HD 16| Marah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hani dan Minah saling pandang, mereka memiliki pertanyaan yang sama tatkala melihat Sohyun kembali ke kamar dengan senyum merekah. Bahkan, gadis itu terus tersenyum sambil memandangi ponselnya, sesekali dia terlihat mengetikkan sesuatu. Sepertinya sih lawan chat gadis itulah yamg menjadi penyebab senyum ceria  terpancar di wajah gadis itu.

"Senyum-senyum terus. Sepertinya sedang berbahagia," ledek Minah menaikkan alisnya sambil tersenyum jahil.

"Ya jelas lah, Min. Kamu seperti tak tahu orang yang sedang kasmaran saja." Jawab Hani.

Kebetulan ketiganya memang sekamar berhubung ada banyak hal yang ingin mereka obrolkan.

Pandangan Sohyun sedikit teralihkan dari ponselnya. Dia tersenyum tipis ke arah dua temannya sebelum kemudian sibuk kembali demgan ponselnya.

"Haduh. Yang sedang kasmaran memang beda ya, Min."

"Ooo. Ya jelas. Dunia serasa milik berdua. Kita aja dicuekin dari tadi. Padahal aku ingin curhat soal pertemuanku dengan lelaki tampan tadi."

Hani menepuk pelan pundak Minah,"sabar, Min. Kita harus sabar diabaikan."

Sohyun menoleh tatkala Hani dan Minah berpura-pura menangis sambil pelukkan,"kakak berdua kenapa?"

"Kamu mengabaikan kami Sohyun. Mentang-mentang sedang kasmaran."

"Ihhh apa sih, kak. Siapa juga yang sedang kasmaran," tolak Sohyun padahal pipinya sudah bersemu merah.

"Itu pipimu memerah. Jadi benar nih sedang kasmaran," sahut Hani.

"Enak ya kak Hani yang habis nonton sunset di pantai berdua."

Sunset?

Deg!

Jantung Sohyun terpompa dengan cepat seketika.

"Setelah melihat sunset pasti ada sesuatu yang terjadi makanya ehem---" Hani terbatuk, tak kuasa meneruskan ucapannya.

Sohyun meletakkan ponselnya ke ranjang, matanya bergerak gelisah di antara candaan kedua temannya yang jelas-jelas tengah menggodanya bersama Taeyong.

Seketika rasa bersalah menyelimuti hatinya. Sohyun segera beranjak dari ranjang dan berlari menuju pibtu membuat Hani dan Minah kebingungan. Sohyun bahkan melupakan ponselnya yang berdering saat ditinggal, Hani dan Minah tak berani mengangkat berhubung nama tang terpampang di layar bukanlah orang yang mereka kenal.

Sohyun berlari saat melewati lobi hotel, membuat beberapa pengunjung hotel memandang bingung dirinya yang nampak tergesa-gesa.

Astaga! Kenapa bisa lupa!

Sohyun merutuki kebodohannya yang melupakan janjinya dengan Taeyong untuk melihat sunset. Dia terlalu keasyikan mengobrol dengan lelaki yang beberapa tahun tak ditemuinya itu. pembicaraan mengenai masa lalu membuatnya lupa diri dan terlena. Masa lalu terlalu indah.

Sohyun sampai di pantai dengan napas tersengal-sengal. Pandangannya tertuju ke sepanjang pantai,mencari sosok Taeyong. Pandangannya sangat minim berhubung langit sudah gelap dan penerangan pantai sangat minim dan hanya berasal dari hotel yang ditempatinya. Sohyun berjalan terseok, pasir pantai membenamkan kakinya membuatnya sedikit kesusahan untuk bergerak.

Apa mungkin tuan masih di sini?

Kesempatan itu sangat kecil. Hari sudah gelap dan pastinya lelaki itu sudah tak berada di pantai. Sohyun semakin merasa bersalah telah melupakan janjinya dan membuat lelaki itu kecewa.

Ini memang salahku.

Dia menyadari itu. Perjumpaan dengan lelaki itu benar-benar mengalihkan perhatiannya.

Sohyun menghela napas, lalu berbalik menuju hotel. Jam makan malam sebentar lagi datang, pastinya semua orang sedang berkumpul di restoran termasuk Taeyong. Sohyun akan minta maaf pada lelaki itu nanti saat bertemu.

***

"Aunty!!!" David langsung memeluk Sohyun saat gadis itu memasuki restoran.

Sohyun berjongkok sambil mengelus puncak kepala tuan mudanya,"hai tuan. Tuan sudah makan?"

"Belum. Suapin ya aunty."

"Iya." Senyum Sohyun merekah.

"David seneng banget Aunty nyusul kesini bareng daddy. Tadi waktu aunty dateng David lagi main sama kakek nenek,"

Sohyum tersenyum mendengar celotehan bocah itu. Pekerja di rumah utama alias rumah kakek nenek David terlihat keheranan dengan keakraban tuan muda mereka dengan babysitter barunya itu.

"Besok aku mau jalan-jalan sama aunty boleh?"

"Memang tuan tidak jalan-jalan dengan kakek nenek?"

David menggeleng,"enggak. Kakek nenek harus kembali ke Seoul karena ada urusan mendadak. David sedih sih. Tapi nggak apa-apa, kan ada aunty dan daddy."

Sohyun tersenyum kecil dan memandang sekeliling, baru menyadari mereka tengah menjadi pusat perhatian termasuk kakek nenek bocah itu yang tengah memandangnya dengan pandangan yang tak bisa diartikan.

"Ayo duduk di kursi tuan."

"Mau duduk sama aunty," rengek David.

"Nanti ya. Tuan harus kembali ke nenek. Kakek dan nenek tuan menunggu."

Wajah David cemberut walau akhirnya dia mengangguk.

"Ayah tuan mana?"Sohyun menyadari kalau lelaki itu tak berada di restoran.

"Daddy dari tadi nggak di kamar." Sahut David membuat Sohyun kian bingung.

Kalau lelaki itu tak di kamar lalu dimana???

Sohyun menyingkirkan pemikiran itu dan segera duduk di dekat Minah berhubung makan malam akan dimulai. Mata Sohyun bergerak gelisah mencari keberadaan Taeyong di restoran itu. Aktivitasnya itu membuat Hani menegurnya karena piring Sohyun masih penuh. Mana bisa Sohyun bernafsu makan saat hatinya diliputi kegelisahan dan rasa bersalah.

Saat pertengahan makan malam, Taeyong muncul dan memilih duduk di samping putranya. Kemunculan Taeyong itu membuatnya lega sekaligus khawatir. Dia khawatir Lelaki itu marah padanya.

Dugaan Sohyun mungkin benar karena Taeyong selalu membuang muka tiap kali Sohyun dengan terang-terangan memandangnya.

"Kim Sohyun, bukankah sikapmu itu terlalu terang-terangan?" Tegur Minah, dia setuju saja Sohyun dan tuannya itu dekat. Pekerja di rumah itu semua setuju tapi bagi pandangan. Pekerja di rumah utama mungkin lain. Hubungan tuan dan pekerjanya masih tak lazim dan tabu.

Sohyun mendesah pelan.

"Kamu Kenapa sih?" Tanya Hani merasakan kegelisahan Sohyun.

Sohyun mengaduk makanannya dengan malas,"tuan marah padaku."

"Kenapa?" Tanya Hani.

Jihyo dan Minah yang hendak menyantap makanan mereka sampai meletakkan kembali makanan mereka. Cerita Sohyun lebih seru.

"Sebenarnya aku tak melihat sunset dengan tuan hari ini. Aku lupa."

"Hah? Lalu?" Hani sangat penasaran terlebih Sohyun nampak bahagia saat kembali ke kamar. Dia mengira itu ada hubungannya dengan Taeyong.

"Aku bertemu dengan seseorang dari masa laluku."

"Lelaki?"

"Aish, Minah. Tentu saja lelaki, Sohyun saja sampai senyum-senyum sendiri."

Sohyun tersentak kaget, dia tak sadar kalau tadi sempat tersenyum sendiri, mirip orang kasmaran."

"Dia siapamu? Mantan?"

"Bukan. Bukan mantan hanya saja aku pernah mengaguminya"

Hani menopang dagunya. Sup daging mereka sudah dingin gara-gara mereka sibuk bercerita dan melupakan makanan mereka yang sebenarnya sangat enak rasanya itu. Jihyo lebih memilih diam dan mendengarkan, baginya cukup menjadi pendengar berhubung itu adalah masalah anak muda.

"Lalu? Kalian ngapain aja?"

"Aku hanya mengobrol banyak hal. Mulai tentang kehidupan kami sekarang."

"Tidak ada hal yang terjadi lagi?"

"Memang apa yang bisa ter---"ucapan Sohyun terputus. Tiga pasang mara sedang menatapnya penuh selidik.

"Kok berhenti? Kenapa tidak diteruskan?" Akhirnya,Jihyo buka suara berhubung pipi Sohyun bersemu merah pertanda pertemuan Sohyun dengan lelaki itu bukanlah pertemuan biasa.

"Ah tidak---aku hanya lapar," kilahnya langsung melahap sup daging yang sudah dingin.

Ketiganya terpaksa menelan kekecewaan mereka karena melihat Sohyun tengah melahap makanannya.
















Selepas makan malam, semua orang segera menuju parkiran untuk naik bus. Ada festival di dekat hotel, sehingga mereka semua memutuskan pergi menonton festival.

David sudah memegangi tangan Sohyun saat mereka berada di restoran. Tangan mungilnya tak mau melepaskan sedikitpun babysitternya itu dari genggamannya.

"Aunty, nanti ada pesta kembang api kan?"

"Tentu. Nanti kita nonton kembang api. Disana juga akan ada pertunjukkan-pertunjukkan."

Senyum David terkembang, dia begitu antusias menonton bersama Sohyun. Kakek dan neneknya memilih kembali ke kamar dan tak ikut Menonton festival karena paginya harus kembali ke Seoul. Tuan mudanya itu benar-benar berada dalam tanggung jawabnya.

"Nanti akan aunty belikan banyak makanan."

"Janji ya aunty!"sebentuk senyum terukir di bibir mungil David. Matanya menyipit tiap tersenyum membuat siapapun yang melihatnya gemas.

"Iya. Aunty janji."

"Tapi aunty---"

"Iya. Kenapa tuan?"

"Daddy tidak  ikut."

Sohyun tersadar, dia tak melihat keberadaan lelaki itu di antara rombongan yang sudah hampir seluruhnya masuk ke dalam bis.

"Ayah tuan mana?"

David menggeleng, sama tak tahunya. Selepas makan malam, tuannya itu pergi meninggalkan restoran terlebih dulu.

"Mungkin daddy tuan lelah. Daddy tuan kan baru sembuh."

"Tapi aku ingin menonton bersama daddy."

"Tapi---"

"Ayolah aunty. Kita cari daddy." Mohon David dengan wajah memelas.

"Aku ingin pergi bersama daddy."

Satu kalimat itu mau tak mau membuat Sohyun bergerak untuk mencari Taeyong.

Entah dimana lelaki itu.

Yang jelas, dia harus menemukannya karena David terus merengek.

Sohyun terpaksa menyuruh yang lain meninggalkan mereka berhubung dia tak ingin membuat yang lain menunggu.

Dia berpapasan dengan lelaki itu saat hendak keluar lift. Taeyong datang dari arah cafe hotel, pantas saja lelaki itu tak ada di kamarmya saat dia mengeceknya tadi

"Tuan," panggil Sohyun keluar dari lift bersama David. Taeyong yang hendak masuk lift untuk ke atas mengurungksn niatnya karena berpapasan dengan putranya dan Sohyun.

"Daddy," David menghambur memeluk Daddynya.

"Kenapa sayang?"

"Aku mencari daddy."

"Oh iya? Kenapa mencari daddy?"

"Aku ingin melihat festival."

Taeyong tersenyum, tangan kanannya bergerak mengacak rambut putranya,"kamu menontonnya sama aunty ya."

Wajah David langsung cemberut.

"Tuan tidak ikut dengan saya dan tuan david," Sohyun memberanikan diri untuk bertanya.

Wajah Taeyong yang semula tersenyum berubah datar,"tidak. Terimakasih."

"Kamu saja dan David yang menonton. Aku ingin istirahat di kamar."

"Tuan masih sakit?" Kekhawatiran tergambar jelas di wajahnya, tangannya yang terulur untuk mengecek suhu tubuh lelaki itu langsung ditepis oleh Taeyong.

"Aku hanya lelah."

Kecewa. Tentu saja Sohyun kecewa dengan sikap tuannya itu yang dingin.

"Tuan Kenapa?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibirnya. Dia tak tahan untuk bertanya karena sikap lelaki itu yang---berbeda.

"Memangnya aku kenapa?"

Tuan berbeda. Tuan marah padaku???

"Aku lelah. Aku akan ke kamar. Tolong ajak putraku menonton festival."

Sohyun semakin merasa bersalah saat melihat punggung Taeyong perlahan meninggalkannya.

Perasaannya menjadi tak tenang. Seolah lelaki itu tak akan berhenti dan menoleh padanya lagi.

***

Haloooo aku kembali. Maaf ya kalau aku lama banget update nya berhubung ada "something" yang membuatku lama update.

Masih menunggu cerita ini????

Sebagai bonus aku kasih sedikit spoiler ya.








Spoiler alert!!!!

"Sebenarnya ini sulit. Entah mengapa Aku ingin menghindar."

"Apa tuan masih marah padaku? Perasaanku menjadi tak nyaman."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro