28 Februari 2024

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Buatlah tulisan yang di awali dengan kalimat: "Kegiatanku hari ini ditutup dengan..."

*.✧ 800 kata *.✧

Kegiatanku hari ini ditutup dengan ledakan spektakuler dari ballroom yang satu jam lalu dipenuhi lautan manusia baru dewasa.

Masih dengan gaun prom night maroon beserta ketakutan di dada, kupaksa diriku keluar dari kamar hotel setelah guncangan hebat itu berhenti. Di lorong yang sama, Altair dan Bara berdiri siaga lengkap dengan tuxedo hitam mereka. Kami bertiga hanya perlu saling menatap untuk lari ke arah yang sama dan menuju tempat kejadian.

Di tengah perjalanan Altair memimpin, Bara cekatan membuka arloji canggihnya yang menyembulkan hologram. "Ballroom-nya meledak. Detik sebelum ledakan nggak ada orang, sih, dan sekarang nggak ada yang bisa kulihat."

"Kita ke lokasi, evakuasi yang lain. Sisanya kita serahkan ke Ersa sama Illxa. Aku udah ngabarin mereka sebelumnya." Altair sama sekali tak memelankan larinya meski kami turun dengan cepat lewat tangga darurat.

Seperti kata Bara, tidak ada korban jiwa akibat ledakan itu. Ballroom kosong melompong ketika kami tiba di sana, menyisakan lubang sedalam empat meter dengan diameter dua kalinya di tengah-tengah ruangan kosong. Karpet merah tebal nan halus dan beberapa meja cantik menjadi korban bisu yang menyedihkan.

Suasana kacau-balau. Semua orang panik berebut keluar dari pintu kaca yang ada tepat di depan pintu ganda ballroom. Keadaan menjadi lebih genting ketika jeritan mulai terdengar melengking tak jauh dariku.

Aku mengangkat tangan, mengisyaratkan agar dua rekanku tetap di sini sementara aku mendatangi sumber suara. Dengan lincah tubuhku menyelinap di antara lautan manusia dengan arus berlawanan.

Semakin jauh aku melangkah, semakin sepi pula keadaan hotel. Tidak ada lagi pengunjung maupun staf yang tampak di lorong-lorong dan aula utama hotel.

"Halo? Masih ada orang?" seruku di tengah-tengah aula megah dengan lampu gantung kristal raksasa yang indah.

Suara benda-benda jatuh berkelontang menjawabku lebih dulu. "Tolong, sebelah sini!"

"Adira!" Suara Bara yang kali ini muncul di earpieceku. "Kamu di mana? Udah ketemu?"

"Udah deket, Bar. Evakuasi?"

"Aman. Altair lagi nyusul."

"Tolong! Aku di sini!" jeritan itu terdengar lagi dari pintu kamar mandi dekat aula utama. "Tolong," suara sedotan ingus terdengar brutal dari dalam, "keluarkan aku!"

Begitu tiba di lokasi, pintu kamar mandi itu bergetar-getar dari dalam. "Sebentar, aku bakal nyari cara biar kamu bisa keluar." Kutempelkan telingaku pada permukaan pintu.

Nyaris. Nyaris sekali aku menarik gagangnya. Suara Ersa tiba-tiba masuk ke dalam earpieceku. "Adira, jangan dibuka!"

Aku mematung di tempat dan menarik kembali tanganku. Tanpa berkata apa-apa, kubiarkan Ersa melanjutkan.

"Dengerin dulu yang di dalem apa."

Kupejamkan mataku dan mendengar lebih seksama tanpa bantuan alat dari Bara. Detik ... aku mendengar suara detik jam. Tidak ada suara deru napas, atau detakan jantung.

Kini jantungku yang berhenti. Sial, apa aku masuk dalam jebakan?

"Selamat kembali bertugas, Garuda Adira." Suara detik jam itu berubah menjadi suara anonim yang terdistorsi.

Dari kejauhan, aku juga bisa mendengar langkah Altair mendekat. Aku langsung mengangkat tangan tanpa berpindah posisi. Altair yang paham langsung memelankan langkah dan mendekat secara hati-hati.

"Bagaimana rasanya sebulan pertama bertugas? Cukup berat?"

Altair mendekat dan ikut menempelkan telinganya di pintu. Beberapa detik tak kunjung mendengar suara, Altair menarik kembali telinganya dan mengernyit. Gestur bibirnya mengatakan aku harus menceritakan apa yang kudengar di dalam sana.

"Selamat, satu tugas lagi sudah selesai. Sekarang, persiapkan diri dan tim-mu untuk tugas selanjutnya. Dalam beberapa bulan ke depan, akan ada perubahan drastis dalam hidupmu. Datang dan pergi adalah hal yang biasa." Beberapa detik hening yang menegangkan, rekaman itu kembali berputar. "Pesan ini akan meledak dalam sepuluh, sembilan, delapan—"

Lekas-lekas kucengkeram erat tangan Altair. "Kamar mandinya bakal meledak!" Kutarik anak itu kembali ke aula utama dan menukik tajam ke pintu keluar yang sudah sepi.

"—tujuh, enam, lima—"

Jaraknya terlalu jauh dari pintu keluar, tetapi kami sudah setengah jalan.

"—empat, tiga, dua—"

Namun, belum sempat kami menginjak tanah, ledakan besar sudah membuat lantai yang kami pijak bergetar hebat dan menyebabkan ubin-ubin retak. Ledakan kali ini lebih besar dari sebelumnya. Lampu gantung raksasa di tengah aula bergetar hebat.

Satu kali gerakan, kutarik Altair lebih cepat dan memaksa tubuh kami meluncur di lantai yang mulai membelah. Detik setelahnya, lampu raksasa itu terjun bebas dari langit-langit aula yang tinggi. Pecahan kristalnya beterbangan ke mana-mana.

Aku refleks memeluk kepala Altair dan melindunginya dengan gaun maroonku yang berlapis-lapis. "Al? Aman?"

Lelaki itu mengaduh dan mengangkat jempol sambil menarik wajah. "Kamu gimana? Telinga aman?"

"Aman. Tapi itu ..." Aku menunjuk tepat ke tengah-tengah dinding aula yang runtuh.

Keramik-keramik cantik mengkilap yang sebelumnya menutupi dinding di belakang meja resepsionis mulai rontok, menampakkan dinding lain yang sangat tidak etis dijadikan pajangan utama hotel.

Bersamaan dengan pesan itu, tanggung jawab besar menunggu kami di kemudian hari.

Polisi dan Gegana datang tak lama setelahnya. Mereka mengevakuasi kami semua secara menyeluruh, mengamankan TKP dan memeriksanya dengan teliti.

Tanpa kami sadari, satu orang berbahaya sejak tadi berjalan membaur dengan keadaan. Sosok itu mengenakan gaun, seakan ikut dalam pesta kami dengan samaran yang sempurna.

[]

Terima kasih sudah membaca dan mengikuti DWC tahun ini sampai habis (◡ ω ◡)

Jujur, saya ngetik ini terseret-seret di tengah tugas dan kehidupan RL yang bikin menderita wkwk. Tapi seneng banget bisa ikut DWC tanpa bolong, bener-bener bikin aku merasa bertanggungjawab, eh tiba-tiba udah selesai aja.

Teruntuk yang belum selesai DWC nya, ayo selesaikan (◕ᴗ◕✿)

Teruntuk napici yang bolong-bolong, saya tunggu ularnya 🐍

Nah itu aja, saya harus balik ke dunia nyata dan membanting otak lagi.

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro