10 Februari 2024

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ambil buku fiksi terdekat dari kalian, buka HALAMAN 6, lalu buat CERITA yang terinspirasi dari DUA KATA PERTAMA pada halaman tersebut. Jika halaman tersebut kosong,bisa menggunakan halaman selanjutnya. Kata dalam judul bab tidak dihitung.

*゚+ 500 kata *゚+

Semuanya bersiap di posisi—membelakangi sebuah gedung tua sambil berjaga, termasuk aku dan pistol magnesium di tangan kananku. Dalam hening, earpiece-ku berbisik, "Banteng Tiga, Burung Dua, laporan!"

Kutekan earpieceku. "Siap di posisi, ganti!" desisku.

"Kondisi lapangan aman, ganti!" jawab Burung Dua lewat earpiece. Orang itu berada tempat yang jauh dariku, mengawasi lokasi yang kami targetkan sejak sore.

Kini, setelah senja turun dan malam beserta gelapnya muncul, semuanya jadi tak terlihat. Kuaktifkan kacamata penglihatan malamku dan kembali fokus pada gedung tua berarsitektur kuno yang sudah lama ditinggalkan itu. Melihatnya saja sudah membuatku merinding, kenapa pula aku harus masuk ke dalam sana?

"Banteng Tiga, bawa si Hitam bersamamu!"

"Siap, ganti!" balasku. Dalam hati aku mendumal. Kenapa harus si Hitam?! Setengah hati, kukeluarkan si Hitam dari tasku. Aku bahkan tidak tahu benda atau makhluk apa sesuatu di tanganku ini.

Si Hitam ada di dalam toples kaca transparan. Bentuknya seperti gumpalan asap gelap di dalam cairan kuning. Memang seaneh itu, aku juga tidak mengerti bagaimana ada asap di dalam cairan. Sejak awal misi, aku sudah ditugaskan membawanya dan diminta mengawasinya. Mereka semua mengagung-agungkan si Hitam seperti asap konyol ini agen mata-mata paling hebat di dunia.

Begitu mendapat aba-aba dari Burung Dua, aku mulai bergerak dalam diam. Perlahan aku merengsek maju membelah lapangan rumput yang mulai tinggi di depan bangunan tua itu.

Tiba di tengah-tengah hamparan rumput, aku mulai merasakan adanya energi yang aneh. Langkahku terasa berat dan udara rasanya menjadi lebih tipis di sini.

"Lapor, energi besar terdeteksi di tempat Banteng Tiga berdiri, ganti!"

Aku berhenti sejenak dan mengamati sekeliling sambil menunggu balasan. Sejauh mataku memandang dengan bantuan penglihatan malam, tidak ada apa-apa di sekitarku. Tidak ada tanda-tanda hewan atau makhluk hidup lainnya. Namun, justru itu yang sedang kami kerjakan.

Dengan cepat kuturunkan lensa lain yang lebih sensitif terhadap gelombang khusus milikku. Kupejamkan mataku, menarik napas sejenak dan mengaktifkan kemampuanku. Begitu membuka mata, jejak kematian mulai terlihat. Banyak sekali, mengelilingi ... tempatku berdiri saat ini.

Gawat!

"Burung Dua? Laporan!" desisku.

Beberapa detik, masih tidak ada jawaban. Sial! Dengan panik aku menoleh ke gedung tinggi tempat Burung Dua seharusnya berjaga.

Kosong.

Tidak ada tanda kehidupan di sana.

Lepaskan aku!

Sepersekian detik aku memutar tubuh, mengamati sekitar. Hanya perasaanku atau aku mendengar seseorang yang minta dilepaskan?

Itu kau, bodoh! Lepaskan aku!

Suara itu nyata, berada di dalam kepalaku. Arwah tidak seharusnya bisa bicara, mereka kehilangan akal sehat.

Aku bukan arwah—si Bodoh ini! Buka saja toplesnya!

Getaran hebat mulai terasa dari tanganku yang menggenggam si Hitam. Dengan panik kulempar benda itu ke tanah beberapa meter dariku. Kacanya pecah dan asap hitam itu mulai menyebar di udara.

Gemetar, aku meringsut mundur perlahan. Kepulan asap itu perlahan semakin pekat dan membentuk sebuah wujud.

Manusia. Rambut pendek. Tinggi. Dan kini berjalan ke arahku. "Bangun, Banteng. Kita punya misi yang harus diselesaikan." Suaranya dalam dan berat.

Sekali gerakan, serbuk putih menyebar di udara dari tangannya. Detik berikutnya, seluruh jejak kematian itu mulai menamapakkan pemiliknya.

"Siapkan bubuk magnesium dan rantaimu. Ini akan menjadi malam yang panjang."

[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro