||10. Cermin Restoran||

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Besok sorenya, Jungkook sudah diperbolehkan pulang. Jungkook juga sudah merasa jauh lebih baik, jadi tidak ada alasan untuknya berlama-lama lagi di sana. Saat ini Jungkook tengah melepas pakaian pasiennya sendiri. Seokjin sedang berada di perusahaan tempatnya bekerja, katanya ia akan tiba tidak lama lagi. Sementara Yoongi masih mengurus pasiennya.

"Jungkookie!" seruan tersebut datang dari arah pintu masuk. Spontan Jungkook menoleh, dan menemukan Taehyung yang berlari kecil ke arahnya, lalu detik berikutnya berakhir menenggelamkan Jungkook dalam dekapannya. Taehyung tak sendiri, ada Jimin dan Hoseok yang mengekor di belakangnya. "Astagaa! Kelinci gembulku, kau pasti sangat rindu denganku kan? Aku tahu-aku tahu. Salahkan Yoongi Hyung dan Seokjin Hyung yang melarang kami menungguimu kemarin, dan justru menyuruh kami pulang lebih awal."

Jungkook mendesak pendek dalam dekapan super erat Taehyung. "Hyung, lepas! Sesak tahu!"

Detik berikutnya Jungkook merasakan tarikan pada tubuhnya. "Yak! Taehyung, gantian dong! Jangan menguasai Jungkookie sendirian." Terbebas sebentar, sekarang justru Jungkook dipeluk erat oleh Jimin.

"Haduh! Santai dong, tidak usah tarik-tarik kan bisa! Dasar bantet!"

Jimin cuma membalas ledekan itu dengan delikan mata sipitnya, sementara lengannya tetap melingkar di pundak Jungkook.

"Astagaaa," desah Jungkook panjang. Jungkook lantas melabuhkan pandangan pada Hoseok yang berdiri diam semeter dari mereka. Anak itu menampangkan raut pertolongann pada Hoseok, yang di balas kekehan kecil oleh laki-laki itu.

"Sudah-sudah! Acara peluk-pelukannya kita selesaikan di sini. Jimin lepaskan Jungkook. Lebih lama lagi kau memeluknya, bisa-bisa tubuh Jungkook menjadi gepeng." Jimin mencebik tak rela, tetapi tetap menurut.  Jungkook pun bisa bernapas lega.  "Jungkook, apa kau sudah selesai berkemas?"

Jungkook mengangguk, turun dari ranjangnya. "Sudah, Hyung. Tapi kenapa kalian ke sini? Bukannya Seokjin Hyung yang akan mengantarku pulang?"

"Yah mau bagaiaman lagi, dua kakakmu itu ngotot sekali ingin menjemput. Hyung mau tidak mau menuruti dari pada gendang telinga Hyung pecah mendengar rengekan mereka terus."

"Aku tidak merengek," seru Taehyung tak terima. "Tuh, Jimin saja kali yang merengek seperti bayi."

"Dasar tidak tahu diri, padahal tadi kau yang duluan merengek seperti bayi," balas Jimin tak terima.

"Sudah-sudah jangan mulai lagi. Kalian berdua sama-sama merengek tadi, terima saja itu." Hoseok kembali pada Jungkook. "Bagaimana perasaanmu sekarang, Kook?"

"Sudah jauh lebih baik, Hyung. Aku baik-baik saja sekarang."

"Syukurlah." Hoseok sudah mendengar berita tentang penyebab Jungkook kemarin begitu. Begitu pula dengan Taehyung dan Jimin. Mereka tidak akan membahas itu lagi, sebab permintaan Yoongi dan Seokjin sendiri. Mereka tak tahu mengapa dua kakak tertuanya itu meminta agar mereka tak membahas hal itu, tapi apa pun itu pasti untuk kebaikan semuanya. Dan mereka pun menurut dengan baik.

Setengah jam berikutnya lantas keempatnya isi dengan berbincang serta bergurau sembari menunggu kedatangan Seokjin.

"Hyung, berhenti menarik-narik pipiku," keluh Jungkook untuk kesekian kalinya pada dua insan yang mengapitnya. Taehyung di sisi kiri dan Jimin di sisi kanan.

"Tidak mau," tolak Taehyung. "Anggap saja ini sebagai hukuman karena kau sudah membuat kami semua kalang kabut kemarin."

Jimin mengangguk-ngangguk menyetujui, dan Jungkook pun cuma bisa mengembuskan napas lelah, tanpa bisa protes apa pun lagi. Anggaplah ini penebusan rasa bersalahnya sebab sudah berakhir begini, sama seperti yang Taehyung katakan.

"Hmm. Sepertinya sakit kemarin membuatmu kehilangan berat badan. Lihat, pipimu sudah tidak segembil sebelumnya. Iya kan, Tae?"

Kini Taehyung yang mengangguk-ngangguk setuju. "Benar juga. Oke, jadi setelah ini kita harus memberi anak babi ini makanan yang banyak. Kita tidak boleh kehilangan pipi gembil ini."

"Aku tinggal sakit sehari, kenapa kalian menjadi semakin kekakanan sih."

Baik Taehyung dan Jimin, tak ada yang menghiraukan penuturan Jungkook itu. Kemudian detik berikutnya pintu ruang rawat Jungkook kembali terbuka, dan kali ini yang ditunggu-tunggu datang.

"Ada apa ini? Kenapa ada banyak kurcaci di sini?" Hoseok bangkit mendekati Seokjin seraya berkata, "Biasalah, Hyung. Kurcacimu itu rewel ingin ikut menjemput Jungkook."

Taehyung dan Jimin spontan mencebikan bibir tak terima atas pernyataan Hoseok. Di sisi lain Seokjin menampakan raut terkejut lalu berujar, "Astaga, bahkan kurcaci yang satu ini bisa bicara padaku."

Ketiga yang termuda kontan tergelak karenanya. Berbanding terbalik dengan Hoseok yang langsung masam mukanya. Seokjin terkekeh, merangkul bahu pemuda itu. "Aku hanya bercanda, Hoseok-ah. Kalau pun kau memang kurcaci, kau adalah kurcaci paling lincah yang pernah ku kenal."

"Ya, ya. Terserah, Hyung saja."

Seokjin lantas berpaling pada Jungkook yang sedang menghabiskan sisa-sisa tawanya. "Bagaiamana, Kook? Sudah siap pulang?"

Jungkook mengangguk mantap. "Tentu saja."

*

Selama perjalanan Jungkook tertidur dengan kepala bersandar pada bahu Taehyung, yang nampak tidak keberatan sama sekali akan hal itu. Jungkook tak tahu sudah berapa lama ia tertidur, ketika merasakan tepukan di bahunya. Kelopak matanya mengerjap perlahan. "Sudah sampai?" tanya anak itu dengan suara seraknya.

"Belum. Kita di restoran. Kita akan membeli makan dulu sebelum pulang, Seokjin Hyung bilang ia tidak akan sempat memasak nanti. Ayo, keluar."

Jungkook mengangguk, mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu, baru lantas bergerak pelan keluar mobil. Pada langkah ke sekian, Jungkook mendadak berhenti, dan pandangan tertancap pada satu sudut. Taehyung dan Jimin yang berjalan di sebelahnya kontan turut berhenti. "Ada apa, Kook?" Jungkook tak membalas, ia masih terpaku pada satu sudut di mana matanya melihat seorang pria berdiri tegak tak jauh darinya. Tak mendapat balasan, Jimin pun mengikuti arah pandang Jungkook.

"Apa yang kau lihat, Kook?" Jungkook tersentak, menoleh terpatah ke arah Jimin serta Taehyung bergantian. Ia pun menggeleng. "Bukan apa-apa. Ayo." Jungkook lantas mendahului, sekali lagi ia melirik ke sudut yang tadi, dan pria itu sudah menghilang. Pria itu menghilang tepat sebelum Jimin melihat ke arah sana.

Meskipun masih kebingungan, Taehyung dan Jimin memutuskan tak memusingkannya lagi. Mereka pun menyusul Jungkook. Sesampainya di dalam restoran, Seokjin langsung memesan beberapa makanan. Sementara Jungkook berdiri tak tenang di dekatnya. Anak itu terus meremas-remas jemarinya. Hingga kemudian, bunyi gemericing pintu tanda pelanggan lainnya masuk, menyentak anak itu. Jungkook melirik ke arah cermin yang memantulkan tempat datangnya pelanggan. Sedetik setelahnya Jungkook segera mengalihkan pandangan.

"Hyung," panggil Jungkook. Seokjin menoleh, mengangkat sebelah alisnya. "Makananya, kita bawa pulang saja, ya? Kita makan di rumah saja. Aku, ingin cepat-cepat beristirahat."

Seokjin tersenyum, lalu mengangguk.

"Hyung, aku tunggu di mobil, ya?" ujar Jungkook setelah Seokjin selesai memesan makanan. Seokjin menangguk. "Jimin dan Taehyung temani Jungkook, ya."

Setelah mendapat persetujuan, Jungkook segera memacu langkah meninggalkan restoran tersebut. "Pelan-pelan saja jalannya, Kook. Mobil kita tidak akan lari kok," canda Taehyung yang berusaha menyamai langkah Jungkook.

Jungkook mengabaikan gurauan Taehyung. Ia terus memacu langkah. Ia ingin segera pergi dari sana. Ia sudah tak tahan lagi dengan sepasang mata yang mengawasinya sedari tadi.

Sesampainya di dalam mobil, Jungkook langsung merebahkan punggungnya di sandaran kursi, seraya memejamkan matanya. Taehyung menarik kepala anak itu agar bersandar kembali padanya, dan Jungkook pun tak menolak. Sedangkan Jimin, beralih mengenggam tangan Jungkook yang mengepal kuat di atas paha. Jemari kecil Jimin mengusap-usap punggung tangan Jungkook agar rileks.

"Aku mengantuk," lirih Jungkook.

"Tidur saja, Kook," balas Jimin tenang.

Sejenak Taehyung dan Jimin bertukar pandang, seolah sedang bertelepati. Lalu mereka sama-sama menggeleng dengan raut risau. Sebab mereka sama-sama tak tahu mengapa Jungkook begini. Seperti seseorang yang ketakutan. Kendati dilanda kebingungan, untuk saat ini mereka tak akan bertanya apa pun.



To be continued

Jangan lupa vote dan komennya^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro