Bonchap: Kim Sohyun Side

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kim Sohyun POV

Tuhan memiliki rencana tak terduga untuk setiap umatnya, begitupun denganku. Rencana Tuhan untukku sungguh tak terduga.

Siapa yang mengira kalau lelaki di hadapanku ini adalah lelaki yang menjadi masa lalu dan masa depanku.

Aku tak pernah menyangka kak Taeyong adalah kakak tampan yang pernah mengisi masa laluku. Bahkan aku tak menyangka, aku bisa kembali bertemu dengannya.

Dulu, sekarang dan nanti aku akan mencintainya.

Lee Taeyong, lelaki yang berhasil mencuri hatiku serta jangan lupakan juga David Lee, putra lelaki itu. Aku mencinta mereka. Taeyong dan David.

Aku hanya berharap kebahagiaanku dengan keluarga kecilku akan bertahan selamanya.

"Ini sungguh aku akan ditinggal sendirian di rumah?" Taeyong memperhatikanku yang sedang menyiapkan bekal untuk piknikku berdua dengan David.

"Ralat, tidak sendirian," aku mengingatkan kak Taeyong agar tak rewel. Di rumah kami ada para asisten rumah tangga, sopir dan tukang kebun, jadi sungguh berlebihan bila lelaki itu bilang ia akan sendirian.

"Itu berbeda sayang," jelas Taeyong duduk di atas kursi di dekat pantry sambil memperhatikanku.

Aku menghela napas. Kenapa lelaki di hadapanku ini terkadang bersikap kekanakan. Lebih kekanakan daripada David.

"Jadi Maumu apa?"

"Bagaimana kalau aku diam-diam mengikuti kalian?"

Aku mendecakkan lidah,"kalau David tahu ia akan marah."

"Tapi aku tak bisa jauh-jauh dari istriku tersayang ini," rayu kak Taeyong membuatku tersipu.

Tak hanya membuatku tersipu dengan ucapannya, lelaki yang berstatus suamiku itu kini mendekat dan tak lama kurasakan sebuah tangan melingkari pinggangku dari belakang.

Aku tersenyum lebar, menikmati pelukan hangat dari suamiku.





"Daddy!!!! Jangan peluk mommy!" Bentakan keras David membuat kak Taeyong langsung memisahkan diri dariku.

Kak Taeyong merenggut kesal. Raut wajah anak ayah itu sama-sama kesal. Kak Taeyong yang kesal acara bermesraannya denganku terganggu. Serta David yang kesal karena daddynya mulai memonopoli ku lagi.

Sungguh anak ayah ini benar-benar setipe. Sama-sama tak mau mengalah memperebutkanku.

Kalau ditanya bagaimana perasaanku, aku bahagia. Aku bahagia memiliki David dan Kak Taeyong, dua lelaki yang berarti dalam kehidupanku.

"Hari ini mommy milik David. Daddy tak boleh dekat-dekat mommy."

"Iya-iya tahu," kak Taeyong mempoutkan bibirnya dan menjauh dariku.





***

Aku dan David berpiknik di taman pinggir sungai Han. Banyak keluarga lain selain kami yang berpiknik, menikmati hari libur bersama keluarga. David terlihat bermain dengan teman baru yang seumuran dengannya. Sambil menunggu ia bermain bola bersama teman-temannya aku memeriksa ponselku yang sedari tadi berbunyi. Puluhan pesan dan telpon tak terjawab memenuhi notikasi ponselku.

Hanya satu nama yang cukup membuatku tersenyum geli.

"Ck, baru sejam tak bertemu dia sudah kebingungan seperti ini," aku mendecakkan lidah membaca puluhan pesan di ponselku.

Bayangkan saja, kak Taeyong mengirimiku pesan untuk menanyakan hal-hal yang sebenarnya tak perlu ditanyakannya.

Suamiku: sayang, jas putih milikku kamu taruh mana?

Aku menghela napas membacanya. Buat apa lelaki itu menanyakan jas putihnya kalau jelas-jelas lelaki itu tak mau kemana-mana. Aku tahu kak Taeyong lebih suka menghabiskan waktunya di rumah saat liburan seperti saat ini.


Suamiku: sayang, remote tv nya dimana?

Astaga suamiku ini....

Hampir saja aku membanting ponselku. Padahal ia bisa minta tolong asisten rumah tangga mencarikan untuknya lagipula, remote TV selalu kutaruh di atas meja.




Suamiku: sayang, sebaiknya besok aku memaki jam tangan yang ini atau ini?

Aku membelalakkan mata memandang gambar yang dikirim suamiku.

Astaga Kak Taeyong, padahal ia mengenakannya besok, mengapa pula ia bertanya padaku sekarang?




Suamiku: aku merindukanmu ♥️

Benar kan kataku, dia memang tak bisa berjauhan denganku.

Ngomong-ngomong aku juga merindukannya.

Setengah jam kemudian, suamiku tak menghubungiku lagi. Mungkin ia lelah karena semua pesannya kuabaikan. Seperti permohonan David, hari ini aku akan menemani putraku itu.









Suamiku: sayang, lihat sebelah kananmu.

Kanan?

Aku mengalihkan pandangan ke sebelah kananku. Sosok familiar berkaos putih sedang melambaikan tangan ke arahku dari kejauhan.

"Astaga mengapa ia bisa di sini?" Gumamku saat lelaki itu berjalan mendekat. Aku tak tahu bagaimana caranya ia menemukan kami. Apa benar ia mengikuti kami seperti rencananya tadi.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Menjemput kalian," sahut suamiku tenang sambil memperhatikan David yang masih bermain dengan teman-teman barunya.

"Aku kan tadi membawa mobil sendiri, kenapa harus dijemput sih?" Keluhku. Aku bukanlah anak kecil yang harus ia khawatirkan dan dijemput.



"Aku khawatir kamu kelelahan."

"Jangan berlebihan, Kak."









"Daddy!!!!"

Baru saja kak Taeyong hendak membuka suara, David sudah berteriak memanggil Daddynya. Bahkan putraku itu meninggalkan teman-temannya dan berlari ke arah kami.

"Aku tak mau ikut campur kalau dia marah," sahutku.

Lagipula ini salahnya sendiri.

"David, Daddy hanya...."

"Ayo main bersama David," sahut David meraih tangan Daddynya lalu menariknya ke arah teman-temannya yang menunggu.

Aku tersenyum kecil.

Aku bahagia melihat senyum lebar yang terpancar di wajah suami dan putraku.





-END-

Terimakasih bagi semua pembaca cerita ini. Jangan lupa baca cerita Sohyun dan taeyong di ceritaku "yang kedua"


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro