Bab 3

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bab 3

Ada saja hal yang membuat Selena kesal salah satunya adalah Suja Adnan yang sejak tadi tidak berhenti memainkan pulpen cetek merk Joyko dan mencorat-coret buku catatannya dengan kasar.

"Selena punya tip ex ga?" tanya Suja ketika dirasa catatannya akan terlihat jelek kalau dicoret begitu saja.

"Nih."

Selena mengangsurkan tip ex miliknya pada Suja dari dalam kotak pensilnya.

"Kok ini bisa gini ya? Kok punyaku ga bisa ya?" tanya Suja kebingungan entah pada siapa.

Selena mengernyit ketika lagi-lagi Suja mencoret bukunya lalu ketika sadar, dia kembali menutup coretan itu dengan tip ex. Itu bisa bikin kertas bukunya makin tipis, pikir Selena.

"Apa sih masalahnya dari tadi?" tanya Selena mulai kehilangan kesabaran dengan Suja.

Sudah seminggu kelas berjalan dan selama itu pula Suja terus-terusan merasa kesulitan mengikuti ritme pelajaran yang menurutnya agak cepat. Beberapa kali dia harus berusaha lebib keras dan belajar kembali di rumah agar bisa mengerti namun masalahnya baru dimulai ketika para guru mulai memberikan tugas rumah. Suja sudah dua kali dapat nilai C dan sekali dapat nilai D. Dirinya sadar diri bahwa dia tidak pintar dan keputusan Om Uca memasukan Suja ke sekolah yang sama terutama kelas yang sama dengan Selena sepertinya adalah kesalahan karena rasanya Suja ingin pindah dari sekolah ini sekarang juga. Dia tidak kuat dengan jadwal pelajaran dan tugas yang menumpuk ditambah lagi dia wajib memilih ekstrakurikuler untuk diikuti.

Dan ngomong-ngomong tentang ekskul, Suja belum memilih ingin ikut ekskul apa padahal sedikit lagi kegiatan ekskul akan dimulai.

Rasanya tugas memata-matai Selena ini lebih rumit daripada kelihatannya. Side quest ini membuatnya stress dan dia jadi tidak punya kesempatan mendekati Selena dengan tugas sebanyak ini.

"Ini ga kayak gini kerjanya. Harusnya kamu pake rumus yang ini," tukas Selena begitu melihat catatan Suja yang dikembalikan oleh guru kimia tadi. Suja diberikan eksra tugas karena tugasnya kemarin dapat nilai C.

Ternyata dibalik wajahnya yang cukup rupawan, otak Suja juga cukup pas-pasan, pikir Selena.

Suja yang terharu dengan bantuan Selena barusan kembali memanfaatkan momen dan menunjuk nomor lain di bukunya.

"Kalau yang ini bagaimana?"

Selena mengamati nomor tersebut. Sebenarnya tidak susah, hanya saja Selena merasa bahwa Suja masih belum paham konsep rumus pokok tersebut dan kesulitan jika mendapat tugas yang perlu memakai rumus turunan.

"Bagaimana kalau nanti kita belajar sama-sama?" tanya Selena memberi saran.

Dia memperhatikan jam tangan analognya, sedikit lagi waktu pulang sekolah dan Selena rasa waktunya tidak banyak jika harus mengajarkan Suja. Lagi pula rumah Suja juga dekat dengan rumahnya, tidak ada salahnya juga.

Mata Suja berbinar-binar. Seperti kucing yang baru saja diberi ikan ketika sedang kelaparan, dia menerima saja tawaran manis itu. Cowok itu mengangguk antusias menjawab ajakan Selena. Tentu saja ini adalah kesempatan baginya untuk bisa lebih dekat lagi dengan Selena dan tahu alamat rumahnya.

"Nanti kuhubungi ya lewat WA," kata Suja semangat.

***

Sudah pukul lima sore, lewat setengah jam dari waktu yang ditentukan oleh Selena untuk kerja tugas namun Suja tak kunjung datang apalagi membalas pesan singkatnya.

Selena mulai bosan.

Matanya menatap angka-angka di atas kertas namun dia memikirkan hal lain. Apa ya kira-kira yang dilakukan si seleb Suja Adnan hingga tidak bisa membalas pesan singkatnya? Padahal yang butuh kan dirinya sendiri.

Selena mendecak sebal. Dia menutup bukunya agak keras karena kesal dan menyimpan pulpennya kembali ke kotak pensilnya. Seharusnya dia membantu Tante Irma menyiapkan makan malam namun dia memilih kabur karena janji kerja tugas dengan Suja sore ini. Nampaknya si Suja Adnan sudah lupa dengan janji mereka di kelas tadi.

"Ga jadi kerja tugasnya?" tanya Tante Irma ketika melihat Selena muncul di dapur.

Selena mengangkat bahu, dia mulai memindai dapur dan bergegas ingin membantu sekedar mengupas bawang atau meemotong sayur.

Tante Irma terkekeh kecil, "Mungkin dia terlambat, Mia."

Panggilan kecil Tante Irma padanya sejak kecil, padahal Tantenya juga punya nama tengah Myanna bedanya Tante Irma punya nama belakang sedangkan Selena tidak. Myanna juga nama ibunya, ibu yang bahkan Selena tidak tahu parasnya karena seingat Selena satu-satunya perempuan dewasa yang merawatnya sejak bayi adalah Tante Irma jadi ketika Tante Irma berkata bahwa dia bukan Ibu Selena dalam hati Selena ingin sekali menolak namun sadar diri karena Tante Irma jelas-jelas memasang tembok tinggi ketika Selena iseng memanggilnya mama.

"Aduh, minyak gorengnya habis lagi," keluh Tante Irma.

Selena mengamati dari balik punggung Tante Irma dan melihat jenis masakan apa yang hendak di masak Tante Irma untuk malam ini dan sepertinya mereka akan makan ayam goreng, atau tidak karena minyak gorengnya habis dan mereka belum belanja bulanan. Biasalah, kelupaan.

"Biar aku belikan di gang depan rumah Tan. Kayaknya kemarin ada toko baru di sana," ujar Selena inisiatif.

Dia juga ingin makan ayam goreng dan sepertinya berjalan sore sebentar tidak akan membuatnya sakit.

"Bener gapapa?" tanya Tante Irma ragu. Sebelumnya dia jarang sekali menyuruh Selena apalagi untuk belanja di luar dan suaminya juga setuju untuk tidak terlalu sering menyuruh Selena keluar rumah sendirian.

"Gapapa, Tan. Lagi pula hanya di pertigaan depan," kata Selena meyakinkan.

Meski sedikit uring-uringan untuk mengiyakan tawaran Selena atau tidak tetapi Selena lebih dulu mengambil inisiatif. Dia sudah mengambil jaketnya di kamar dan berjalan hingga pintu depan. Ponsel pintarnya tidak ketinggalan juga dia bawa, jaga-jaga kalau ada apa-apa di jalan dia bisa langsung telepon Tante Irma.

Beberapa notifikasi masuk ke ponselnya namun Selena tidak menemukan satu pun pesan dari Suja. Nampaknya cowok itu benar-benar lupa.

Jalan menuju ke toko yang dimaksud Selena sebenarnya tidak begitu jauh. Hanya sekitar 100 an meter dari rumahnya berjalan lurus hingga menemukan pertigaan dan di sana tepat toko itu berada.

Langit sudah mulai gelap ketika Selena tiba di depan toko yang dimaksud dan di halaman toko itu terparkir banyak motor. Seketika Selena tiba-tiba saja berubah pikiran dan tidak ingin masuk ke dalam toko. Pastilah sedang banyak pelanggan lain.

Toko itu memakai satu di antara tiga ruko dan berada paling ujung kanan. Sementara dua ruko lain adalah toko baju dan sepatu. Hanya ruko satu ini yang menjual barang-barang keperluan rumah tangga. Jika Selena tidak belanja di situ, maka dia harus berjalan agak jauh sedikit untuk sampai di toko lain atau market terdekat dan Selena sudah terlalu mager untuk berjalan lebih jauh.

"Selena?" suara itu jelas mengejutkan Selena.

Dari belakangnya muncul Suja Adnan yang menggendong anak kecil memakai baju pink dan rambut tipisnya dikucir satu. Itu anak perempuan yang beberapa hari lalu dilihat Selena.

"Aduh, maaf ya, aku ga sempat ngabarin kalau mamaku sibuk di toko dan aku harus bantuin mama," ujar Suja meminta maaf.

Suja menyesal sekali, kesempatannya sekali seumur hidup untuk bisa berteman lebih dekat dengan Selena sirna sudah karena dering telepon dari Ibunya yang meminta Suja membantu di toko keluarga mereka yang lagi-lagi didanai oleh Om Luca. Suja rasanya ingin membelah bumi, kenapa juga Om Luca berharap dia menjadi anak baik bagi orang tuanya sementara dia juga berharap Suja mampu bergaul dan dekat dengan Selena di waktu yang bersamaan. Kan itu mustahil!

Berkali-kali cowok itu menunduk dan mengucap maaf. Namun Selena justru salah fokus pada anak perempuan yang digendong Suja.

"Ini adikmu?" tanya Selena.

Suja mengangguk. "Kamu ke sini ada perlu apa?"

"Aku kehabisan minyak goreng di rumah," kata Selena.

Selena mengikuti Suja dari belakang, masuk ke dalam toko dan melihat sekitar. Ada banyak orang mengantri di kasir dan yang menjaga kasirnya adalah seorang bapak-bapak berusia 40 atau 50 an dan yang membuat Selena bertanya-tanya adalah kondisi pria itu yang duduk di kursi roda. Sekilas pria itu menatapnya dan tersenyum ramah sebelum akhirnya Selena sampai di rak belakang bersama dengan Suja.

"Ma, Selena butuh minyak goreng!" seru Suja lantas memberikan si kecil adiknya pada ibunya untuk digendong dan dengan lincah cowok itu mengambil minyak goreng yang entah berada di mana dan memberikannya pada Selena.

"Ini saja?" tanya Suja.

Selena tidak bisa berkata-kata selain mengangguk. Dia kagum dengan Suja yang cekatan membantu ibunya.

"Selena ya? Suja sering cerita tentang kamu," ujar Nina.

Wanita itu entah muncul darimana ketika Suja memanggilnya dan mengambil alih anak bungsunya dari gendongan Suja.

Selena hanya mampu mengangguk-angguk macam boneka hiasan mobil.

Ibu Suja berusia kira-kira 40 an, nampak masih cantik dan wajahnya tidak terlalu berkeriput. Tubuhnya tidak terlalu tinggi bahkan Selena merasa raksasa ketika Ibu Suja berdiri di hadapannya saking kecilnya, mungkin sekitar 150 cm sementara Selena 163 cm dan dia bahkan hampir setinggi Suja.

"Aku minta maaf lagi ya, mama belum cari karyawan toko jadi aku harus bantu-bantu," ujar Suja. "Papa sampai harus turun tangan dan membantu di kasir," lanjutnya.

Selena menatap pria dewasa yang tadi dia lihat menjaga kasir. Rupanya itu ayah Suja.

Ketika sampai di bagian kasir, ayah Suja segera menyelesaikan proses pembayaran Selena dan tersenyum ramah.

Senyumnya itu mengingatkan Selena pada Suja. Meski duduk di kursi roda namun tubuh ayahnya tetap terlihat tegap dan bugar. Tidak satu pun rambut putih Selena lihat dari helaian rambut ayah Suja. Apa yang terjadi? Selena ingin bertanya namun dia tidak enak.

"Kalau besok kamu masih sibuk, gapapa. Nanti aku yang datang ke sini," ujar Selena begitu keluar dari toko.

"Apa boleh?"

"Ya. Tapi pulangnya ga bisa terlalu malam, Tanteku sendirian di rumah soalnya."

Suja tersenyum bahagia. "Mama pasti suruh aku antar kamu pulang. Ga mungkin aku biarin anak cewek orang jalan sendirian malam-malam," ujar Suja.

"Iya kan Ma?" tanya Suja seraya meminta persetujuan mamanya untuk pergi mengantar Selena pulang.

Mamanya mengangguk. Tentu saja. Ini kesempatan emas bagi Suja untuk lebih dekat dengan Selena. Harus dimanfaatkan sebaik mungkin.

***


Hai haii... apa kabar semua? Semoga di hari senin ini masih terus semangat ya. Ini sedikit hadiah dari aku karena kalian udah kuat bertahan di hari Senin ini😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro