karena trotoar itu untuk dua orang. Aku melihat apa yang ia tulis.

나는 네가 필요해 i need u.

Aku kembali mengernyit, kemudian mengklik foto itu. Tidak ada siapapun yang ditandai olehnya. Di caption-nya pun tidak disebutkan akun.

Aku mengklik foto selanjutnya, kemudian melihatnya. Taehyung yang berdiri bersandar di tiang listrik dan menoleh ke kanan. Hoodie merahnya nyaris menutupi matanya. Lagi-lagi aku tertarik melihat caption.

나는 너를 좋아해 I like you

Siapa? Dia menyukai siapa? Mendadak ngilu menyerang dadaku. Padahal aku tidak memiliki riwayat penyakit jantung. Aku memberanikan diri membuka foto selanjutnya.

Kali ini Taehyung hanya menunjukkan mata cokelatnya yang jernih dan poninya.

나는 너를 사랑해 naneun neoreul saranghae

Entah kenapa dadaku menjadi sesak. Kugulirkan layar ke bawah lagi. Kali ini hanya hitam. Gelap. Mungkin ia memotret tanpa flash dalam kegelapan total. Kugulirkan layar sedikit ke bawah agar melihat tulisannya.

하지만 너의 존재는 결코 내 편으로 돌아 가지 않는다 but your existence never returns to my side

Sudah cukup! Aku tidak tahan melihat ini. Aku menutup SNS, kemudian menonaktifkan ponselku. Aku membaringkan tubuhku, kemudian kututup mataku menggunakan telapak tangan.

Bodo amat!

*****

Aku melihat Seulgi dan Nayeon begitu membuka mataku. Seulgi menggembungkan pipinya, Nayeon mengerucutkan bibirnya. Aku mengernyit, menajamkan pandanganku yang masih mengabur.

"Apa? Kenapa kalian menatapku seperti itu?" tanyaku setengah sadar.

"Hey! Kami menunggumu selama sepuluh menit dan kau baru bangun di menit ke sepuluh lima puluh enam detik. Tidakkah kau menyadari keberadaan kami?" tanya Nayeon setengah kesal dengan wajah diimut-imutkan.

Aku menggaruk kepala. "Kalian bisa membangunkanku kan?" tanyaku balik.

"Mana bisa. Tante Yoona menyuruh kami untuk menunggumu bangun. Kami sampai berbisik-bisik agar kau tidak terganggu dan bangun dengan sendirinya," kata Seulgi.

"Aish..." kataku. "Ya sudahlah. Terima kasih sudah menjengukku hari ini." Aku membungkukkan badan.

"Kau kerasukan?" tanya Nayeon sambil memegang dahiku.

"Hey hentikan! Aku tidak kerasukan," kataku sambil menepis tangannya.

"Lupakan barusan. Kami bawa hoppang dan hotteok untukmu," kata Seulgi, kemudian memasang senyumnya.

Aku tersenyum, kemudian menerima kantung yang diserahkan Seulgi. Harum kedua makanan itu menguar, memenuhi hidungku. Mendadak aku jadi lapar, kemudian mengajak Seulgi dan Nayeon naik ke pembaringanku. Kami mengobrol panjang, melupakan aktivitasku di SNS yang nyaris membuat dadaku meledak karena sesak.

"Kau tahu Jung Yerin, Sowon?" tanya Seulgi.

Bahuku turun begitu mendengar nama Jung Yerin. "Tahu, tentu saja," kataku sambil mengunyah hotteok.

"Aku juga," kata Nayeon. Mulutnya penuh hoppang. "Dan aku tak begitu menyukainya."

"Yah, aku pula," kata Seulgi. "Dia bahkan pernah nekat memainkan ponsel di kelas. Aku melihatnya sendiri waktu aku mengunjungi kelas D untuk menanyakan ekstrakurikuler. Saat aku mau meninggalkan ruangan, kulihat Mr. Wu merampas ponselnya."

"Dia bahkan pernah pergi ke ruang instalasi listrik gedung C. Entah apa yang dipikirkannya. Namun masuk ke ruang instalasi listrik seperti itu kan pelanggaran," kata Nayeon sambil meraih susu pisangnya.

"Dia bahkan kepergok olehku tengah meminjam ember penjaga sekolah! Apa sih yang dipikirkannya sampai melakukan hal-hal aneh?" kata Seulgi sambil menggelengkan kepalanya, dan menggigit hotteok-nya.

"Kau sendiri?" Nayeon menatapku.

Aku terhenyak. "Apa?"

"Kau pernah melihat Yerin bertingkah aneh?" tanyanya akhirnya.

Aku memutar memoriku. Tidak kutemukan satu kejadian janggal dengan Yerin. Akhirnya aku menggeleng sambil menyeruput susu.

Sekejap kemudian kamar sunyi, hanya menyisakan suara orang mengunyah.

*****

Aku kembali masuk sekolah hari ini. Aku berlari menuju halte dengan berlari, roti lapis terapit di mulutku. Sudah jelas. Aku kesiangan. Aku berlari semakin cepat menyadari bus itu telah berhenti di halte tujuanku. Aku buru-buru masuk ke dalam.

Kuedarkan pandangan ke seluruh sudut bus. Aku tersenyum ketika ada tiga jajar bangku yang kosong di belakang. Aku berjalan ke sana, kemudian duduk dengan nyaman. Tak lupa aku memasang headset dan mendengarkan musik kesukaanku.

Selama perjalanan aku hanya memandang jalan dan sesekali merasakan bus berhenti di halte untuk mengangkut dan menurunkan penumpang. Seorang lelaki tua pun telah menduduki bangku paling ujung, menyisakan bangku tengah yang kosong.

Bus berhenti lagi. Kali ini banyak yang memasuki bus. Aku menghela napas kesal ketika suasana semakin ramai dan sesak. Terlebih lagi ketika seseorang menyenggol bahuku dengan keras hingga aku nyaris meringis. Aku menoleh untuk melihat siapa itu.

"Selamat pagi. Apakah kau kesiangan?"

Sekonyong-konyong kalimat itu muncul dari mulut Taehyung. Aku menampar pelan pipi kanannya hingga wajahnya teralihkan dariku. Aku sedang tidak ingin melihat wajah sialannya itu.

"Kenapa kau menamparku?" tanyanya tidak terima.

"Maaf, tidak sengaja," jawabku sarkas, kemudian kembali menatap ke luar jendela.

Kurasakan ia hanya tersenyum. Kami tidak saling bicara sampai ia mengucapkan sesuatu yang menyebalkan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku," katanya.

Aku menoleh, mengernyit. Pertanyaan yang mana? Jelas-jelas dia tidak menanyakan apapun.

"Pertanyaan apa?" tanyaku.

"Apakah kau kesiangan?" ulangnya.

Aku mendecak sebal. "Bisakah kau menanyakan pertanyaan lain?" tanyaku.

"Baiklah. Jam berapa kau tidur tadi malam?"

"Tidak tahu."

"Apakah kau semalam belajar?"

"Apa kau gila? Tentu saja."

"Apakah kau habis makan roti lapis?"

Aku menatapnya kaget. Dia tahu aku makan roti lapis? Darimana ia tahu?

"Dari mana kau tahu?" tanyaku.

"Kau selalu makan dengan berantakan ketika terburu-buru. Lihat, bahkan remahan roti dan selada itu masih menempel di pipimu," katanya.

Aku mendengus, hendak menolehkan kepala lagi ke arah jendela. Namun tertahan karena tangan Taehyung tiba-tiba menyentuh pipiku.

Aku refleks menoleh, menatap matanya. Ia mengusap pipiku pelan. Pelan sekali. Saking pelannya, aku mengira selamanya kita akan tetap dalam posisi seperti ini. Taehyung masih mengusap pipiku, membersihkan remahan roti dan selada yang mengotori pipiku.

Namun mendadak ia berhenti, dan matanya menatap mataku lekat. Aku tidak bisa mengelak. Bahkan melirik ke arah lain pun tidak bisa. Taehyung mengunciku, seperti sebelumnya ketika di rumah hantu.

Aku merasakan sebuah benda bergetar di pangkuan Taehyung. Ponselnya. Aku melirik ponselnya, dan seketika aku mendorongnya dengan kesal. Di saat yang bersamaan bus berhenti, mencapai halte sekolah. Aku berdiri, kemudian meninggalkan Taehyung sambil menampar pipiku yang tadi dipegang oleh Taehyung. Mendadak aku teringat kembali fakta yang sempat kulupakan.

Aku melirik ponselnya tadi, dan melihat sebuah nama di sana. Itu adalah Jung Yerin.





































Hey yooooo apa kabs kaleann??? Semoga semakin baik ya. Dan... Semua misteri masih tersembunyi, dan sebagian besar misteri itu terletak di diri Sowon. Penasaran? Klik vote dan comment untuk mendukung cerita ini yaa! Satu vote sangat berarti loh. Oh ya mau nanya siapa karakter favorit kalian selama mengikuti ff ini? Dan karakter mana yang paling kalian benci? Comment yaa!

See you next chapter! Poi poi~~~👋👋

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro