열한 : 과거의 단편 (Eleven : fragment of past)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Chapter ini spesial sudut pandang orang ketiga (AKU JIJIK SAMA MAS AKU JIJIK AKU BENCYIH!!/loh kok?) ini pakai bahasa author bukan bahasa Sowon. Jadi maklum kalau ada perbedaan karakter di penulisannya. Enjoy ya!






April, 2017...

Toko buku itu tidak ramai, bahkan bisa dibilang sepi. Kebanyakan pelajar zaman sekarang lebih mementingkan soal gaya daripada mengisi otak mereka dengan ilmu pengetahuan. Tren busana ada di mana-mana, mulai dari yang keren sampai yang aneh tingkat dewa. Dari kaus lengan pendek sampai kaus lima lapis.

Namun masih ada pula yang peduli akan ilmu, termasuk lelaki berambut cokelat itu. Lelaki dengan postur tubuh tegap dan atletis dengan wajah tampan yang bisa membuat seluruh perempuan dunia bertekuk lutut. Seragam sekolah masih rapi terpasang di tubuhnya, dengan tanda nama di bagian dada kiri, Kim Taehyung. Itu namanya. Nama klasik yang dimiliki hampir oleh ratusan orang di Korea.

Taehyung sedang membaca buku ensiklopedi ketika seorang gadis berseragam yang sama dengannya mendekati mejanya. Sesaat Taehyung terpesona dengan mata cokelat dan rambut cokelat kayunya yang Indah berkilau. Matanya bening dan mengerjap dengan polos. Sepertinya mereka satu sekolah, namun belum saling mengenal. Mungkin karena mereka beda kelas dan baru tiga bulan masuk SMA.

"Eh... Maaf," kata gadis itu dengan nada gemetar karena malu.

"Ya? Ada yang bisa kubantu?" tanya Taehyung, berusaha untuk seramah mungkin.

"Aku ingin meminta bantuan untuk mengambilkan buku. Raknya terlalu tinggi, aku tidak bisa menjangkaunya," jawabnya sambil memainkan kuku jari.

"Tentu saja." Taehyung tersenyum kepada gadis itu. "Jadi rak sebelah mana?"

Gadis itu menunjuk sebuah rak bagian Novel dan Kamus. "Itu."

"Buku yang mana?" tanya Taehyung.

"Yang warna putih," tunjuk gadis itu.

Taehyung mengambilkan buku yang dimaksud, kemudian menyerahkannya kepada gadis cantik itu. Matanya langsung berbinar, kemudian gadis itu membungkuk dalam-dalam.

"Terima kasih banyak!" katanya senang.

"Sama-sama."

Si gadis baru saja ingin berbalik ketika Taehyung memanggilnya. "Hei, tunggu sebentar."

Gadis itu kembali membalikkan badannya. "Ya?" tanyanya.

Taehyung mengambil sebuah buku novel berjudul Endless Love dan membukanya. Kemudian ia menunjuk halaman pertama buku itu.

"Tulis namamu disini," katanya.

"Eh?" gadis itu terheran. "Untuk apa?"

"Tulis saja."

"Tapi aku tidak bawa pulpen..."

"Pakai saja pulpenku."

Gadis itu menyanggupi dan menerima pulpen yang disodorkan oleh Taehyung. "Kim... Sowon... Nah sudah!" Ia menulis sambil mengeja namanya sendiri.

"Sekarang tulis nomor teleponmu," kata Taehyung.

Meskipun tidak mengerti maksud Taehyung, Sowon tetap menuliskan nomor teleponnya, kemudian meletakkan pulpennya ketika sudah selesai. Taehyung menatap halaman pertama buku itu dengan puas.

"Aku akan menghubungimu, Sowon. Pastikan kau ingat aku," katanya.

"Eh, tapi aku belum tahu namamu..."

"Namaku Kim Taehyung."

"Baiklah akan kuingat namamu, Taehyung," kata Sowon.

"Kalau begitu sampai jumpa."

"Iya."

Sekejap kemudian mereka sudah saling memunggungi, dengan senyum malu-malu menghiasi wajah mereka.

*****

"Aku punya satu adik sepupu dari Jepang," kata Taehyung.

"Oh, ya? Siapa namanya?" tanya Sowon.

Mereka sedang ada di sebuah kafe bergaya klasik dengan limun berada di depan mereka. Semenjak pertemuan mereka di toko buku tiga minggu yang lalu, Sowon dan Taehyung menjadi semakin dekat. Mereka saling mengirim SMS, bertelepon, bahkan video call. Ibu Sowon sampai memarahinya karena ia terus-menerus berada di depan layar ponsel untuk melakukan video call dengan berkata "Kau pikir kuota internet khusus video call itu murah?! Kalau mau video call seharian, mulai sekarang kau bayar sendiri jatah kuota perbulanmu!!" Dan sejak saat itu Sowon membayar jatah kuotanya sendiri agar bisa bertelepon dengan Taehyung.

Sowon, yang saat itu belum mengerti arti jatuh cinta, kini mulai merasakan perasaan yang tidak ia mengerti itu. Perasaan yang tumbuh di dalam dadanya, membuatnya merasa sesak. Awalnya ia merasa aneh dan mengira itu karena asmanya kambuh lagi. Namun itu hanya terjadi ketika ia bersama dengan Taehyung. Sowon langsung tahu bukan itu penyebabnya.

"Namanya Myoui Mina. Nama Koreanya Kim Mina, nama Inggrisnya Angelina Kim," jawab Taehyung, menyebutkan satu per satu nama sepupunya tersebut.

"Myoui Mina? Nama marganya unik. Selama ini aku hanya mendengar marga Jepang yang kedengaran seperti----Tanaka, Kobayashi, Yamamoto, dan yang lainnya. Tapi marga Myoui belum pernah kudengar," kata Sowon.

"Yah, marganya memang unik. Bahkan waktu aku kecil dan diperkenalkan pertama kali oleh orang tuaku, aku tidak percaya dia orang Jepang. Wajahnya benar-benar seperti orang Korea. Namun setelah itu aku memaklumi karena Ayahnya memang orang Jepang," ucap Taehyung.

Sowon tertawa, kemudian menyeruput limun miliknya dan mengaduknya menggunakan sedotan. "Kalau sudah harus masuk universitas nanti, kau mau masuk mana?"

"Entahlah. Tapi mungkin aku akan masuk ke universitas di Inggris," jawab Taehyung.

"Wow, universitas mana? Oxford? Harvard?" tanya Sowon dengan mata penasaran.

"Harvard," jawab Taehyung percaya diri.

Sowon bertepuk tangan kecil. "Aku tidak diperbolehkan sekolah di luar negeri. Orang tuaku----lebih tepatnya ibuku melarangku. Ia khawatir aku kenapa-napa disana. Padahal aku pasti sudah bisa menjaga diri," kata Sowon setengah cemberut.

Taehyung tersenyum geli melihat wajah cemberut Sowon. Tak mau Sowon terus seperti ini, Taehyung mengulurkan tangannya, kemudian menepuk lembut pucuk kepala Sowon. Sowon terkejut, kemudian mendongakkan kepalanya. Dilihatnya Taehyung sedang tersenyum simpul.

"Jangan cemberut ketika sedang bersamaku, ya?" kata Taehyung.

Sowon tidak menjawabnya. Ia buru-buru menunduk dalam, menyembunyikan rona merah di wajahnya yang kini terasa panas. Sowon malu.

"Kalau kau diperbolehkan sekolah di luar negeri, kau memilih bersekolah di mana?" tanya Taehyung.

"Tokyo Institute of Technology! Jepang!" jawab Sowon semangat, melupakan rasa malunya.

"Wah, benarkah? Kalau begitu kita harus sama-sama berjuang, ya!" kata Taehyung.

Sowon tertegun, namun kemudian tersenyum tulus sambil mengangguk.

*****

Dua hari kemudian, mereka kembali bertemu di kafe ini. Kafe ini menjadi tempat nongkrong kesukaan Sowon setelah pertemuannya dengan Taehyung beberapa minggu yang lalu. Ia mulai menyukai Taehyung. Entah kenapa setelah ia mengenal Taehyung, hidupnya terasa lebih menyenangkan. Sowon pun jadi punya alasan untuk keluar rumah.

Kini mereka memesan milkshake vanilla dan waffle. Sowon tidak bisa berhenti tersenyum ketika bertemu dengan orang yang disukainya. Namun rasa suka itu belum tumbuh menjadi rasa cinta. Sowon baru merasa nyaman dan senang saja.

"Apa kau tahu beberapa Bahasa Jepang?" tanya Taehyung tiba-tiba.

"Um... Yah, aku tahu. Aku sempat mengambil les Bahasa Jepang waktu SD dan SMP," jawab Sowon.

"Oh, ya? Kalau begitu aku tes ya?" kata Taehyung, menantang. "Apa artinya aishiteru?"

"Aku mencintaimu," jawab Sowon polos.

"Kalau begitu kau menjadi pacarku mulai saat ini."

Sowon terkejut. Matanya membulat, bibirnya ternganga, terpaku di tempat. Sadar akan apa yang terjadi, Sowon langsung membetulkan ekspresi konyolnya tadi.

"Eh... Maksudku bukan itu... Itu jawaban untuk pertanyaanmu tadi... " kata Sowon gelagapan.

"Sowon kau mencintaiku tidak?" tanya Taehyung. Wajahnya mendadak menjadi serius.

"Ak-aku... Aku tidak ta----"

"Aku mencintaimu, Sowon."

Sungguh pengakuan yang sangat mendadak, sampai-sampai Sowon kehilangan seribu bahasa, diam di tempat. Ia berusaha mencari candaan di kalimat dan tatapan Taehyung saat itu. Namun Sowon tidak menemukannya. Mata cokelat Taehyung menatap Sowon dalam, hingga membuat Sowon salah tingkah.

"Eh ... Anu ... Aku ...." Sowon benar-benar gugup sekarang. Hingga ia akhirnya memutuskan diam.

Taehyung tiba-tiba tersenyum, kemudian berkata, "Kuanggap diammu itu sebagai penerimaan. Mulai sekarang kau adalah pacarku."

"Ah, iya, baiklah." Sowon lega ia tidak harus menjawabnya.

"Kita harus berfoto!" kata Taehyung sambil mengeluarkan ponselnya.

"Berfoto? Untuk apa?" Sowon bingung.

"Tentu saja untuk kenangan di hari pertama kita berpacaran!" kata Taehyung. "Ayo foto..."

Sowon menutup wajahnya menggunakan tangan lentiknya. "Tapi wajahku lusuh..."

Dengan senyuman, Taehyung perlahan memegang tangan Sowon yang menutupi wajahnya, kemudian menariknya pelan-pelan. Ia berbisik.

"Kau tetap cantik, Gadisku."























Maaf kalo chapter ini agak pendek. Soalnya author pengen buat part 2 biar nggak kepanjangan. Kalo disatuin jadi satu chapter, bakalan bisa sampai 2000+ words. Tangan author bukan tangan robot :v. Btw, ini work makin hari makin gak jelas aja. Flat banget astagfirullah... Maaf kalo nggak ngefeel.

See you next chapter! Poi poi~~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro