❬ 4 ❭ @DheaSyahfitri7 - Harapan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Permainan ini mudah saja, kalian hanya perlu menyusuri sekolah ini dan menemukan sebuah kunci setiap ruangan. Di setiap ruangan tersebut kalian juga harus menemukan kotak berisi sebuah teka-teki yang harus kalian pecahkan nantinya,"

"Apa akhir dari permainan ini, guru?"

"Sebuah harapan untuk hidup,"

❬✧✧✧❭

Senin, 29 Desember 2018

"Alvira, kau harus menjadi murid terbaik di sekolahmu! Ayah tidak mau kau menjadi yang kedua ataupun seterusnya! Termasuk pada acara akhir tahun yang akan diadakan di sekolahmu nanti,"

"B... Baik Ayah,"

Namaku Alvira Jaques, putri tunggal dari Amri Jaques dan Vira Grace pemilik bandar narkoba terbesar di kota ini. Aku diasuh dengan keras agar kelihatan orang yang berpendidikan agar menutupi bisnis keluarga. Aku bersekolah di Royal International School. Sekolah berstrata internasional dan isinya hanya dari masyarakat kalangan atas.

Enam hari kedepan, sekolahku akan mengadakan pesta untuk menyambut tahun baru bersama. Akan ada permainan yang katanya siapapun yang memenangkan itu akan mendapatkan sebuah harapan yang benar-benar diharapkan. Entahlah, aku juga tidak tahu hadiah apa yang mereka maksudkan. Intinya, Ayahku menginginkan aku sebagai pemenang.

Pukul 9 PM

Ting!

"Al, apa kau sudah tidur?"

"Belum, ada apa?"

"Tidak ada, aku hanya tidak bisa tidur. Apa kau bisa tidur? Apa aku mengganggumu?"

"Tidak, aku juga tidak bisa tidur."

"Aku memikirkan besok, kira-kira hadiah seperti apa yang dimaksudkan? Harapan yang benar-benar di harapkan? Aneh bukan? menurutmu apa?"

"Entahlah, aku tidak peduli,"

"ishh, kau cuek sekali! Ya sudah, aku mau tidur saja huft!! Selamat malam,"

"Selamat malam."

Ngomong-ngomong tentang hadiah yang paling diharapkan, aku juga jadi penasaran, sebenarnya apa hadiahnya? Akh, sudahlah. Memikirkan itu tidak akan ada manfaatnya, aku akan mengetahuinya empat hari kedepan.

❬✧✧✧❭

30 Desember 2018

Aku sedang berbaris di lapangan, dengan menggunakan seragam olah raga putih tanpa corak sedikitpun. Aneh, begitulah para murid merespon baju yang mereka gunakan.

"Selamat pagi, perkenalkan saya Jerico Sworl. Yang akan membimbing kalian dalam acara akhir tahun ini."

"Selamat pagi, pak!"

"Tanpa membuang waktu lagi, saya akan menjelaskan apa saja yang akan kalian lalui enam hari kedepan. Pertama, kalian akan mengganti baju kalian dengan pakaian olahraga serba putih yang sekarang sudah kalian kerjakan. Kedua, kalian akan mengikuti upacara sekarang ini. Dan yang terakhir, permaianan yang sangat sulit dikerjakan."

"Pak?" Swara, anak dari jurusan bisnis mengacungkan tangan.

"Iya?"

"Permainan apa yang dimaksudkan?"

"Pertanyaan bagus, saya akan menjelaskan cara mainnya. Pertama, kalian akan dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5 orang. Lalu, ketua kelompok wajib memakai sabuk yang akan saya berikan nanti. Kalian semua akan memasuki seluruh area sekolah termasuk gedung yang sudah ditutup yang berada di sebelah selatan sekolah. Kalian akan diberikan teka-teki untuk bisa maju ke ruangan lainnya. Itu jika kalian dapat menebaknya dengan benar. Siapapun yang sampai tepat jam 12 malam, tepatnya malam tahun baru, itulah yang akan dinobatkan sebagai pemenang. Mengerti?"

"Mengerti, Pak!"

Aku pun memilih anggota kelompokku, dan menjadi ketuanya secara sepihak. Tampak Swara tak menyetujui keputusan sepihakku, namun ia memilih bungkam saja. Aku pun langsung mengambil sebuah sabuk yang diberikan Pak Jerico. Aneh, aneh sekali sabuk yang ia berikan. Sabuk dengam juntaian kertas bertuliskan tulisan kuno yang benar-benar tidak ku mengerti.

Aku segera menertibkan kelompokku dan segera mengambil klu pertama.

"Tempat favorit murid nakal"

Begitu yang tertera di gulungan kertas ronyok tersebut. Kami pun berpikir tempat itu adalah toilet siswa, karena di sana tempat tongkrongan geng The Fire, geng paling terkenal di sekolah. Dan kebetulan ketua gengnya masuk ke kelompokku.

"Heh,, teka-tekinya gak sesusah yang kubayangkan," ujar Alvin Grid, ketua geng The Fire.

"Sudah, ayo kita ke sana!" ucapku.

Kami pun bergegas ke toilet siswa, awalnya berjalan lancar saja, namun dua meter sebelum kami sampai ke toilet, keganjilan mulai terjadi. Aku merasa bulu kudukku merinding. Terdengar bunyi-bunyian ganjil seperti teriakan wanita dan gesekan gagang tangga besi. Kami mulai berdimpitan satu sama lainnya.

"Jangan takut, paling cuman kerjaan guru-guru buat nakut-nakutin kita." ujar Alvin.

Aku hanya menganggukkan kepalaku, namun tiba-tiba sebuah besi besar berujung runcing sedang melayang mengarah kearahku. Kakiku gemetaran, bagaimana ini?

Hap!

Alvin menarikku dengan kuat, "Kau itu ternyata lamban sekali, ya?! Nyawa udah di ujung tanduk aja lu masih bisa bengong! Heran gue!"

Aku syok, tubuhku bergetar hebat. Sedetik saja Alvin lengah, maka aku sudah bersimbah darah sekarang. Swara memelukku dengan erat, ia sudah ketakutan, padahal baru berapa menit kami memulai permainan.

"Udah, gak usah takut. Kita di sini sama-sama kok." ujar Zaky.

"Mungkim itu cuman besi yang terlepas dari tempatnya," ucap Shinta berusaha menengkan suasana.

Kami pun melanjutkan permainan, suara-suara yang saat hari biasanya tidak terdengar kini terdengar semakin riuh. Bukan suara murid yang berlarian, namun suara jeritan-jeritan penyiksaan dan suara benda tajam yang diasah.

Kami semakin dekat dengan lokasi, dan Alvin yang memimpin di depan. Saat kami sudah ingin membuka pintu toilet, tiba-tiba saja batu menghantam kaki Alvin.

"Akhh! Sial! Apa ini!"

"Batu!" ucap Frans

"Hai lihat! Ada tulisan!" ucap Zaky

"Mati"

Kami hanya tertegun, diam membatu.

"Alaahh, biasa ini buat nakut-nakutin aja."

Kami berhenti memperhatikan batu tersebut dan masuk ke dalam toilet. Kami pun mencari teka-teki selanjutnya. Keadaan toilet lebih menyeramkan dari yang biasanya, Alvin juga kelihatan merinding. Padahal ia dan kawan-kawannya sering nongkrong di tempat ini.

"Sudah ada yang ketemu?" tanyaku

"Belum"

Aku pun kembali mencari teka-teki itu, dan tiba-tiba saja ada yang menarik rambutku.

"Auch! Siapa yang berani menarik rambutku!"

Senyap, tidak ada yang menjawab. Bahkan tidak ada tanda-tanda keberadaan kelompokku.

"Alvin! Swara! Zaky! Frans! Jangan mengerjaiku!" teriakku kesal. Namun sama seperti tadi, tidak ada tanda-tanda mereka di toilet. Aku pun mulai ketakutan, dan membuka pintu toilet yamg kumasuki tadi. Benar saja, mereka tidak ada, kemana mereka? Aku mulai ketakutan sekarang.

"Alviiin!! Hikss.... Swaraa! Zaky! Frans!! Kalian dimana!?"

Aku memberanikan diri untuk berjalan ke arah pintu keluar toilet, tiba-tiba suara tangis perempuan terdengar olehku, tepatnya di belakangku.

"Huuuu.... T... tolonggg akuu..."

Aku memberanikan diri melihat kebelakang, perlahan-lahan aku memutar badanku. Dan....

"Al! Al! Kamu kenapa! Hei tenanglah!"

"Hah! Hah! Hah! Jangan! Tolong!"

"Al!" teriak Alvin di depanku.

Aku langsung memeluk Alvin dan menangis. "Hiks,...kalian dari mana?"

"Kami dari tadi di sini Al, kami mencari teka-tekinya lalu tiba-tiba saja kau berteriak di ruang toilet paling ujung."

"Aa.... Aku tadi, "

"Sudah lah, Frans telah menemukan teka-teki nya."

"Frans, tolong bacakan isi teka-tekinya!"

"Tempat yang tak pernah kalian tapaki."

"Gedung Yang ditutup itu kan?"

"Iya, benar."

"Hari sudah malam, sial! Kita mencari satu petunjuk di ruangan sempit ini menghabiskan satu hari! Cepat keluar dari tempat ini, kita cari tempat umtuk tidur dulu."

❬✧✧✧❭

31 Desember 2018

Pagi pukul 8 kami sudah bersiap-siap untuk pergi ke gedung yang selama ini di tutup oleh pihak sekolah. Di perjalanan kami bertemu dengan kelompok lain.

"Hai, kok semua kelompok pada memgarah ke gedung ini ya?" ucap Abisal, ketua kelompok 2.

"Hai, benar juga." jawabku

"Apa kalian tau?"

"Apa?" tanya Abisal kepada Frans

"Dasar kalian, ini sebenarnya bukan permaianan. Ini adalah upacara tumbal untuk gedung sekolah ini. Aku pernah menyusup ke gedung tak berpenghuni ini, dan masuk ke perpustakaan tua. Aku menemukan sebuah buku perjanjian yang mengatakan harus ada tumbal di akhir tahun."

"Apa maksudnya?! Kau jangan pernah membual, Frans!" ucap Swara.

"Aku dihukum seminggu yang lalu karena aku menyusup ke gedung ini. Kalian tau? Dulu gedung ini layak untuk ditempati, namun ada peristiwa pembullyan sampai pemerkosaan yang berujung pembunuhan. Dan ada salah satu siswi yang selamat setelah diperkosa bergilir oleh geng The Fire terdahulu, benarkan, Alvin? Kau pasti tau sejarah gengmu."

Semua mata menuju pada Alvin, termasuk aku.

"I... Iyaa. Tapi percayalah aku gak pernah berbuat seperti mereka."

"Lalu geng itu pun mengejar gadis itu, tapi gadis itu sudah diambang kematian karena terkena tikaman pisau. Hingga akhirnya ia mati."

"Namun, masalah tidak sampai disitu saja. Gedung itu selalu dihantui oleh gadis itu, dan memakan banyak korban jiwa selama bertahun-tahun lamanya. Karena tidak tahan lagi, guru-guru di sekolah ini memanggik seorang guru ahli, dan guru tersebut bilang kalau gadis malang itu tak akan memakan korban jiwa kecuali saat tahun baru. Dan harus ada korban jiwa. Itu lah sebabnya diadakan upacara tumbal berkedok permainan akhir tahun ini." sambung Alvin.

"Kau juga tau ternyata,"

"Aku pernah masuk ke gedung itu, tidak sepertimu yang ketahuan. Aku tidak satupun yang mengetahuinya."

"Jadi, apa yang kita lalukan lagi? Ayo keluar dari gedung ini! Dan pulang!" ujar Abisal.

"Percuma, kita sudah diakhir waktu,"

"Kenapa tidak kau bilang dari awal? Apa kau mau mati? Mati saja sendiri!" ucapku sambil menarik kerah Frans dan Alvin.

"Andai saja bisa, kau pikir aku mau mati?! Jika kita tidak mengikuti upacara ini, maka gadis itu akan memakan keluarga kita!" ucap Alvin dengan emosi yang tak dapat dibaca.

Aku duduk menangis, semuanya juga. Nasib kami sekarang hanya akan mati. Tidak ada hadiah dari permainan ini, guru itu hanya menipu kami.

"Dari pada aku msti di tangan hantu itu, lebih baik aku mati ditanganku sendiri."

Zrass....

Swara menusuk perutnya bertubi-tubi menggunakan besi tajam yang entah sejak kapan ada di genggamannya. Aku hanya bisa melihat dengan menutup mulutku.

Begitu juga dengan Abisal dan Zaky, mereka memilih terjun dari jendela ruangan ini.

Tinggal aku, Frans dan Alvin. Aku menangis sambil menutup mulutku. Jam menunjukkan pukul 11.50 malam. Sebentar lagi tahun baru, dan darah sudah mengalir keseluruh gedung ini. Teriakan murid-murid semakin hilir berganti. Frans mulai memasangkan tali di lehernya.

"Selamat tinggal," sebelum ia menjatuhkan kursi yang ia pijaki, tiba-tiba sebuah batu besar menghantam kepalanya hingga pecah dan menghamburkan isi kepalanya. Aku berteriak sambil memeluk Alvin.

"A... Apa yang harus kita lakukan?" ucapku dengan suara serak.

"Jadi pemenang,"

Alvin menarik tanganku dan kami berlari menuruni gedung terkutuk ini. Tampak hantu menyeramkan lari mengejar kami dengan wajah yang marah dan menyeramkan, memakai seragam sekolah dengan rok yang berdarah, rambut yang kusut dan panjang, serta tubuh yang dikerumuni ulat belatung. Kami berlari sekuat tenaga yang ada, hantu itu semakin mengejar kami dengan teriakannya yang memekakkan telinga. Hingga saat kami berhasil keluar dari gedung itu dan mengambil sebuah kertas di tengah lapangan upacara tadi, hantu itu menghilang secara perlahan. Kami dengan napas yang terengah-engah memegangi kertas itu, kertas yang berisi sebuah mantra.

Perlahan hantu itu mulai menampakkan wujudnya dulu. Cantik dan ayu, "Terima kasih" itu kata yang ia ucapkan sambil tersenyum terakhir kalinya sebelum menghilang.

"Kita berhasil,"

"Apa maksudmu?"

"Kutukan sekolah ini sudah terpecahkan. Sebenarnya, kutukan akan hilang jika ada murid yang berhasil memenangkan permainan tumbal ini. Dan kita telah berhasil,"

Aku terbaring merebahkan tubuhku di halaman tempat kami upacara tadi, melihat kembang api yang saling menghiasi langit. Alvin duduk di sampingku.

"Tapi, teman-teman kita banyak yang menjadi korban." ucapku

"Al, apa kau sudah lelah untuk hidup?"

"Ya, aku lelah menjadi pemenang di atas paksaan."

"Mau menyusul?"

"Ayoo,"

Ini adalah hadiah dari permainan ini, sebuah harapan yang sangat di harapkan. Selamat tahun baru!

-The End-

Hoho,,, sekian lah cerpen gaje ini, diharapkan untuk kritik sarannya :D

Salam,
Tangan Kiri 💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro