열 다섯 : 과거의 단편 pt. 3 (Fifteen : fragment of past pt. 3)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

August 2017...

"Sowon, segeralah mandi. Kau harus les!"

"Iya, iya Tante," kata Sowon. Ia melempar ponselnya ke kasur dan berjalan ke arah kamar mandi.

Dua puluh menit kemudian, Sowon sudah memakai kaus berwarna pink coral dan rok pendek putih. Sowon mengambil cardigan berwarna baby blue dan memakainya. Sowon turun, lalu segera memakai sepatu converse putihnya yang ada di rak.

"Aku berangkat dulu, Tante Yoona," kata Sowon.

"Tunggu," kata Tante Yoona. Ia menghampiri Sowon, kemudian menyerahkan sejumlah uang. "Nanti tolong belikan daging ayam untuk makan malam, ya. Jika masih sisa boleh kau gunakan."

Sowon menerima uang itu. "Baiklah, Tante Yoona. Aku pergi dulu."

Sowon berjalan ke luar rumah, kemudian menuju tempat lesnya. Tempat lesnya tidak jauh dari rumah. Hanya dua blok dari rumahnya. Begitu sampai, Sowon langsung masuk ke ruangannya. Nayeon melambaikan tangannya.

"Sowon! Sini!" kata Nayeon.

Sowon menghampiri Nayeon. "Hai, Nayeon. Omong-omong, pensilmu jatuh," kata Sowon.

Nayeon merutuk sambil memungut pensilnya. Sowon melirik buku yang dibawa Nayeon.

"Kau bawa buku Biologi? Jadwal les hari ini kan Fisika," kata Sowon heran.

"Yah, memang. Tapi aku juga perlu membaca-baca buku Biologi lebih banyak. Aku kehilangan hafalan," jawab Nayeon.

Sowon mengeluarkan bukunya, kemudian membuka halaman yang ditandai. Sowon kemudian celingak-celinguk, mencari seseorang. Kemudian ia menunduk lesu ketika seseorang itu belum ada di tempat les.

Pintu ruangan terbuka. Seorang lelaki masuk ruangan, dan seketika senyum Sowon langsung merekah. Ia melambaikan tangan kepada lelaki itu. Lelaki itu menangkap lambaian tangan Sowon, kemudian menghampirinya. Lelaki itu kemudian duduk di sebelah Sowon.

"Hai, Sowon. Bagaimana kabarmu?" tanya lelaki itu.

"Baik. Kau sendiri bagaimana, Jaehyun?" tanya Sowon.

"Sama seperti kemarin-kemarin," jawab Jaehyun. "Jadi? Apakah ada soal yang tidak kau mengerti lagi?"

Sowon mengangguk. "Iya. Soal yang ini. Aku masih tidak mengerti rumusnya," kata Sowon sambil menunjuk soal itu.

"Oh, soal ini...."

Jaehyun mulai menjelaskan berbagai rumus dan cara menghitung kepada Sowon. Sowon pun sesekali menulisnya di sticky note dan menempelnya di ujung buku. Ia juga menulis di buku lesnya.

Dua puluh menit kemudian (dengan diselingi penjelasan guru) pekerjaan Sowon selesai. Biasanya Sowon membutuhkan waktu 40 menit kalau harus mengerjakan Fisika. Berkat Jaehyun, PR Sowon jadi lebih cepat selesai.

"Terima kasih, Jaehyun. Kau selalu membantuku," kata Sowon.

"Tidak masalah. Aku suka membantu orang mengerjakan tugasnya," ucap Jaehyun sambil mengibaskan tangan.

Dua jam kemudian, les selesai. Jam sudah menunjukkan angka 7.50 malam. Sowon baru saja memakai jaketnya ketika Jaehyun berbicara kepadanya.

"Sowon," katanya.

"Ya?" tanya Sowon.

"Kalau kau pulang agak terlambat tidak masalah, kan?" tanya Jaehyun.

"Memangnya kenapa?" tanya Sowon balik.

"Aku mendapat dua kupon makan di kedai ramyeon. Apakah kau keberatan kalau aku mengajakmu pergi?" tanya Jaehyun.

"Ramyeon? Baiklah, aku tidak keberatan," jawab Sowon menyanggupi.

Jaehyun tersenyum senang, kemudian mereka keluar dari ruangan dan meninggalkan gedung les itu menuju kedai ramyeon. Kedai ramyeon yang dimaksud Jaehyun ternyata ada di ujung jalanan Hong Dae. Ramyeon disitu terkenal enak dan pelanggannya banyak. Karena Jaehyun memakai kupon, mereka mendapat kursi lebih dahulu.

Ramyeon sudah tersaji di depan mereka. Kuahnya yang merah masih mengepulkan asap.

Sowon menyumpit suapan pertamanya, lalu memasukkannya ke mulut.

"Enak sekali," katanya.

Jaehyun tersenyum. Ia menatap Sowon yang masih memakan ramyeon-nya. Mereka makan dalam kesunyian beberapa saat.

"Oh, ya, Jaehyun," panggil Sowon tiba-tiba.

"Ya?" tanya Jaehyun.

"Lain kali kalau aku ada PR lagi tolong dibantu mengerjakan, ya!" kata Sowon, menyengir.

Jaehyun tertawa dan mengacak rambut Sowon. "Iya, iya."

"Jangan Jaehyun. Berantakan..."

*****

Sowon masih asyik dengan ponselnya begitu Tante Yoona menyuruhnya untuk makan malam. Sowon nanti-nanti saja, karena ia sedang chat dengan Jaehyun.

Jaehyun Einstein : Tadi ramyeonnya enak sekali ya

Sowonah : Iya ☺

Jaehyun Einstein : Kau tadi dapat kuponnya yang rasa apa? Maaf aku tidak memerhatikan kupon itu

Sowonah : Aku dapat yang ada nori keringnya. Enak sekali tapi itu tadi terlalu pedas. Mulutku nyaris kebakaran

Jaehyun Einstein : Oh ya? Harusnya itu tadi untukku. Maaf sekali ya, Sowon

Sowonah : Tidak usah dipikirkan. Lagi pula itu tadi enak kok. Aku malah sampai ingin menambah satu porsi lagi

Jaehyun Einstein : Kkkk~~ Omong-omong kau sedang apa?

Sowonah : Hanya tiduran sambil ngobrol denganmu. Tanteku sudah menyuruhku untuk makan malam tapi aku belum lapar karena ramyeon tadi.

Jaehyun Einstein : Tapi kau harus tetap makan. Nanti makan ya

Sowonah : Tentu saja :-) Omong-omong mau tahu apa namamu di ponselku?

Jaehyun Einstein : Apa?

Sowonah : Jaehyun Einstein 😂

Jaehyun Einstein : 😂😂 Kenapa kau menamaiku seperti itu?

Sowonah : Karena kau pintar. Mungkin kau sosok terpintar yang pernah kutemui

Jaehyun Einstein : Tapi aku kan tidak sepintar Einstein

Sowonah : Aku kan belum pernah tahu juga sepintar apa Einstein itu. Tapi aku tahu sepintar apa kau

Jaehyun Einstein : Kkkk~~ Kau mau tahu juga namamu?

Sowonah : Tentu saja

Jaehyun Einstein : Sowonnie

Sowonah : Kenapa tidak Kim Sowon atau Sowonah saja?

Jaehyun Einstein : Memang kenapa? Aku tidak protes ketika kau menamaiku Einstein

Sowonah : Baiklah Yang Mulia 🙏😂

Sowon tersenyum. Baginya Jaehyun orang paling berharga setelah ibunya, Seulgi, dan Nayeon.

*****

Pukul empat sore, Sowon seperti biasa ada di tempat les. Jaehyun belum datang, jadi Sowon sebisanya sendiri mengerjakan tugas sekolahnya. Bangku sebelahnya juga masih kosong.

"Sore, Sowon."

Sowon mengira itu adalah Jaehyun. Namun ternyata itu adalah Chanwoo, teman yang dikenalnya ketika pertama kali masuk ke tempat les. Sowon tersenyum dan membalas sapaan Chanwoo.

"Sore juga, Chanwoo," katanya.

"Kenapa kau kebingungan begitu? Apa soal itu sulit?" tanya Chanwoo.

"Ah iya sedikit sulit jadi aku bingung," jawab Sowon sambil menatap block note-nya yang penuh coretan pensil.

"Seperti apa soalnya? Mungkin aku bisa membantu," kata Chanwoo ramah.

"Baiklah, silakan," kata Sowon sambil menyerahkan buku tugasnya.

Chanwoo lalu melihat soal yang tertulis di buku Sowon, kemudian mulai mengajari Sowon rumus-rumus dan cara penyelesaiannya.

"Seperti itu. Bisa dimengerti?" tanya Chanwoo.

"Iya bisa. Terima kasih, Chanwoo. Aku jadi terbantu," kata Sowon sambil tersenyum.

"Tidak masalah. Aku akan membantumu, karena kita kan teman," kata Chanwoo.

"Oh, iya. Apakah kau keberatan kalau aku memintamu untuk memberitahu cara penyelesaian yang ini? Ini rumit sekali," kata Sowon.

"Oh? Baiklah. Coba kulihat soalnya dulu."

Jaehyun masuk ke ruangan itu. Matanya memandang berkeliling, mencari Sowon, dan dia terkejut ketika melihat Sowon sedang berhadapan dengan Chanwoo, mengobrol dengan senyumnya. Jaehyun mengepalkan tangannya. Ia cemburu. Jaehyun jadi menyesal telah datang terlambat ke tempat les.

Namun Sowon menyadari keberadaannya, lalu melambaikan tangan kepadanya.

"Jaehyun, sini! Sudah kutunggu dari tadi loh!" kata Sowon.

Jaehyun melangkah menuju bangku sebelah Sowon dengan langkah tergesa-gesa. Ia kemudian duduk di sebelah Sowon dan tidak mengatakan apapun.

"Hei, Jaehyun. Kenapa kau lama sekali datangnya? Sowon sampai harus memintaku untuk membantu mengerjakan soal," kata Chanwoo.

"Apakah itu masalah untukmu?" tanya Jaehyun dingin.

"Bukan untukku sih, tapi untuk Sowon," jawab Chanwoo. Nadanya tulus dan tidak dibuat-buat.

Namun Jaehyun tidak mendengarnya. Ia terus diam sampai jam les selesai. Jaehyun bahkan mengabaikan Sowon yang ingin dibantu mengerjakan soal dan malah menyuruh Sowon bertanya kepada Chanwoo.

"Tanya saja Chanwoo. Dia pintar kan."

Sowon bahkan heran dengan sikap Jaehyun hari ini. Tidak seperti biasanya, pikir Sowon sambil memasukkan buku-bukunya kembali ke tas.

Mereka pulang bersama seperti biasa, namun Jaehyun diam saja. Suasana menjadi canggung, dan Sowon tidak nyaman dengan suasana ini.

"Jaehyun," katanya.

"Apa?" jawab Jaehyun tanpa memalingkan wajahnya dari ponsel.

"Apa kau marah kepadaku?" tanya Sowon, sebisa mungkin menatap mata Jaehyun.

"Memangnya kenapa?" kata Jaehyun datar.

"Y-ya... Kau diam terus hari ini. Kau tidak seperti biasanya. Dan lagi hari ini kau menyuruhku untuk mengajari Chanwoo terus," jawab Sowon.

"Bagus kan? Chanwoo itu pintar jadi dia bisa mengajarimu," tukas Jaehyun.

"Tapi... Aku lebih suka kau yang mengajariku," kata Sowon.

"Oh, ya? Lalu kenapa kau meminta tolong Chanwoo tadi?" Jaehyun menghentikan langkahnya, menatap Sowon. Namun tatapannya tidak seperti biasa. Tatapannya dingin.

"Jaehyun. Itu karena kau belum datang dan dia sendiri yang menawariku bantuan," kata Sowon, tidak habis pikir dengan sikap Jaehyun.

"Lalu kenapa kau menerimanya?"

"Siapapun akan menerima bantuan orang lain selama itu dibutuhkan, Jaehyun! Kenapa kau seperti ini?"

Hening sejenak. Tidak ada yang memulai kembali pembicaraan. Mereka berdiri berhadapan, di tengah keramaian jalan.

"Apa kau pernah menyukai seseorang Sowon?" tanya Jaehyun.

"Pernah, sekali. Dan aku menyesalinya," kata Sowon.

Wajahmu sama sekali tidak ada penyesalan, Sowon, pikir Jaehyun.

"Siapa namanya?" tanya Jaehyun.

"Kim Taehyung dan jangan tanya lagi."

Kim Taehyung? Mungkinkah... Kim Taehyung yang itu? pikir Jaehyun.

Jaehyun mengenal Taehyung karena mereka satu SMP. Jaehyun pun masih sering kontak dengan Taehyung, namun akhir-akhir ini jarang sekali. Bisa dibilang mereka teman baik.

"Aku menyukaimu, Sowon."

Itu pernyataan paling tiba-tiba yang didengar Sowon dari mulut Jaehyun. Sowon melongo sejenak, kemudian bertanya.

"Apa katamu?"

"Kubilang aku menyukaimu, Sowon."

Sowon menatap Jaehyun, lalu tertawa. "Jangan bercanda Jaehyun."

"Apakah wajahku seperti orang bercanda, Sowon?" tanya Jaehyun.

Ternyata Jaehyun tidak bercanda. Sowon menatap Jaehyun sambil membisu, tidak tahu harus berkata apa. Jaehyun balas menatapnya dengan bola mata cokelatnya.

"Maaf, Jaehyun. Tapi kurasa aku tidak bisa menjawabnya," kata Sowon akhirnya.

"Apakah itu penolakan?" tanya Jaehyun.

"Kau bisa menganggapnya Ya atau Tidak, atau diantaranya," kata Sowon. "Tapi yang pasti aku tidak bisa menjawabnya."

Kemudian Sowon berbalik, meninggalkan Jaehyun di tengah keramaian kota dengan tangan mengepal.

*****

Setelah malam itu, Jaehyun menjadi sangat pendiam. Ia jadi seperti orang lain. Jaehyun yang dulu baik dan penuh senyum, kini menjadi Jaehyun yang pendiam dan tidak pernah tersenyum. Bahkan Jaehyun seperti tidak memiliki perasaan. Ia tidak segan-segan menghajar orang yang berani menyenggolnya.

"Hei, ada apa dengan Jaehyun? Dia berbeda," bisik Chanwoo kepada Sowon.

"Jangan dibicarakan Chanwoo," kata Sowon.

"Oh? Apakah kalian ada masalah?" tanya Chanwoo.

"Tidak dan tidak akan pernah. Sudahlah Chanwoo. Kembali ke soalmu," kata Sowon, tak mau membahas ini.

Jaehyun bahkan pernah melayangkan tatapan dingin kepada Sowon ketika Sowon tidak sengaja menjatuhkan botol minumnya dari atas meja. Sowon sudah meminta maaf, namun nampaknya Jaehyun tidak peduli.

Sowon yang merasa tidak nyaman dan tidak ingin bersama Jaehyun lagi, keluar dari tempat les itu. Ia berharap tidak pernah bertemu kembali dengan Jaehyun.

*****

"Sowon, ayo makan tteokbokki!" ajak Seulgi ketika mereka sedang berjalan-jalan di Sungai Han.

"Boleh saja," kata Sowon menyanggupi. Mereka menuju salah satu kedai tteokbokki di sana dan memesan masing-masing satu kotak penuh.

"Kau mau rasa apa, Sowon? Aku mau rasa super mozzarella cheese! Oh, apa rasa kepiting saja, ya?" tanya Seulgi.

"Kurasa lebih baik mozzarella. Kau kan alergi kepiting," kata Sowon mengingatkan.

"Oh iya, aku lupa. Kau sendiri ingin pesan yang mana?" tanya Seulgi lagi.

"Sama sepertimu saja," jawab Sowon sambil menunjuk gambar tteokbokki dengan keju mozzarella yang menggunung.

Mereka membayar seratus won dan duduk di salah satu bangku panjang yang disediakan. Di Sungai Han juga terdapat penyewaan sepeda. Banyak sekali kios-kios penjual makanan seperti hotdog, corn dog, ramyeon, tteokbokki, tteokkochi, hoppang, dan yang lain sebagainya.

Sowon sedang menyuapkan satu kue beras ketika serombongan orang yang memakai sepeda melintas. Kelihatannya mereka menyewa sepeda. Sebagian besar lelaki, dan Sowon tersentak kaget ketika melihat Taehyung dan Jaehyun ada diantara rombongan itu.

Sowon tidak yakin Taehyung melihatnya, namun Sowon seratus persen yakin Jaehyun menatapnya saat itu. Mereka bertatapan sebentar, namun Jaehyun dengan cepat memutuskan pandangan mereka. Jaehyun dan Taehyung yang ada di barisan paling akhir awalnya berdampingan. Namun tiba-tiba Jaehyun membelokkan stang sepedanya, membuat ban depannya membentur sepeda Taehyung, membuatnya terjatuh.

Sowon terperanjat. Ia hampir menjatuhkan kotak tteokbokki-nya dan melangkah ke arah mereka jika saja Sowon tidak melihat tatapan Jaehyun. Tatapan yang dingin dan mengancam, membuat Sowon takut sekali. Sowon mengurungkan niatnya dan akhirnya ia hanya duduk sambil menatap mereka dengan kotak tteokbokki yang rusak karena dipegang terlalu erat.

*****

Sowon sedang belajar di kamarnya ketika bel pintu rumahnya berbunyi. Sowon turun hendak membukakan pintu, namun keduluan oleh neneknya yang kebetulan menginap di rumahnya.

Sowon sudah sampai di tangga paling akhir ketika neneknya menyebut-nyebut namanya di depan. Sowon melangkah ke arah pintu depan, namun terhenti ketika jeritan neneknya terdengar.

"MANA BISA KUIZINKAN SOWON PERGI DENGAN LELAKI TIDAK TAHU MALU SEPERTIMU?!"

Sowon terperanjat, kemudian berlari kecil menuju pintu depan. Dilihatnya neneknya sedang memijat pelipisnya. Sowon menanyakan apa yang terjadi.

"Seorang lelaki berjas hitam mencarimu tadi. Dia sangat tidak tahu malu. Ingin mengajakmu keluar malam-malam begini," kata neneknya.

"Apa? Siapa?"

"Mana kutahu."

Sowon menerobos neneknya, kemudian membuka pintu untuk melihat siapa yang barusan ingin menemuinya. Alangkah terkejutnya Sowon mendapati Jaehyun berjalan menjauhi rumahnya. Ia melihat sebuah kotak berwarna merah muda dalam genggaman Jaehyun. Sowon hendak mengejarnya, namun neneknya menahan.

"Tidak. Jangan keluar malam-malam. Bisa-bisa lelaki itu berbuat macam-macam denganmu," kata nenek Sowon.

"Dia bukan lelaki tidak tahu diri, Nek! Dia temanku!" bentak Sowon. Ia kemudian berlari keluar, namun terhenti ketika Jaehyun sudah hilang dari pandangannya.

Jaehyun sudah pergi dan Sowon terlambat mengejarnya.

"Dia sudah pergi, Sowon. Jangan mengejarnya lagi," kata Nenek Sowon.

"Kenapa nenek membentaknya dan berteriak kepadanya tadi?! Dia mencariku, dan nenek harusnya memanggilku kalau benar begitu! Jangan memanggilnya tidak tahu malu hanya karena ia temanku dan wajar jika ingin mengajakku keluar! Nenek tidak tahu apapun!"

Setelah menyelesaikan suku kata terakhirnya, Sowon berbalik, meninggalkan neneknya menuju kamar.

*****

Ponsel Sowon berbunyi, menandakan ada telepon. Sowon segera mengangkatnya.

"Halo, dengan Kim Sowon," kata Sowon.

"Halo, ini Ibu Jaehyun," kata seseorang di seberang sana.

"Ya? Ada apa, Tante?" tanya Sowon dengan senyum merekah.

"Bisa kau datang ke pemakaman Jaehyun hari ini?"

Seketika Sowon seperti disengat listrik ribuan volt. Pemakaman Jaehyun? Apa maksudnya?

"Tunggu. Apa maksudnya pemakaman Jaehyun, Tante?" tanya Sowon dengan terbata-bata.

"Jaehyun meninggal tadi malam."

Sowon mendengarkan cerita Ibu Jaehyun. Jaehyun meninggal semalam pukul 00.15 dengan cara membocorkan gas di dapur rumahnya. Ketika Jaehyun ditemukan, ia sudah kehabisan napas karena seluruh ventilasi dan jendela telah ditutup olehnya. Jaehyun sempat dilarikan ke rumah sakit dan diberi pertolongan pertama, namun semuanya gagal. Jaehyun meninggal di ruang instalasi gawat darurat rumah sakit.

Jaehyun meninggalkan sebuah surat berisi permintaan maaf untuk Sowon. Jaehyun menulis betapa bodohnya ia menjauhi Sowon hingga diusir dari rumahnya. Namun Jaehyun justru menggambar emoji tertawa, sehingga itu membuat hati Sowon sakit. Siapapun yang membacanya takkan percaya itu surat terakhir seorang Jung Jaehyun. Sowon menghabiskan malam setelah pemakaman Jaehyun dengan menangis sambil memeluk surat itu.



















Balik lagi guys! Satu kisah kematian lagi dari Jung Jaehyun. Lama-lama ini jadi kayak sinetron opera sabun ya. Tiap hari ada aja orang meninggal di tiap episode. Tapi gabakalan ada orang mati kok di tiap episode di work ini. Sinetron kali ah.

Btw work ini makin gaje dan author berterimakasih sama kalian yang masih Setia baca segaje apapun cerita ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro